Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Biru Malam Ini

Begitu besar apa yang kau diami, Tinggalkan jejak tak nampak dalam hati, Resapilah malam, Hiruplah malam ini, Biru rindang pandanganmu silam, Sejenak angin rindu merasuk dalam sela-sela nadi, Berontakkan manisnya karena kelamku, Tak ada malam seperti ini, Yang ada kesendirian yang sepi.. 03.11.16

Jika Waktu Nanti

 Jika waktu perlahan habis, Bisa ku bisikkan sekali lagi tempat kita pertama bercumbu, Sekali kau terangkan kasih, Semakin rembulan malu padamu, Kita berbincang kelak nanti, Berbicara tentang kita atau sebaliknya, Kau disebrang, Mari kesini sayang, Kita nikmati akhir ini, Sebelum hidup membuat kita amnesia.

Bingkisan Waktu

Di waktu ini semua kian mengabur, detik, menit jam berlalu begitu lucu, ada yang mengibar diri dengan semangkuk sereal manis, ada yang berziarah ke lembah luka hingga ia meringis, di sana ada pula purnama malam mewarnai gelap, eloknya ia menghitam bintang jalang pergi melintang, ia menyayang, tapi mengabur pada kesan, hingga perlahan pagi menjelang, menghilang rupanya, hingga yang tersayang, enggan merangkul putihnya, karena pagi menjelang, hanya senyum sebagai bingkisannya.

Semalam Suntuk

Semalam suntuk hujan mengalir deras di pangkuanku, Menari menitipkan basahnya ke dalam kulitku, Tak indah memang,  jika rindu tak bertuan. Malam ini serba kelabu, karna merpati bertemu dengan merpati lainnya, Masihkah hujan terus beradu? Ku menepi,  pada pojok mimpi ini, Tak peduli seberapa lama ku terlelap rindu, Jika memang terus kupeluk dalam kehilangan ini, Cinta malam pada kekasih yang terbang tanpa sayap.. 02.12.16

Belaian Angin Asmara

Desember kian dekat menjamu daku, Gerimis basah mengairkan jalanan yang kering, Angin semilir terasa seperti debu, Daku berteduh sendiri tiada yang berpaling. Ada tanya dalam benak, Mengapa tajam pisau masih meluka jiwa? Hingga raga memuntahkan darah, Tak peduli apa, Hanya meminta bersama, Mengapa begitu busuk? Sedangkan kata dan pandang kian tajam tertusuk, Daku tahu jiwa semakin tidak menghamba, Tapi Tuhan, tetap ada dalam jiwa raga. Boleh meminta pada-Nya? Kalau bisa, aku ingin lebih dekat dengan-Nya, Seperti hujan yang membelai angin asmara. 28.11.16

Antara Manusia, Cinta dan Nafsu

                Manusia diciptakan bermula dari Adam. Kemudian Adam memohon kepada Allah meminta pasangan agar tidak sendirian. Lalu terciptalah Hawa dari tulang rusuk Adam. Itu adalah bagian kecil yang saya tahu bagaimana laki-laki dan perempuan tercipta. Cinta? itu adalah bagian dari kehidupan manusia, bahkan ketika Adam dan Hawa hidup di Surga mereka merasakan cinta murni. Sebelum datangnya Iblis yang menggoda hawa untuk mengambil buah Quldi kemudian Hawa menyuruh Adam untuk memakannya dan terciptalah nafsu. Saat ada mata kuliah menginjak semester dua untuk meneliti tentang cinta. Saya baru tahu jika manusia mengelompokkan cinta dari berbagai jenis. Terdapat cinta Eros yang merupakan cinta manusia pada pandangan pertama, Cinta Ludus yaitu cinta yang bermain-main dengan obyeknya bahkan tidak ada keseriusan di dalamnya, lalu Cinta Storge merupakan cinta yang muncul karena sebuah proses yang membumi. Terdapat banyak hal lain yang mungkin tidak bisa saya sebutkan (malah jadi

Penguasa Malam

November kini berembun, Berembun bersama malam menyentuh daku, Cinta pernah bertutur kasihnya berada pada batas tepian malam dan pagi, Namun tak menyentuh daku malam ini, Ibarat lautan, daku bagai nelayan yang terombang ambing oleh kesunyian dalam hiruk pikuk godaan ombak selatan Sayangku, Memang biru ini tak bisa bertahan dengan jinggamu, Makan daku bulan!! Makan,  telanlah aku mentah-mentah, Karena d aku perjaka malam yang tak pernah bisa hidup di lautan.. Dan perlahan menghilang, Dan menguasai kenangan

Sacrifice

Siang terang berderang menitip luka pada sore hari, Dikala hujan membumikan aroma patrichor, Berdiri aku di pelantaran singgah ini, menitip pesan pada langit, Karena langit dan bumi terpisah,  hanya hujan yang menjembatani mereka. Pesan gejolak jiwa dari hati manusia, Angkara dan pilu menyelimuti batinnya, Sebab ia lalai dari patuhnya sholat, Sekarang ia berkawan angin, Menunggu ajal menghampiri, Tapi pesan langit tetap mengiringi, karena taubat adalah jalan yang pasti

Mati, Aku

Pedulikah kau pada malam ini kasih? Jangan kau dengar elegi ini, Tidak ada kepastian saat raga tertatih, Rindu kasih terus menyelimuti, Beri aku nafasmu, angin selatan Cumbu lah letih daku, Mati.. Mati... Aku masih mati.. Angin selatan tidak peduli. Rinduku pada embun pagi

Rindu Tuhan

Boleh hari ini langit tersenyum senang? jika Tuhan mengijinkan. Benalu tersingkap dalam lara pada siang ini.  Aku yang berkehendak,  meski Tuhan tidak mengijinkan. Bedebah macam apa ini?! Mewah-mewah mereka kenakan,  tak semewah apa yang mereka perbuat.  Macam apa aku ini?  Hanya pendiam yang hanya bisa mencuri pandang?! Tuhan Maha Kaya,  mengapa aku harus merasa kaya? Apa yang aku punya? Aku hanya hidup hanya dalam bayang,  bayang yang semu, mati, dan menjadi tulang berulang. Aku rindu kasihmu ya Allah, Tuhanku..

Tidak Indah

Ubin tak berumput, Sendalku tak menginjak tanah, Nadi ini semakin menciut, Karena hatiku sedang bernanah Indah hari ini, ada yang tak menyetujui.. Aku tak indah hari ini. 

Tak Elok Hari Ini

Tak elok hari ini, mataram Hembusan nafas dunia ini menyejukkan, Tapi tak elok pada ku kali ini, Aku seperti kenari kecil terusir dalam bayangan, Menghempaskan sayap dalam sangkar, Sungguh tak elok, Temanku di luar sana,  bermain dengan ciutan manisnya, Senyum tak terlontarkan dari bibir ini, Mungkin sungkan karena kemarin, Mereka menjebakku.. Aku tidak seperti itu, Hanya seperti ini, Seperti burung kenari, Tinggal di dalam sangkar. Maaf diriku sedang tak lagi mau tersenyum,  apalagi menyapa? Aku malu Karena diriku seperti kenari..

Pagi Yang Menakjubkan

Dari pagi saat ku terbangun, Ku temukan sosok embun membangunkan dari tidur yang lelap, Menggoda lelap teringat rindu, Ia yang telah terbangun kemudian terbang, Senyum yang selalu ku ingat dari hari ke hari, Adalah kesemuan yang terdapat dalam angan yang semakin pasti, Jika pagi ini adalah suatu kepastian, Maka sudah cukuplah aku menikmati kesemuan, Dari embun yang membasahi keningku kini, Semakin dingin, Membeku, Pada suatu hari nanti ketika waktumu dan Waktuku menyatu, Hal yang paling logis adalah, Mencintaimu kemudian melepasmu dengan senyuman 17.10.16

Waktuku

Waktu ini adalah milikku, Waktumu adalah milikmu, Waktuku bukan waktumu, Waktumu menghepaskan aku, Waktuku kini menemaniku, Tak ada yang sama. Waktu yang menjerumuskan kita. Waktu yang menjauhkan Waktu yang memberi ruang, Waktu juga yang mempersempitnya, Sekarang hanya ada belaian angin selatan, Ku terselimuti oleh suara burung nuri, Meski malam sendiri menghinggapi, Tapi diri ini selalu menemani raga. Waktu kita sudah berbeda, Mungkinkah nanti kita bertemu di waktu yang sama? Namun dengan keadaan yang berbeda? Waktuku semu dalam rindu, matipula karena waktumu. 14.10.16

Malu, Aku

Pagi ini tak terlalu cerah karena matahari masih mengumpat malu, Malu,  semalu diriku yang hilang di permata indah matanya.. Hari ini,  tidak ada aku.. Karena aku telah ditinggalnya.. tepat tiga tahun yang lalu.. kini ia terbang.. tak peduli.. karena aku sudah tak ada lagi.. atau mungkin, aku egois dan tak ada lagi sayap untuk bercinta kini malam masih panjang.. dan aku telah mati.. dihatinya

Musim Hujan dan Cinta

Musim hujan mengganti semi, Tiap gelap ia berani hadir,  ketika cahaya yang sedang mengumpat, Ku cari,  dan terus mencari di sela-sela langit. Kutemukan!! Ia yang kucinta.. Nan manis dengan gemulai cahaya bintang. Sungguh ku terus melompat agar ia kuhinggap, Tapi nian cahayamu yang menerpa wajahku malam ini.. Tak kuasa kau ku miliki.. Karena kau terlalu tinggi,  ataupun terlalu jauh.. Bagi pangeran gelandang, biarlah cinta yang mencontohnya. Hai kamu, ini aku.. Harus bersandar dibahu langit,  atau selingan doa waktu maghrib... Bahwa kau.. Kau..  adalah cintaku Meski kau terlalu jauh ku hinggap,  atau aku terlalu rendah tuk berdiri.. Bahagialah kau cahaya malam.. Datanglah ketika padi, rumput,  dan pohon bersuka cita dalam canda tawa.. Selain hujan.. Jangan hujan!!! Karena ku masih,  memilikimu dalam lelap malam.. 02.10.16

Masihkah Ada?

Pada suatu ketika,  di m ana telah hilang hati dan jiwa raga. Masih adakah cinta berada?  Sudah penuh asa duka menyelimuti, Tibalah saatnya menyadari.. Diri ini untuk siapa? Kaki ini melangkah kemana? Tangan ini meraba apa? Mata ini melihat siapa? Hingga pada suatu pagi, Ku melihat jendela kamar sudah lepas dari ikatan keduanya.. Semakin menyadari.. Aku tak pernah bisa memiliki.. Karena mati sudah menjadi ikatan pasti 15.09.16

Kembali Kasih Ratuku

Sudah cukup nafasku menghembuskan cerita senin sore, Setahun ia merasuk hanya sepoian angin yang mengisi telinga, Tiada musik, hanya nada muram Tiada kata,  hanya sebait kata berpisah Pada suatu ketika ku tertidur.. Sore yang membangunkan.. Ketika ia perlahan membisikkanku kembali.. Tenggelam merasa dingin kesunyian. Manja ku kembali.. Aku hanya orang tolol yang senang menyepi.. Tapi ku kembali lagi.. Ke sebuah pelukan cinta tak berputeri.. Hanya ayu dewi turun mengganti... Kelak ku berdiri meraba atau berjalan kembali.. Bersamamu.. Di atas realita padang pasir dan megahnya cinta si anak tolol.. Kembali kasih ratuku... 05.09.16

Malam Penawar Cinta

Kemarin kenari berkicau malu, Di depan jendela ia menanti Sebuah kata doa dari rindu, Atau celotehan engkau di sore ini? Kembali ku lahir tetapi tidak dengan rindu.. Memupuk dalam hingga berbuah pilu.. Pada malam bulan bersyahdu, Kemudian ku tengok ia mendengar lagu.. Wahai ia, Kata bak pesan surga, Ku tunggu namun terlupa.. Memang inikah akhirnya dari cinta.. Selalu hilang meski tulus mengabdi rasa.. Pada jingga tak berwarna.. Pada engkau yang ku cinta.. Malam penawar cinta 22.08.16

Pesan Yang Terbalas

Hari ini aku berdendang, Rerumputan ikut begoyang, Karena pesan yang kusampaikan, Melabuh terbalas oleh dia yang tersayang. Meski terjawab, "gk bs pdet" Tapi itu kah rindu yang kau ucap? Semerta semesta ikut melingkar diatas kepala, Burung—burung berkicau berdansa di bawah pohon markisa. Tak kuucap rindu kepadamu, Karena kelu lidahku, Mungkin sudah menguap rinduku, Hingga mati rasaku, Kekasihku nan Ayu, Mungkinkah kau merasa jiwamu menyatu? Aku dan kamu, Sudah berkhitmat dalam mahligai cinta dalam jiwa. Tuhanpun sudah mengetahui, Jika ku boleh tahu Kita akan kah bersatu? Secara raga dunia fana? 28.07.16

Ditelan Waktu

Sejauh ia, Sejauh aku, Sedalam ia Paling dalam aku, Terbang ia, Bertahan aku, Padanya sudah sukma cinta lepas begitu, Tiada peduli berjalan jauh, saling menatap.. Kemudian hilang ditelan waktu..

Aku masih Dirimu

Pasar Dadakan

“Tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan..gurih-gurih enyooyy!" Begitulah suara yang sering saya dengar setiap hari. Saya pikir Tukang tahu bulat yang sudah berevolusi ini hanya ada di Yogyakarta, tempat saya menimba ilmu. Tapi ternyata sudah menyebar di seluruh daerah. Jingle yang sangat sederhana dan terkesan polos mampu menyihir setiap masyarakat yang mendengarnya mulai dari kelas bawah sampai kelas kreatif. Nah, mungkin kalian juga ga asing dan selalu terngiang-ngiang dengan jingle andalannya ya kan? Tapi disini saya gak akan bahas bagaimana sejarahnya Tukang tahu bulat bermobil pickup terbuka ini bisa sangat fenomenal. Justru hal yang menarik ada di dalam lirik berupa kata “Dadakan”. Terkesan biasa-biasa aja, tapi saya seperti merasakan sesuatu yang harus ditelisik. Apalagi meme di Iatas juga cukup mengganggu pikiran saya.   Menurut KBBI Arti dari dadakan adalah: [da.dak.an] Nomina (kata benda) sesuatu yang dilakukan secara tiba-tiba. Nah saya langsung aja ma

Selamat Hari Rindu

Di aspal istimewa kini ku bergelut akan angan, Ramainya kini bersanding dengan rindu, Aku masih duduk di atas besi yang membeku, Disini masih ada lamun, Bercerita tentag malam, Yogya, dan Kamu. Selamat Hari Rindu. 23.05.16

Kehilangan Cinta

Hilang, hilang aku kehilangan. Cintanya terhempas oleh badai jalang, Terkoyah rindu ini menjadi remukan pasir pantai, Nyata, ini sungguh nyata, Tiada cinta lagi yang kudapat, Hanya rindu yang menepi, meski perlahan mencoba pergi, Mercusuar cinta roboh terkena ombak pilu, Tiada lagi yang tahan. Aku? Hanya pecundang sejati dan selalu berteman sepi. Kehilangan sebagai teman, Sakit seakan menjadi bantal, Tak apa! Asal tempat ku menatap nan kukasihi selalu tersenyum dengan anggunnya. Demi dia, mereka, dan hidupnya, Ku menjadi awan putih yang hilang terbawa angin sepi. Sendirian dan kehilangan. 26.05.16

Andai Besok Kiamat

Jika esok adalah hari kiamat. Aku akan berlari sekarang mengejar tiap bayangmu selagi ku bisa. Ku hirup tiap udara nafasmu kemudian ku hembuskan kembali. Agar runtuhnya semesta tak merobohkan engkau bidadari perupa cantik. Tuhan Maha Mendengar, maka ku berdoa dalam hening yang sangat hening. Ku biarkan semua doa mengalir bak sungai yang hanyutkan dedaunan hijau yang jatuh di dekat muara air. Mengalir ia sampai deras, basah pipi mengalun syahdu, tiba ia terhenti hingga pantai perupa hati. Hati kau dan aku yang kemerahan membumbung tinggi. Kau gadis suci nan perawan, akan ku jaga kau bak cangkang yang merawat mutiara berkilau. 22.05.16

Merindu Dalam Gila

Malam bercerita pada renung, batin mencuat tentang ia yang dekat dalam jarak. Pahami, bunga sakura mekar pada musimnya, tapi cinta mekar dengan sendirinya dan tidak ada musim yang mengakhirinya. Sekelebat bayangmu menghantui di sela-sela renungku. Rindu memberontak bagai serigala liar yang lapar. Aku mau bertemu, denganmu.. Sungguh ku merindu dalam gila. Perlahan awan barat membisikkanku akan dia yang tak ingin tahu tentang salam suci dari jiwa yang terdalam. Aku seperti Qays yang sayapnya patah tak pernah mau terbang. Aku merintih, hanya ingin melihat bayangmu. Aku mencintaimu meskipun dalam ilusi. 26.05.16

Ratu Rindu

Biar kulihat merah meronamu cantik. Kusimpan dalam hati yang tak berputri ini. Adalah kau permaisuri atas singgasana. Kau ratu rindu kini tetaplah pakai mahkotamu yang indah berlumut berlian. Sekiranya waktu menghujam jantungku kelak, atas nama sang Maha Kuasa. Ku biarkan kau ke singgasana lain. Biar cintaku berlayar di tengah samudera rindu. Perempuan, tetaplah disana ku jaga kau dalam cintaku yang berselimut sutera lembut dari bintang malam. Kau, jagalah aku pula. Atas nama cinta dan ibadah. 26.05.16

Jiwa Aku dan Engkau

Jauh ku tentang engkau yang resah akan benalu. Masih ku pendam semangat itu, dawai-dawai syair pun berdendang di kedua telinga. Melagukan tanda rindu dan semangat akan ragamu. Esok aku akan kembali terbangun dengan jiwa yang baru dan tentang kebahagiaan antara aku dan kamu. 30.05.16

Tersisa

Bangunan mengotak, Perasaan terhentak, Daun gugur berserakan, Semua hilang, Hanya dia yang tersisa.. 09.06.16

Maaf, Pelita Hati

Jejak di atas pasir putih memercikkan tanda arti. Tiap langkah mengukir memori, aku memeluk semesta dari langkahku yang terus memutar di atas kepala. Resonasi pancaran violet dalamnya berpelukan dengan ingatan malamku. Sejak ia duduk bersama bagaiku berjalan di atas lentera, sampai ia terbangun lagi tumpah ruah aroma wangi. Aduhai wanitaku kapan kau duduk kembali? Sampai sore berteman lagi, ia kembali. Tapi usang kursi ini membuatku tak mau ia duduki kembali. Biar kursi ini berkarat, aku tak mau kau terluka, apalagi bernoda darah. Meski kursi ini untukmu. Akan kupersilahkan jika kursi ini berselimut sutera dan berlapis kapuk, atau carilah kursi yang lain. Menghangatan kamu dari dinginnya sepi.  Maaf pelita hati , aku bukan lentera pagi. Aku hanya teman di kala malam menghantui. 31.05.16

Diriku adalah Aku

Pada malam menjemput pagi, di sela-sela bintang bertahta mengiringi bumi. Aku terduduk sepi menyendiri menerpa rindu yang semakin tanpa arti. Diri ini beranjak dari kursi kayu yang tua nan pusat pasi, pintuku tertutup rapat seakan bayanganku pun hendak ku usir pergi. Kemudian datanglah seorang pria muda dari luar pintu memanggilku “Hey kau yang di dalam kesepian! kenapa kau masuk begitu saja? Mengapa tak kau nikmati surga dunia yang di berikan Tuhan malam ini?”. Aku terhentak lalu diam dan bertanya “Apa pedulimu bangsat! siapa kau menggoda dari naluriku ini? Mengapa tak kau nikmati sendiri surga malam dari Tuhan Yang Maha Esa.” Dia menjawab “Aku tak bisa menikmati surga malam ini karena aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Wahai kau bujangan pecinta kesendirian, mengapa tak kau koyak ragumu lalu bantingkan risaumu!!” Ku terdiam lalu menjawab “Aku telah hilang dari sisi Tuhan. Aku tidak diperhatikan lagi, aku cemburu dengan mereka. Aku terbuang, aku ingin mencari perhatiannya kemba

2013

Rendi Story (Terbisik 7)

Sore itu terlihat cerah namun hal itu tidak secerah perasaan Rendi. Rendi masih penasaran kenapa Tody bisa tahu tentang kejadian tempo hari. Tody masih memancarkan senyuman misterius. Membuat Rendi semakin bertanya-tanya. “Kau penasaran Ren? Haha, itulah gunanya sahabat Ren, Aku ini bisa tahu keadaanmu dari wajahmu yang culun itu” Tody mendengus dan membuyarkan wajah heran Rendi. “Aku tahu dari Caca Ren. Tapi intinya kau harus semangat lagi lah Ren!!” Tody terus menerus menghibur Rendi, meskipun Tody tahu tidak mudah untuk menghibur temannya itu. Rendi memancarkan sedikit senyumnya. Ada sesuatu yang didapat Rendi pada omongannya. Hari itu senja berakhir dengan hikmat. Keesokan harinya Rendi mulai berangkat kuliah bersama Tody. Jalan yang dulu harus ia putar untuk menemui Monika, sekarang tidak dilewatinya lagi. Rendi memilih jalur cepat menuju kampusnya bersama Tody. Aktivitas itu berangsur rutin beberapa hari ke depan. Semenjak itu, Monika berangkat kuliah s

Pecinta nan Memainkan Cinta.

Aku pecinta nan memainkan cinta. Dirimu madu tatkala kau memaniskan hidup, adakah duri tajam nan pilu menusuk jari-jarimu manis? Aku pernah mendengar deru bisikan angin barat semilir mengusik diamku di ujung pelantaran singgahku. Kau menggodaku melalui nada-nada lagu yang melantunkan nada sehabis matahari tenggelam. Apa arti pecinta jika tak ada yang dicinta? Apa arti perindu jika tak ada syair yang melagu? Tuhan menciptakan manusia atas dasar ruh-ruh berpasangan, adakah kesalahan dalam ruh ini? Tidak! Ketulusan mampu memporak-porandakan sesuatu yang hancur, sehancur masaku ini. Kasih, kereta hidup ini begitu panjang. Adakah waktu tuk kita sekedar duduk di mahligai cinta dalam angan? Meskipun angan terlalu menggoda dan realita semakin menghimpit dada. Dikala musim Juni terlewati, ada sesuatu yang tertinggal jauh dan semakin jauh seiring waktu berdetak menikmati takdir yang ada. Sosok kau yang ada di gemercik hujan pada musim panas ini, sosok kau yang terbayang di sela-sela f

Masaku, masamu, masa kita.

Purnama putih malam biru, Terbuka jendela sanubari jiwa Masih dalam mereka bercengkrama, Ada lagi, dari memori.. Kembali membuat saya menikmati kopi dari kenangan lalu, Mereka masa kecilku.. 25.06.16

Bulan Juni

Sekarang sudah di ujung bulan Juni, Juni bulan ini tak ada yang elok, Karena yang elok sudah tertinggal, Tiga tahun yang lalu.

Jejak sebuah fana

Ada yang menikmati pagi dengan sebuah senyuman.. Ada yang menikmatinya dengan segelas kopi hangat.. Ada juga yang menikmatinya dengan bermimpi.. Mimpi pagi terasa sejuk di kala embun meneteskan malu di depan tatap tipis ini, Kau datang dan pura—pura berhenti mengasihi, Ada apa kau yang seperti ini? Ikhlas memang tak semudah kaki menapaki hatimu yang dingin.. 18.06.16

Pulang

Di atas sebuah lagu broken vow ini berdendang, Tak searah aku memikirkan tentang kegalauan, yang ada.. hanya sebuah kata.. Pulang, Tempat yang membuatku bosan sekarang terkenang, Membawa jiwaku hanyut terombang-ambing pada pagi dan malam.. Semua berada di barat, tepat semua berkumpul.. Pada saatnya aku akan kembali pergi.. Bersama terbitnya mentari, untuk mencari.. Jika kelopak harapan ini akan kembali mekar, Bak musim semi membangunkan apa yang gugur.. 5.15.16

Gerhana Malam Minggu

terang terang beratap bulan, putih licin namun terlhat tampan, kau malam berkalung bintang, tiada tahta memuja engkau, hanya sindiran gurauan belaka, selimut awan menutup dikau, kau cahaya semesta, mati sudah kau dikutuk pada asmara, terhenyut oleh lelaki ditikam cinta..

Pagi menjamu subuh

Pada pagi menjamu subuh, Diantara lentera lentera benalu, Sudahkah berserah kasih,hingga bersujud?, Kehendak ingin berucap,dari keratapan Berseloroh,bernyanyi, hingga menggumam dengan risaumu, Pada akhirnya kelak,laut tiada mengada Tapi hanya mengikuti ombak yang ada, Untuk mengetahui, jika ilmu adalah sanubari jiwa..

Tuan Puteri Gumuk Pasir

Gumuk pasir di pesisir Yogya, Butir-butir kristal memercahkan purnama baru, Tuan Puteri bermahkota awan kelambu, Masihkah dia teruntuk senja? Buih biru beracu-padu dalam senangnya bercinta, Percikan refleksi mentari bercerita tentangnya, Angin, Awan Sayup-sayup bernyanyi diorama-diorama Tuan Puteri Puteri masih berdiri. Kata tuan tak mampu membisikkan arti, Puteri gumuk pasir, Berpuisi demi cinta kasih, dalam rindu kata Tuan bertepi 08.03.16

Manusia Rindu akan Tuhannya

Risalah-risalah pagi bercerita tentang doa, Tentang aku dan Tuhanku Yang Maha Esa, Manusia pemikul dosa, Merundung pilu mohon ampun, Atas nama cinta seorang keledai, Yang bersimpuh luruh dihadap-Nya, Doa atas rindu pada-Nya, Akan ketakutan hatiku yang gelap menghitam, Memohon dari rindu padamu, Tuhan tak pernah hilang dan mengumpat , Hati manusia tempat singgah, Kedelai menjadi elang, Siap terbang menyentuh langit, Manusia takkan pernah mati, Sebelum tobatnya diterima oleh-Nya, Nama cinta manusia rindu akan Tuhannya.