Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2017

Kotamu Amelia

Ameliaku, basah sudah tanah ini disiram air dari langit, Kotamu berpandang-pandang beton kuanggap taman bunga, Angin barat kian terasa sebab tak ada yang tahu romansa masa muda kita, Mungkin pasukan kuda citra akan tertawa cekikikan dan berlari berputar-putar dihadapmu. Ameliaku, sudah tak berbekas jejaknya tersapu air, Langitnya gelap, bintangnya jatuh ditimbun pasir, Dalam khilwat, kotamu bukan lagi kotaku, Oktober yang menghapus, sawaq menguat, Habislah ritus kata-kata, berpendar menjadi kunang-kunang, Kadang menghias pada malam, siapa tahu ada orang yang menitip sayang. Amelia, hanya bunga mekar musim kemarau. 29.10.17

Tanah kita

Tanah kita basah namun tidak memerah, Ucapan kita menyebar namun tak arif dihilang akal Desir darah pernah tumpah atas nama bangsa Lupakah kita, kini hanyalah sesonggok kerbau yang meracau Ancam mati dalam hidup Takut-takut tidak bisa menghirup harta, Padahal sang Pencipta Maha Pemurah tuhan-tuhan merajai jiwa kerbau Sang kerbau mengharap tuhan Tuhan diregah menjadi daya khayal Hanya hidup jika dalam kesempitan Tanah dilupakan, menjadi beton pelengkap kemewahan. 03.10.17