Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2017

Diorama Terakhir

Diorama terakhir, semua manis sepah ruah, menjadikan kalimat sebagai isi qolbu, rintik jemari menelisik bisikan kata, usai pandang malam kian membiru, sekarang tidurlah. karena ia sudah menjelma menjadi titik. tertanda tamat. 19.01.17

2017 (Tahun Tua)

Kembali lagi, Sebelum mati setelah tegak berdiri, Hari ini kian menjadi sejarah, Dimana hari yang baru penuh dengan alunan simponi kembang api, Hanya kini hari telah baru mencumbu aku, Demi sebuah rona baru yang semakin meromantis, Biarlah kini semua terekam dalam rindang senyum. Waktu lalu kini bersemayam bersama angin pantai ngrumput, Sesembahan terkalungi dengan binar binar baru. Langkah kini sendiri, semua sendiri menjadi mandiri. Seperti 2017

Jalan Parangtritis

Selasar jalan parangtritis kian membiru, sandekala kian menggagahi jiwa yang rabun, seraya sapa sore terhanyut dalam kata, tidak usah kau sapa kembali sore ini sayang, peluh nanah sudah terusap oleh deru, bahagialah kau sayang, karena beban cintamu tak sepedih duri, karena aku,  hanya makhluk.. begitupun juga kau, sejatinya rasa kian mati perlahan saat sore ikut tenggelam, berbeda semua, karena rindu menghinggap, rindu yang tak kenal waktu, waktu yang terus memaksa, terus bersandar pada palung dangkalmu, sayang, sekarang maghrib. sholatlah.. kita akan bertemu pada doa yang sama

Tentang Sama

Terdapat kalimat di sela-sela sepi, mengairi hati yang telah lama ditinggali, saat beranjak menuju gairahmu, redam rasa maluku memuncak kalbu, apakah ini rindu? yang malu seperti dulu..?? 11.01.17

Sepi

Sepi sekarang mulai sendiri, Melihat kaca di luar sudah terlalu malam, Ayo sayang, sekarang sudah larut malam, Sepi tak mau pulang, karena sepi, tetap ingin menjadi sepi. 5.1.17