Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2020

Ingatan Filsafat: Raushan Fikr (Ali Shariati)

Ingatan Filsafat: Raushan Fikr (Ali Shariati) Oleh: FF Melanjutkan pembahasan tentang manusia ideal atau di Islam sebagai manusia sempurna disebut Khalifah. Pada proses menuju ke sana, kemarin sudah membahas tentang manusia insan kamil, sekarang ingatan masuk ke dalam pemikiran Ali Shariati yang sama kentalnya bernuansa eksistensialisme, yaitu Raushan Fikr. Pada dasarnya terdapat kesamaan-kesamaan pondasi berangkat dari manusia. Manusia ideal itu terdiri dari kebajikan, keindahan, dan kebenaran. Hal ini berkaitan tentang hubungan sikap manusia atas seni, etika, dan pengetahuan. Ini berdampak pada sudut pandang hidup manusia atas kesadarannya di mana kesadaran-kesadaran ini pondasinya berasal dari peradaban dan kebudayaan. Perbedaannya adalah Peradaban merupakan suatu perilaku, kebudayaan merupakan sebuah cara pandang masyarakat yang me-hegemoni. Kenapa menjadi dasar? Pola kita hidup bagaimana rasa sakit, senang, bahagia, sedih, kecewa muncul ada hubungan dengan intensitas r

Ingatan Film: Itaewon Class (Series)

Ingatan Film: Itaewon Class (Series) Dir: Kim Sung-yoon Yak yak maraton series lagi bikin mata berkunang-kunang, ga ada kapok-kapoknya. Drama seri ini berpusat pada Park Sae-roy, seorang anak muda yang memiliki dendam kesumat kepada perusahaan Jangga khususnya Presdir Jang. Karena kasus kematian ayahnya telah dimanipulasikan akibat ulah anaknya Presdir Jang. Intinya ini film berfokus pada dendam dan berkembangnya kepribadian seorang Park Sae-Roy. Namun dari sudut pandang ke tiga yaitu Jo-Yi Sou, seorang sosiopat yang jadi manajer di kedai Park Sae-Roy. Oke ga mau panjang lebar soal sinopsis yang panjang. Saya ingin ngomongin banyak hal, poin plus dan minusnya. Episode pertama dalam sebuah drama seri merupakan sajian yang harus diperhatikan (wajib!! Kudu!! Mesti!!). Nah saya standing applouse dengan episode pertama dan secara premis begitu menarik perhatian. Itulah yang membuat penonton berani maraton menontonnya. Penulisan naskah di sini yang bikin saya kasih 10 jempol teru

CaKar #1 (A silent message behind the window)

CaKar (Celotehan Karya) Judul: A silent message behind the window Oleh: Aghra Aghasa A. Resensi: HSA Permulaan dari sebuah celotehan karya dari teman-teman sekte ini merupakan hasil daur ulang pikiran masing-masing kawan atas realitas obyektif, kemudian dibaurkan atas realitas subyektif nyang resensi. Ini mah sotoy-sotoyan aja kita, tanpa ada maksud jelek, nawaitunya baik ini beneran, deh, gak bohong! Mari mulai... Melihat sebuah sketsa lukisan dari goresan ini membawa saya ke dalam suatu fenomena kekalahan kebudayaan yang tergores oleh zaman. Saya melihat di sini sebagai pengintip (voyouer?). Bagaimana ruangan terdapat vinyet di dalamnya seolah-olah saya sebagai penikmat sedang menikmati pemandangan atas kesedihan seseorang dengan benda-benda yang tergeletak berantakan. Dari jauh terlihat nuansa putus asa. Terlihat juga di luar terdapat bangunan-bangunan berupa ragam jenis (plural)/tengah kota?/heterogen? Di luar jendela terutama ada lambang simbol bangunan, seperti salah satu keperca

Ingatan Filsafat: Insan Kamil (Iqbal)

Ingatan Filsafat: Insan Kamil (Iqbal) Oleh: FF Saya menemukan definisi cinta (Isyq) dalam catatan ego Muhammad Iqbal. Di mana ia yang mampu meresap segala atensi realitas terhadap egonya yang sifatnya tumbuh/evolutif. Berbanding terbalik dengan istilah Sawal. Di mana manusia tersebut meleburkan egonya dan bergabung pada kerumunan masyarakat sehingga menghancurkan becoming  atau jati diri yang asli.  Biasanya orang sawal merupakan tipe yang maunya diatur dan tidak percaya diri, istilahnya keterbalikan atas ego yang dijelaskan Iqbal. Ego sendiri menurut Iqbal merupakan kesendirian yang esensial, sebuah pancaran semesta subyektif yang melingkar pada diri sendiri. Ego biasanya bersifat kreatif dan menyendiri, ia tidak bisa ditiru orang lain. Sedih karena apa hanya kita yang pahami, bahagia karena apa ya kita yang pahami. Pada Iqbal ada istilah Khudi dan Khuda. Khudi ialah ego yang tanpa batas bersifat potensi-potensi untuk terus mengembangkan khuda (ego kecil), dan khuda (ego besar) merupa

Untuk-Nya

Jangan bercanda, mana mungkin membicarakan dirimu di media narsis ini? Segala tentangmu itu bukanlah untukmu, namun untuk-Nya. Tapi di dalam dirimu aku menemukan-Nya. Bagaimana terbentuknya luas samudera dalam tetes insan melalui dirimu, segala keindahan di dalam dirimu kemudian ku takzim kepada-Nya.

Nama-nama

Di lentera kepala yang padam, tak terjangkau nama-nama terdahulu. Gersang debu malam menghiasi jalan-jalan di kepala. Tapi tetap ku cari engkau, pada padang pasir tanpa jejak, lautan bergeliat tanpa ombak, tetesan nisbi air hujan kian mengering, sampai nelayan-nelayan tua kehilangan sampannya. Kemudian aku bertanya, di mana ia yang pernah singgah dan meninggalkan jejak seabadi ini? Tatkala tanya diiringi sambut badai kelam dan pelangi bersahutan. Kini malam bertawaf di atas kepala, membantu aku atas resah nama-nama, hingga pagi menggulma kembali..

Selubung bulir yang membisikkan mu diam-diam

Mengawali di teras rumah dengan gemercik bening nan sejuk melipir ke sela napas. Memahami segala dimensi rasa tentang dia seorang. Ku ingat sedari tadi kita bercengkrama melalui tetes yang jatuh satu demi satu. Kau pasti tidak menyadarinya.. sebab ku bisikkan ini pada angin-angin hujan yang lewat permisi. Sekali pun kau tahu, itu bukan dariku. Sebab segala cinta yang kau hirup pada tiap gerakan sanubarimu, ialah cinta yang tak berwujud untukmu 10.04.20

Ingatan Filsafat: Kharisma (Max Webber)

Ingatan Filsafat: Kharisma (Max Webber) Oleh: FF Mengingat kembali seorang ahli sosiologi yang disebut buku-buku semasa sekolah. Hal ini mengingatkan kembali kenangan bahkan saya baru memahami maksud-maksud tentang buku pelajaran jaman dulu. Duh otak saya yang telat nyampe apa emang sistem pemahaman belajar di masa sekolah yang hanya tekstual dan menjawab soal pelajaran? Dalam ingatan ini Max Webber mengingat bahwa tindakan sosial itu suatu aktivitas mempengaruhi orang lain atau tujuan manusia itu sendiri atas masyarakatnya. Sosiologi masyarakat semakin bergerak ia semakin rasional, makanya oleh sebab itu tatanan sosial berubah setiap waktu. Dari yang tradisional, dan konservatif. Menuju arah liberal modern dan rasional. Hal ini Ibn Bathuta pernah bilanh dalam teori sosiologi nya bahwa peradaban atau imperium bergerak secara elipsis dengan substantif yang sama namun dengan pola bentuk yang berbeda. Hal itu juga yang disebut dalam hukum fisika kekekalan energi. Hidup rasional tida serta