Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

Rendi Story (Terbisik 6)

Sore itu terlihat cerah namun hal itu tidak secerah perasaan Rendi. Rendi masih penasaran kenapa Tody bisa tahu tentang kejadian tempo hari. Tody masih memancarkan senyuman misterius. Membuat Rendi semakin bertanya-tanya. “Kau penasaran Ren? Haha, itulah gunanya sahabat Ren, Aku ini bisa tahu keadaanmu dari wajahmu yang culun itu” Tody mendengus dan membuyarkan wajah heran Rendi. “Aku tahu dari Caca Ren. Tapi intinya kau harus semangat lagi lah Ren!!” Tody terus menerus menghibur Rendi, meskipun Tody tahu tidak mudah untuk menghibur temannya itu. Rendi memancarkan sedikit senyumnya. Ada sesuatu yang didapat Rendi pada omongannya. Hari itu senja berakhir dengan hikmat. Keesokan harinya Rendi mulai berangkat kuliah bersama Tody. Jalan yang dulu harus ia putar untuk menemui Monika, sekarang tidak dilewatinya lagi. Rendi memilih jalur cepat menuju kampusnya bersama Tody. Aktivitas itu berangsur rutin beberapa hari ke depan. Semenjak itu, Monika berangkat kuli

Laki-laki dan Kereta Uap

Suara mesin uap kereta api mulai berbunyi kencang. Menandakan bahwa kereta api akan segera berangkat tidak lama lagi dari stasiun tua di makan usia. Beberapa orang yang terlambat bergegas menaiki tiap gerbong, terlihat seperti lautan manusia. Bunyi mesin uap kembali menggelegar mengisi stasiun kecil itu, menandakan kereta akan segera berangkat. Terdapat laki-laki berparas tinggi berkulit putih terlihat gelisah. Wajahnya sendu bagai awan mendung yang akan hujan. Kereta yang akan ia naiki perlahan mulai bergerak pelan maju. Tapi laki-laki itu masih diam di tempat menatap lantai sampai memainkan kakinya. Ada sesuatu yang terjadi beberapa jam yang lalu, sehingga membuat ia tertahan. Dia masih berharap seseorang dari kejadian beberapa jam yang lalu datang dan menemuinya. Gelisah yang ia rasakan bertambah karena kereta uap mulai mengisi asap putih dari hidungnya dan mulai berjalan perlahan meninggalkan stasiun. Kereta itu merupakan kereta terakhir yang berlabuh di stasiun tua itu, ter

Aroma Lampu Pijar

Malam bertabur kapas dalam angan, Aku menyusuri sudut lurus yang tak berujung, Ramai terasa melupakan angan, Aroma-aroma kebahagiaan mampu berpendar bagai lampu pijar yang berderang, Ku harap, terbawa lamun ini ke dalam rona-rona bahagia, Tiada yang peduli dan berarti, Kesanku masih tertinggal dalam senja kemarin, Sekarang, semua kembali nafasku yang mewangi harum, Sampai nanti ku disentuh kembali kesendirian. 16.02.16

Teman di kala diam

Masaku ini diam, Kau sapa namun ku tetap diam, Diam menemaniku saat kau tidak lagi menyapaku, Kenapa kau bertanya lagi? Padahal diam telah menemaniku, Mengapa ku tak menjawab? Karena kau adalah nostalgiaku di saat jingga senja menghampiri, Yang tak tahu apa kau benar adanya. 05.02.16

Embun Rindu Kepada Pagi

Kemarin, Biru langit yang kurindukan Memberi arti tanpa berpegangan tangan, Bagai sungai yang menemukan laut, Ku menyatu dalam sendu senang, Tumpah semua, Bahkan tak tertandingi, Sampai embun rindu kepada pagi, Tetapi waktu menyeretku kembali, Kepada sepi yang tak berarti, Atau ku mulai pergi menunjukkan kehebatan diri.  05.02.16

Rendi Story (Terbisik 5)

Usai sudah harapan Rendi untuk mengejar cinta Monika. Kegiatannya telah berubah, Rendi semenjak itu tidak melewati rumah kost Monika yang harus memutar arah. Hanya saja Rendi sering suka menikmati senja di depan kostnya, lembayungnya menguning membuat Rendi sangat suka berlama-lama memandangnya. Homesick, yah mungkin Rendi dilanda kerinduan oleh kampung halamannya, termasuk kenangan-kenangannya bersama teman maupun kisah cintanya yang semakin menjauh habis dimakan waktu.  Hingga pada suatu hari Rendi duduk termenung di depan kost, namun hari itu udara dingin dan cuaca mendung memberi arti lain kepadanya. Namun hanya itulah kegiatan sore yang mampu membuat dia berusaha melupakan perasaannya kepada Monika. Saat sedang merenung, handphone Rendi berdering. Tertera nama Tody di handphonenya, lalu diangkatnya olehnya. “Halo, ini Rendi? Temennya Tody? Tolongin diaaa.. tolong pliss ke siniii.. gw butuh bantuan lo!!” bunyi suara perempuan asing yang mengangkat telepon tersebut.

Pencari Arti

Baru saja ku petikkan sajak-sajak saat dulu, Tapi tidak ada yang setuju dengan ketidakmungkinanku, Perusuh dalam selimut dingin, Merubah aku yang semakin dalam, Tinta teruslah bernoda, Tak ada yang salah jika kau hitam, Masih ada banyak sajak yang belum ku tuliskan. Hanya kisahku sampai disini, Masih bergelut dengan sepi, Meski suasana hati kadang membara api, Aku tetap mencari, Walaupun tiada yang peduli. Sampai disini sampai ku menemukan arti. 05.02.16

Pelangi dalam Episode Dua

Cerita sabtu malam bernada diam, Membisikkan angin rindu dari selatan, Dirimu kembali hadir dan terekam, Dosaku kemarin tidak bisa mengembalikkan angan, maafkan diriku yang penuh ego, Hingga aku harus menjadi bodoh melepasmu, Termenung aku memungumut sisa-sisa kebahagiaan kemarin, Tercecer jatuh, terus hingga aku seperti anjing jalang yang kehilangan ciummu, Manisku,manisku, manisku Apa kabar dirimu, Maafkan aku tidak bisa berbuat banyak, Karena hatiku sedang terkoyak, Antara waktu dan takdir, semakin memojokkanku, seakan aku tersindir oleh rengkuhnya, Apa itu yang menjauhkan dirimu? Yang kutahu, cinta ini semakin memanas hingga membakar aku yang dilanda rindu, Kau permaisuri pelantaran pelangi, Dirimu tetap kusimpan dihati, Sebagai bagian hidupku, Dan akan kubawa nanti dirimu, Di kisah yang mengubah aku dan kamu, Seperti pelangi yang kita mau, Hingga esok dan selamanya, Kita akan menua dalam senyum raut wajah kita, Dan mati dalam bahagia, Teruslah waktu yang menunggu kita, karen

Fatamorgana

Hari ini, ku cari kau sebagai lembayungku. Kau yang anggun, menari kau diatas nirwana, Hari ini, jarak yang selalu menjadi masalahnya. Apa dayaku, kau adalah fatamorgana dikala senja, Karena jarak tidak akan pernah bersahabat, Terhadap seseorang yang demam rindu di atas cinta. 02.02.16

Rendi Story : Love (Terbisik 4)

Pagi itu membuat Rendi tidak bersemangat, saking tidak bersemangatnya saat di tengah  jalannya perkuliahan, ia hanya mampu menatap pemandangan keluar dari jendela. Mungkin hampir semua perkuliahan hari itu hanya sedikit yang tersangkut dipikirannya. Tody yang sedari tadi duduk di samping Rendi pun menaruh rasa penasaran yang mendalam terhadap Rendi. Hingga tibalah jam terakhir usai. Rendi langsung bergegas membereskan tasnya dan menuju keluar tanpa memperdulikan Tody yang sedari tadi memanggilnya saat jam perkuliahan usai. Rendi tidak fokus pada hari itu, namun apa boleh buat, Rendi tenggelam oleh cintanya sendiri. Tenggelam dan menyesakkan tanpa diketahui sedalam apa cinta yang Rendi rasakan. Tody mengejar Rendi sampai keluar kelas. “Ren, ren.. tunggu aku bentar Ren..!” ucap Tody setengah berteriak memanggil Rendi. “Ren, aku mau kasih tau kamu info penting Ren.. tunggu akulah!” ucapnya kembali sambil menepuk pundak Rendi. “Eh, iya Tod ada apa? Aduh sorr

Bumi Pertiwi

Teriakan pertiwi menolong sepi, Tiada terdengar manusia tanpa diresapi, Tumbuhlah dan suburlah seperti kau merajai nusantara, Masih nampak kebiruan langit diatas khatulistiwa, Meraum-raum ingin merajai Asia, Sayang sungguh sayang nodamu telah banyak, oleh pengkhianat atas nama pembela, Pembela kaum lemah, yang melemahkan nuraninya atas nama kekayaan. Negerinya bagaikan sebuah permainan, Sehingga Darah mengalirpun diminum olehnya. Semua hancur oleh bajingan-bajingan politik, Seakan-akan mencandai tanpa menggelitik, Dosa apa, Zinah apa, Negeri ini.. Dihancurkan oleh korupsi, Namun Langit masih terang menderang, Setitik harapan masih ada, Kaum pemuda yang jemawa, Pemikiran si arah kanan, Meloncat dari tapal batas, Beberapa semut tua adalah musuhnya, Karena masih pakai cara lama, Pemuda ia berkobar dari darah hingga nadinya, Sampai langit esok harapan itu secerah hatinya.