Skip to main content

Laki-laki dan Kereta Uap



Suara mesin uap kereta api mulai berbunyi kencang. Menandakan bahwa kereta api akan segera berangkat tidak lama lagi dari stasiun tua di makan usia. Beberapa orang yang terlambat bergegas menaiki tiap gerbong, terlihat seperti lautan manusia. Bunyi mesin uap kembali menggelegar mengisi stasiun kecil itu, menandakan kereta akan segera berangkat. Terdapat laki-laki berparas tinggi berkulit putih terlihat gelisah. Wajahnya sendu bagai awan mendung yang akan hujan. Kereta yang akan ia naiki perlahan mulai bergerak pelan maju. Tapi laki-laki itu masih diam di tempat menatap lantai sampai memainkan kakinya. Ada sesuatu yang terjadi beberapa jam yang lalu, sehingga membuat ia tertahan. Dia masih berharap seseorang dari kejadian beberapa jam yang lalu datang dan menemuinya. Gelisah yang ia rasakan bertambah karena kereta uap mulai mengisi asap putih dari hidungnya dan mulai berjalan perlahan meninggalkan stasiun. Kereta itu merupakan kereta terakhir yang berlabuh di stasiun tua itu, terlebih lagi kereta berkepala logam tidak akan pernah datang kembali ke stasiun tersebut. Wajahnya semakin gelisah, sesekali ia melihat jam tangan di jam kulit tuanya. Laki-laki tersebut harus mengambil keputusan, jika dia tetap diam. Dia akan di tempat itu selamanya, terjebak pada perisitiwa. Semua orang sudah menaiki kereta, hanya dia yang masih dilanda keraguan. Dia juga takut kehilangan seseorang pada kejadian tersebut karena dia tidak akan bertemu lagi dengannya. Bunyi mesin uap ketiga kalinya menandakan kereta sudah mulai bergerak perlahan. Cepat meninggalkan stasiun serta jejak-jejaknya. Laki-laki itu akhirnya berlari mengejar peron gerbang belakang. Pangkal stasiun sudah mencapai ujung. Dengan keringat tercucur, dan nafas yang tersenga-sengal, dia berlari sekuat tenaga. Sampai dia berhasil menggenggam besi pegangan kereta gerbong terakhir dan menginjakkan kaki di besi penumpang. Laki-laki itu akhirnya menaiki kereta. Tak berapa lama, sosok perempuan yang ditunggunya baru sampai stasiun, Laki-laki tersebut melihatnya meskipun kereta mulai bergerak menjauh. Sosok seseorang itu melihat kereta mulai menjauh, nafasnya juga tersengal-sengal. Dia melihat Laki-laki itu. Laki-laki itu tersenyum dan melambaikan tangan ke seseorang tersebut, diiringi senyuman yang melingkar di wajahnya. Kereta melaju dengan cepat, mesin uapnya telah memanas membuat kereta melaju pergi meninggalkan stasiun. Laki-laki tersebut tidak menyesali keputusan yang ia ambil. Dia tersenyum karena senang, dia bisa membuat pilihan dan mengambil resiko. Mungkin yang harus menyesal seseorang yang telat bertemu dengan laki—laki tersebut. Mengapa harus terlambat? gumam Laki-laki itu seraya ia duduk di pelantaran peron kereta dalam hati.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...