Usai sudah harapan Rendi untuk mengejar cinta Monika. Kegiatannya telah berubah, Rendi semenjak itu tidak melewati rumah kost Monika yang harus memutar arah. Hanya saja Rendi sering suka menikmati senja di depan kostnya, lembayungnya menguning membuat Rendi sangat suka berlama-lama memandangnya. Homesick, yah mungkin Rendi dilanda kerinduan oleh kampung halamannya, termasuk kenangan-kenangannya bersama teman maupun kisah cintanya yang semakin menjauh habis dimakan waktu.
Hingga pada suatu hari Rendi duduk termenung di depan kost, namun hari itu udara dingin dan cuaca mendung memberi arti lain kepadanya. Namun hanya itulah kegiatan sore yang mampu membuat dia berusaha melupakan perasaannya kepada Monika. Saat sedang merenung, handphone Rendi berdering. Tertera nama Tody di handphonenya, lalu diangkatnya olehnya.
āHalo, ini Rendi? Temennya Tody? Tolongin diaaa.. tolong pliss ke siniii.. gw butuh bantuan lo!!ā bunyi suara perempuan asing yang mengangkat telepon tersebut.
āEh ini, siapa..? Tody kenapa??ā tanya Rendi penasaran mulai bangkit dari duduknya.
āUdahh, nanti aja gw jelasinnnya, lo kesini buruu!! Ke gelanggang olah raga kampus!ā sahut perempuan tersebut dengan panik.
āEhh, iyaa gw ke sana.. !ā panik Rendi langsung mematikan handphonnya.
Rendi kemudian, bergegas menuju gelanggang kampus, dan mengambil jaket dan perlengkapan seadanya. Sesampainya di gelanggang tepatnya di lapangan basket. Terlihat Tody tersungkur dengan luka lebam, terlihat juga perempuan sedang di sudut seperti dirundung ketakutan, dan juga terdapat laki-laki asing dengan membawa balok kayu. Sepertinya terjadi keributan di sana. Rendi langsung bergegas mendekat.
āWoii.. ada apaan nih?! Jangan sampe gw lapor polisi ya lo?! ā sahut Rendi kepada cowok asing, dan membangunkan Tody yang tersungkur berlumur darah di mulutnya.
āAsuu, untung ada temen lo, kalo gak ada udah abis loā teriak orang asing tersebut ke Tody dengan wajah yang memar juga. Kemudian dia pergi meninggalkan Tody, Rendi, dan perempuan asing yang berada di lapangan basket.
āTody, kenapa lo.. bangun. Perasaan di sini lo gak punya musuh deh?!ā tanya Rendi sambil membangunkan Tody.
āuhukk..hoek.. bah memang kau doang yang merasakan drama cinta? Aku juga lah. Ini tuh perjuangan cinta!ā ucap Tody sambil bangkit dari tersungkur.
āTampang lo emang berbalik sama sikap lo ya Dy.. yaudah balik ke kost, lo mesti obatin tuhā ujar Rendi sambil melihat lukanya Tody.
āAh kau ini kaya mamak ku aja, santai Tod tak apa aku. Oh iya kenalkan, ini pacarku yang kuperlihatkan waktu itu hehe..ā ujar Tody sambil memperkenalkan perempuan asing yang sedari tadi berdiri di samping mereka.
āHei, Caca..ā ujar perempuan tersebut berkenalan dan menjulurkan tangannya.
āRendi..ā jawab Rendi sambil bersalaman dengan Caca.
Caca perempuan kuning langsat terlihat wajah manis ala jawa. Mengesankan perempuan lembut dan tidak neko-neko. Ya itu pacarnya Tody, Tody diam-diam memiliki kisah asmaranya tersendiri di kota Gudeg itu. Meskipun tidak terlihat Rendi, karena sikapnya yang begitu ceria dan suka bercanda terhadap Rendi.
Akhirnya mereka bertiga menuju kost untuk memberi obat Tody. Sesampainya di kost Rendi hanya melihat temannya tersebut di perhatikan oleh Caca. Kadang, Rendi iri terhadap situasi tersebut, meskipun Tody terluka namun batin Tody tidak. Caca selaku pacarnya merawat Tody dan terus di sampingnya. Padahal Tody selama diberikan obat tidak terlihat sakit sedikitpun. Yah namanya asmara, biarkan drama Tody dan Caca terus bersenandung. Rendi akhirnya pamit pulang ke kamarnya dan membunuh waktu pada hari itu.
Keesokan harinya saat sore, Rendi biasa habis membunuh waktunya sambil memandang langit. Tody tiba-tiba datang menghampiri.
āThanks ya Ren, kemaren udah dateng nolongin akuā ujar Tody berdiri tepat di samping Rendi.
āAh lo sama siapa aja, santai aja Tod..ā jawab Rendi, masih termenung.
āBagaimana hubungan kau dengan Monika itu?ā tanya Tody.
āAh begini-begini ajalah Dy, malah bisa dibilang gw gak mau bahas itu duluā ujar Rendi.
āPasti kau sedang galau ya Ren?ā ujar Tody menebak.
āBisa dibilang begitu Dyā ujar Rendi.
āYah namanya cinta, apalagi jatuh cinta. Semua ada prosesnya Ren, aku saja juga melewati lika-liku seperti itu. Tapi bagaimana juga kita sebagai pria, menjadi pengambil keputusan Ren. Kita sebagai lelaki harus tahu itulah mana yang pantas kita perjuangkan dan mana yang pantas untuk kita tonton saja. Macam FTV yang ku lihat itu.ā Ujar Tody panjang lebar.
Rendi menyadari temannya yang satu ini bisa menempatkan diri pada kondisi sahabatnya, Dia bisa menjadi orang yang ceria bahkan jahil. Namun ia juga bisa menjadi manusia bijak macam Kahlil Gibran. Rendi hanya menyerap perkataannya namun pandangannya masih tertuju masih langit-langit senja.
āGak tau gw Dy, kayaknya gw cemen banget kalo udah harus menghadapi perasaan. Apalagi cintaā ucap Rendi masih bingung.
āNah itulah Pria Ren, disaat seperti ini kita bakal diberi pilihan yang lebih menjurus kepada kegagalan. Karena itu, kita merasa bayang-bayang patah hati sudah ada di depan mata. Kalo kata mamak ku, jika kau bisa merasakan cinta, maka kau sudah berani bertempur di medan perang. Perasaanmu itu Ren, juga macam bibit tanaman padi di depan kita itu. Kita bisa menuainya jika sudah panen. Nah cinta jika kau tanam dan kau siram, tinggal kau panen juga itu.ā Ucap panjang lebar Tody.
Dari perkataan tersebut, dapat menggoyahkan perasaan Rendi. Namun tak sedikit Rendi masih berpikir realistis berdasarkan kenyataan yang ada. Rendi berpikir dan akhirnya mengambil keputusan.
ā Dy, kayaknya cukuplah gw jadi secret admirernya Monika, gw udah ngambil keputusan kok. Gw pengen berjalan normal dulu aja. Lagipula udah ada cowok yang jaga dia. Yah let it flow aja..ā ucap Rendi sedikit sendu.
āKau bertemu dengan cowok itu di tempat Monika ya Ren..?ā ujar Tody seperti tahu sesuatu.
āHah, lo tahu Dy?ā penasaran Rendi dengan ucapan Tody barusan sambil menatap Tody.
Wuissshh, hari itu perbincangan Rendi dan Todi semakin sengit. Terdapat sesuatu Rendi yang harus tahu. Perbincangan tersebut tiba-tiba terpotong oleh angin yang sepoi begitu kencang, membawa daun-daun runtuh dari asalnya. Lembayung senja mulai nampak, namun mereka masih bergelut dalam perbincangan.
Bersambung
Comments
Post a Comment