Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2019

Kakek Tua

Pada langkah resah yang dalam, kabut tipis-tipis hingga gerimis mulai menghitung jamak waktu. Kakek tua itu masih menunggu, seminggu sekali. Di stasiun tidak berpenghuni. Hanya tanaman rambat dan dinosaurus yang sedang memburu burung dara. "Hidup tak lagi hidup,pertemuan adalah ombak yang berdebur, dan engkaulah pantai dari sisa fatamorgana" Kakek tua meracau sambil menebar bunga di karatnya jalur besi kereta. Hingga kawanan meteorid menimpa sang kakek dan dinosaurus.Hanya ada ingatannya yang terus menggebu. St.Lempuyangan,2015

Rupa Manusia

Kita sadar rasa rekayasa Semua tanda kemanusiaan Tenggelamkan untuk sekali saja Rasa puas fana jingga kelana Apa kau gundah tentang manusia? Kan lupa jati dirinya Perihal letih marilah duduk bersama Saling bersender penopang rasa Kita duduk di batas khatulistiwa Melihat mega-mega bintang Hingga kita lupa, kita manusia Dengan cara yang berbeda. 23.01.19

Birdbox (Ulas Film)

By Sussane Bier Film yang diangkat dari Novel dengan judul yang sama tahun 2014 mengangkat tentang tema thriller psikologis teror suatu makhluk tak kasat mata (saya juga ga tau itu apa, cuma bentuk bayangan ma angin aja), dan sekelompok pengikutnya dari rumah sakit jiwa. Hal yang membuat film ini menarik adalah tidak bolehnya karakter melihat kalau tidak mau bunuh diri, sebab teror akan berlangsung jika seseorang melihat dunia luar. Film ini menggunakan konsep restricted plot sehingga ketegangan tetap terjaga, lagipula dengan menghubungkan pada penonton antara protagonis membuat posisi penonton secara emosional lebih terasa dalam mengatur tempo ketegangan. Penggunaan plot yang tidak lurus juga membuat penonton perlahan-lahan larut pada cerita (non-linier). Meskipun sangat disayangkan film ini hanya dipersempit pada nasib si karakter tokoh saja, tanpa ada eksposisi (pengenalan) terhadap pembuat teror dan ending sehingga mampu melepas dahaga penonton. Dalam pandangan saya,

Rahim Ibu

Ku ingin hidup seperti di rahim Ibu. Surga itu, menghangatkan seperti rahim Ibu. Sampai ku terlempar dari singgasana. Melihat duri, di luar rahim Ibu. Aku pasti kembali, Mati ke rahim Ibu. Yang seperti surga itu. 19.01.18

Porno : Feminisme, Seksualitas, Pornografi di Media Massa (Asal Ulas)

By : Ahmad Junaidi Buku ini merupakan hasil penelitian skripsi dari seorang Ahmad Junaidi. Dengan sistematika yang persis denga metode yang digunakan membuat saya nostalgia kembali ke masa-masa penelitian dahulu kala~ Tentu dengan bahasa akademik membuat saya hanya tertarik pada landasan teori,  sampel data, dan kesimpulan saja. Makanya bacanya cepet haha.. Buku ini memaparkan bagaimana media massa menggambarkan isu pornografi/peristiwa yang terjadi pada saat "Goyang Inul" zaman baheula. Pornografi sendiri ternyata terdapat pro dan kontra dari kaum feminisme libertarian dan feminisme radikal kultural/ feminis teolog. Feminisme libertarian menganggap pornografi bentuk kebebasan ekspresi perempuan untuk pengungkapan seksualitas nya, sebab zaman dulu bahkan sejak ratu victoria, perempuan dianggap makhluk yang tertutup dan ditindas secara seksualitas (dsebut sebagai zaman victorian). Sedangkan feminisme radikal kultural menganggap pornografi sebagai pelembagaan bud

Seni Hidup Minimalis (Asal Ulas)

Seni Hidup Minimalis By Francine Jay Sepertinya saya masih merasa cukup untuk membaca sampai setengah dari buku ini, sebab buku ini tergolong mudah sekali dibaca dengan bahasa sehari-hari. Terlebih sisanya yang bersifat praktek sehingga menurut saya, merasa cukup untuk baca sampai setengahnya saja (masih setengah2 menerapkannya). Buku yang sedang trend dikalangan milenial untuk melawan konsumerisme dan hemat tentunya akan membuat yang membaca semakin yakin tentang pilihannya untuk hidup minimalis. Menurut saya hidup ini cocok untuk orang yang praktis seperti saya. "Hidup sesuai fungsi, bukan gengsi" yup slogan atau motto hidup yang uda lama saya pegang ini cukup diwakilkan melalui buku ini dengan secara matang. Secara singkat, buku ini memperlihatkan konteks tentang hidup minimalis dan melawan konsumerisme dan hedonisme masyarakat yang sudah kadung dimakan banyak iklan-iklan. Sebab iklan mampu membawakan janji-janji fana dan masalahnya manusia sangat rentan untu

Manis Rasa

Kita tertelan, kita tidak sepadan. Sisalah rempah yang dijadikan bumbu, kau sebut sia-sia. Kita sinaran, kita tenggelam. Lama hilang pekat datang. Terang bulan, manis rasa. Kita berdendang tentang perpisahan. 10.01.19

Berpangkal Rentan

Kelak kau kan pahami, mencari yang tak kau cari mengulik yang tak kau mengerti. Bukan lagi tentang arti tapi lebih dari yang kau dalami. Semua benci tentang waktu jika harusnya tetap bisu dalam kenang yang tak bisa dijangkau kembali. Rasanya, kau cukup rebahkan dalam-dalam. Kita saling menjangkau kembali dalam kenang yang lebih dalam. Sekarang, kita terbawa ombak waktu yang semakin lama menjauh untuk mendarat di labuhan masing-masing. 06-01-19