Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Aku Dirimu

Dik, kau mungkin saja nanti terlihat tua. Usaplah dempolan semu mu itu. Satu-satunya yang kulihat di dalam dirimu adalah aku sendiri. Sebab, aku pun dirimu. 27-12-18

Gadis Poni

Adakah di dalamnya, gadis mungil berambut poni? Menawarkan segelas rasa candu sekaligus pilu? Apalah nasib waktu tak pernah setiap kali kita bertemu. Kau menjelma menjadi mataku yang meraba pada tiap detik tatapku, berbuahkah rindu? Tak perlulah kini engkau kembali, sebab kita sudah saling membagi. Sekali saja, bisakah kau lebih dari gambaran Indah-Nya. Cukup, kau tak perlu tau. Ini hanya derma kata di atas tinta. 27-12-18

Juwita

Semua tentang hidup bicarakan juwita, Berkasih siapa berkasih? Kita sudah diderma logika, sedangkan rasa tetap meraba sesuatu yang dianggap fana. Bisakah kita sekali lagi melantunkan episode yang sama? Tentang kau yang menjadi temanya? 20-12-18

Batas Malam

Kita saling menatap tapi tidak menemukan. Haruskah gemercik di luar memberi kepastian? Pada setiap basahnya yang ikhlas menjadi patricor di tanah. Kau aroma damai pada sonar abu-abu. Pada kau yang hidup di mataku, sudahi semua goda rayumu yang tak perlu kau sungsingkan senyum padaku. Akhirnya kau adalah simbol keikhlasan  yang tenggelam pada lautan malam. 17-12-18

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Sepasang Daun

Kita adalah daun di dahan berbeda. Perlahan lepas terhembus angin, bersautan dan bertemu ditiupannya, sampai mekar kembali. Hingga jeda waktu memisahkan tanpa titik, jatuh di tanah yang berbeda. Sementara kita kembali menjadi kering. 01 Des 18

Letihkah, Adinda?

Apakah Malam ini begitu sendu? Letih kau kah Adinda? Pejaman matamu teduh, Apakah daku bisa sebentar saja merebahkan mu di sebuah pelantaran paling sunyi? Ku selimuti dirimu yang risau akan hari ini, Resah ku pun begitu, yang tak tahu debur dada ini untuk siapa, Sepotong kata hai menusuk ku.. Peraduan nasib begitu pilu adinda, Mari ke sini, Nikmati sisa senja malam ini.. Aku mau, kau untuk sebentar sama-sama meramu rindu untukku, Untuk sekali, hari ini saja.. 31-10-18

Hanya Kata

Sebab kita hanyalah kumpulan kata yang tersusun menjadi makna. Kini rupa hanyalah fana. Yang ada, episode lalu tentang rasa.. 28.10.18

Aku kamu

Akhirnya pengah di dada tak pernah usai, Bagian jemariku tak bisa mengecup dan mengucap kata, Ah, seandainya kau bisa terlihat dan tersentuh, Seandainya, selalu kemustahilan itu menguap dalam imaji rasa, Perihal kau, kepalsuan hati dan ego membuat ku mati, Oh jasad, ku telah mati nisanmu bernafas, Kekasih, kau selalu hilang dalam mataku, senyap dalam udara, Di liang ini hanya terpejam untuk melihatmu, memandangmu dalam ekspetasi rasaku nan kerlap kerlip, Di dalamnya aku kecup dirimu dalam-dalam, bukan bibirmu namun tepat jiwamu, Biarkan ku tenggelam di dalam sana, patah hati, jatuh hati, dan tersiksa dirimu, Dan aku hilang, hilang, menjadi dirimu 09-Okt-18

Hidup di Mimpimu

Aku menatapmu dalam diam, Pada pandang mata yang ku sukai, Memulai resah sedari dulu, Aku berharap.. Rencana aku mencintaimu tidak sia-sia, Sebab segala urusanmu adalah beban panggul dalam dada, Jika, suatu saat semesta mengutukku, Dan, sepertinya aku akan dikutuk.. Hal yang tarsemai dalam mimpi mulai membias, Aku ingin hidup di mimpimu, seperti engkau.. Telah berkasih di dalam renungku, kekasih. 5 Sept 18

Tanah Orang

Pada akhirnya yang berkumpul menjadi debur, terisak dan berbuih, Menjadi basah dan kering di tanah orang

Sekumpulan Abstraksi Tentang Cinta

Ini merupakan abstraksi pengertian saya tentang cinta yang sengaja saya rekam di blog ini sebagai pengingat saya sendiri, dan ini merupakan bekas chatingan dengan teman-teman saya di group chatting. Bicara soal cinta emang cukup rumit, kayak orang mendefinisikan hantu. Islam dalam memandang cinta itu sebaga Hub, Muhabbah (Cinta mendalam kepada Allah). Aku juga tidak bisa mendefinisikan cinta tahap Muhabbah. Mungkin bisa tanya para Sufi, karena saya masih merasa masih belum sampai situ. Kaum Sufi rata2 menyebut kaum kita itu Muslim Hayawani (Ibadah yang secara termologisnya hanya sebatas surga dan neraka). Pada dasarnya manusia itu memiliki hasrat memiliki hidup yang sempurna. Sempurna dalam arti dinamis bukan statis. Bagaimana menjemput kesempurnaan? Manusia menghindar dari hal-hal yang merugikan dirinya dan berharap mendapatkan suatu nilai yang bisa membuat dia merasa nikmat. Jadi dalam tahap ini manusia membutuhkan kenikmatan untuk mencapai kesempurnaan. Cinta menjadi idio

[M]anus[sia]

Terlahir kita digaris surga rintihan Ibu, Segumpal daging dan pancaran purnama di wajah, Merengek tangis tanda alam darinya yang belum tersentuh dosa, Kini telah menua, menjadi dewasa, lapar..lapar.. Lapar kenikmatan surga dari dunia yang fana, Makan bukan tentang nasi, Lapar bukan tentang perut, Hanya ingin, Tidak lain, Demi nadi yanh nyata, mulut yang cemerlang, pandang beribu mata dalam genggam, Biarkan tetap menua, Inilah nasib menjadi manusia, Tuntunlah selama kalbu mencoba teduh atas kehadiran-Nya. 01-08-18

Sabda Perpisahan

Pada hidup yang menanti kematian atas syawaq Kau yang hidup di mataku, dan tak pernah menatap kembali Biar menjalar setiap kenang dalam kening atas air mu yang berjalan di atas dedaunan kering Bisulah engkau yang mematung dalam sekat, maka aku akan mengembara mencarimu disudut kenang yang lain Pada akhirnya kita akan menanti dalam penantian lain ,pada sabda kata terakhir dalam hidup 30-07-18

Menikah? Apa tuh?

Dalam hidup kita melalui berbagai tahap kehidupan, salah satunya adalah fase menikah. Menurut kamus KBBI menikah adalah ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Menikah tidak ada hubungannya dengan cinta, karena menikah hanyalah penyatuan dari dua insan dalam tahap kehidupan berikutnya. Sedangkan cinta adalah landasan dalam keharmonisan kehidupan. Sudjiwo Tedjo pernah mengatakan “Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa”. Jadi, cinta merupakan manifestasi kasih sayang yang datangnya tidak bisa ditebak, hal itu merupakan anugerah Tuhan kepada setiap manusia. Beragam faktor sosial, politik, dan ekonomi mempengaruhi pelaksanaan pernikahan di Indonesia. Di Indonesia sendiri memiliki banyak suku budaya yang beragam dan agama yang juga mempengaruhi pelaksanaan pernikahan. Misalnya, dalam pernikahan adat sunda maka terdap

Rupa-rupa Kata

Aku bertemu denganmu, tertatih dengan beban senyum di bibirmu, di sana kau sorotkan hati pada semua manusia, terpaut diriku. Kau meninggalkanku, namun aku masih menemukan mu dimana-mana.. 16-06-18

Lahir

Ada deru yang menghambar telinga, jauh di jalan-jalan yang ramai dengan hingar bingar kemenangan. Ada pula sepi yang menghantui di pojok jalan yang sama, dengan hening bebas dari roda-roda besi. Untuk kita saksikan, kelahiran apa yang kita capai dari sebuah perjuangan menahan. 15/06/18

Majemuk

Andai sajak lirik adalah sebuah roda, maka ku kayuh dengan sederhana.. Bilamana pagi adalah air maka ku sibakkan tanah untukmu mengalir.. Rona merah, kecup bibir, yang bertabuh menjadi siulan kesepian.. Dilema engkau? gelisah kah engkau? Pada malam kemudian matamu mulai meramu letih, Masih ada sajak yang tak kau ketahui, Di sisi ujung mimpi tempat kau berlari, dari kejaran kepiluan hati.. cari dan mencarilah, untukmu sebuah harmoni 09/05/2018

Kamus Cinta Bagi Pecinta

Keindahanmu

Kesempurnaan Sakit

Penabur Rasa

Aku menanti temaram malam menafsir rindu itu, Aku menjadi bulir air yang menetes tak tentu, Menanti kering tuk disibak oleh waktu, Ku kira kau begitu, tetap basah walau tetesnya menjadi kering pilu, Kesepian mengulur menjadi ombak yang menggerus batu karang, Kita pernah berdekatan, menyatu, menjadi deru.. Sekarang, abadi menjadi debu, Dalam pandang rupa kau tetap ada, Dalam kesadaran rasa kau berkelana, Kini tak ada kata, apalagi suara.. Sekarang kita berpura-pura untuk menjadi seutuhnya manusia.. 03.05.18

Semayam Cinta

Bias, sebuah sesal dalam roma. Kota ini sudah bukan menjadi kita, atau tentang kata-kata dalam kisah, Berpikir menjauh dari ragamu adalah satu sebab aku berlari terjerumus hempas ke timur, namun aku hanyalah debu yang tertiup oleh kasmaran cinta abadi, Merindukanmu adalah kefanaan, Mencintaimu adalah keabadian. Malam enggan berbisik, hanya malaikat yang turun dengan rintik hujan, Mengabarkan inilah janji hujan pada pecinta, biar ku pahat dalam monumen keabadian, tentang manusia dan insan lainnnya. Pada akhirnya daku hanyalah kapas yang dihempas dan lepas pada alga yang menyala, Dinda, kau bersahajalah, beranak pinak, dan mati dalam cinta yang kaumiliki sendiri. Pada nasib takdir biar ku pikul dalam riang, karena kita sering bercumbu dan bercinta dalam khayal, Cinta dimiliki bagi penikmatnya bukan untuk saling memiliki dalam keabadian. Sampai jumpa dalam semayam doa selanjutnya. 20-04-18

Imaji Memoar

Ada, Kita bermanja. Dalam doa.

Aku Tidak Mencintaimu

Aku mencintaimu, Tidak, Cinta haruslah bisu, Ya, Agar kau paham, Rindu yang memendam. 10/04/18 04:18 AM

Fatamorgana Oasis dan Lembayung Senja

Pemuda itu duduk di sabana padang pasir perbatasan antara gurun dan bukit hijau dilapisi trotoar aspal dimana manusia bisa sebut sebagai tempat tinggal. Banyak mobil lalu Lalang truk-truk yang membawa pasir dan peralatan besi. Rasa-rasanya ada dua bagian bumi yang menjadi batas antara kehidupan dan kematian, namun pemuda tersebut tetap takzim menatap batas gunungan pasir yang tidak terbatas. Bagi kebanyakan orang mungkin mengira pemuda itu gila, setiap hari tepat senja sudah di batas tatap mata antara kefanaan malam dan sore pemuda itu sudah terduduk manis menatap padang pasir. Pemuda dengan tatapan kasih, menatap fatamorgana yang belum pernah dilihat kebanyakan manusia di kota sana. Separuh rasa dia nikmati, tiap sepoian angin beradu dengan air di dalam oasis pada pandangannya. Di dalam oasis terdapat beberapa pohon kelapa dengan buah yang melimpah bak gadis desa yang siap dipinang. Ada juga talaga yang begitu menyegarkan, air melimpah bak air zam-zam yang mensucikan, sekumpu

Si Bodoh Angin

Pada malam suntuk, seirama dengan deru kencang roda besi berbaris mengarah pulang. Di balik jendela terdapat basah air langit, lambaian tatap tersamar oleh sekat waktu. Bagaimana gores senyum dari bibir tergambar pada malam sendu. Ada kibasan rambutnya dari tiap lampu-lampu yang lewat. Pada malam mana lagi mencari? Semua hanya tentang rupa sayang. si bodoh hanya mencari malam, tapi yang nampak hanya sekelebat lentik bulu matamu. Tidak, si bodoh itu hanya angan dari sepoyan angin malam sendirian. 06/2018

Puan Penghujan

Puan gerimis, basah terserap. Tertawa riang dalam deras. Maksudmu basah, pahamku air. Kau tunjukan teduh. Ku tatapmu pasti, lewat bau tanah yang bercinta dengan puan. Lewat jendela, ku nikmati kau di dalam kaca kepengahan dada. 12.02. 2018

Kekasih di Ruang Hati

Kau penabur cinta dalam raga, Menjelega embun di pagi buta, Ingatkah sungai bermuara pada lautnya? Semilir dedaunan jatuh diatas gemercik air kemudian lenyap pada aliran kasihnya, Meratap hati sedih senang lenyap, Kala menyambut kekasih di ruang hati. 22.01.2018

Tenggelam dalam lembayung

Ada siulan angin yang kiranya hening pada malam tiba, Masuk dalam sela jemariku dan membelai rambut, Aku menjadi kata-kata yang membingkiskan sebuah tanya, Terpaut jatuh pada jeda kisah, kosong melompong dicuri kalong ciut, Aku kata yang kehilangan alphabet, Dasar rindu kampret, Aku tenggelam dan hilang, Tak semenarik senja saat kau menjadi lembayungnya. 12-01-18