Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2019

Ngaji Filsafat: Hermeneutika Gadamer

Ngaji Filsafat: Hermeneutika Gadamer Oleh: FF Filsafat Hermeneutika Gadamer lebih memahami pada ontologis hermeneutika. Berbeda seperti Schleimacher yang menempatkan hermeneutika sebagai seni pemahaman yang bersifat dalam memahami kita tidak boleh lepas dari author, maksud dan tujuan penulis, dalam membaca pembaca tidak boleh ada pemahaman dirinya sendiri untuk menghasilkan kesalahpahaman. Padahal menurut Gadamer peran pemahaman pembaca tidak boleh lepas sebab ada istilah pra-kognitif, pra-pemahaman, dan pra-struktur. Apa itu? Berbeda dari filsuf hermeneutika lain, Gadamer percaya bahwa pemahaman manusia itu tidak mungkin dari tidak ada ke ada. Tapi dari ke pra-pemahaman ke pemahaman baru. Jadi sifatnya bukan reproduksi makna tapi produksi makna karena ada peran subyektifitas dalam memahami teks. Hal ini bisa disebut prasangka, nah jenis prasangka ini ada 3: vorhabe (pendapat awal yang ingin dipahami), vorsicht (pengertian yang sudah dipahami ke depannya), dan vorgiff (konsep dalam

Ego Kita

Kita sepakat menentukan yang salah atau benar. Meski semua merasa memaksa benar. Adakah kelak standar yang setia? Menjadi benar-benar adil dalam rasa? Ini kata-kata bukan utopia semata. Tapi apalah daya kata hanyalah bau tengik. Jika perubahan hanya pemilik jiwa-jiwa narsistik. Hai-hai kawan apakah sadar? Ini kehidupan bukan cerita dongeng berbie. Maka dari itu usaplah kaki tanganmu kita tidur meratapi halusinasi yang baru. 21.07.19

Kias Menghias Insan #2

Sebenarnya kita apakah manusia? Sedikit saja kekuasaan mampir, logika melipir. Adakah sejenak manusia yang bersikap bodoh meskipun bodoh saja ia tak punya? Barangkali kita hanyalah ombak ego yang beranjak diarahkan oleh tak tahu siapa? Mungkinkah kita lebih mulia dari batu? Kalau menjadi manusia saja kita tak tentu. Kadang angin berlalu saja kau abai, sebab kau anggap ia tak ada? Meski nafas kau punya selalu terasa. 20.07.19

Kias Menghias Insan

Biar semua yang berlalu tenang, Pada pukul 3 pagi jam dinding berhenti berdetak, Kiranya saja ada raga tersisa tuk mengais sisa-sisa bahagia, Meski semua tercurah bukan tentang harta, Hanya saja pelengkap manusia menjadi seutuhnya manusia, Ialah otak, logika, rasa serta moral yang berjibaku buta, Menahan tiap ego manusia tuk merengkuh nafas-nafas nafsunya. 20.07.19

Ngaji Filsafat: Fenomenologi Hermeneutika Paul Ricoeur (Post-modern)

Ngaji Filsafat: Fenomenologi Hermeneutika Paul Ricoeur (Post-modern) Oleh: FF Paul mengangkat sebuah filsafat Fenomenologi-hermeneutika dalam kajian post modernnya, yang berakar dari berbagai filsuf eksistensial Heiddeger, Fenomenologi Husserl, struktualisme Ferdinand de saussure, levi strauss. Hingga Hermeneutic of Spicious-nya Nietzsche, karl marx, freud. Menurut Paul proses ungkapan layaknya "Agama adalah candu" adalah sebuah seni penafsiran bukan sebuah kritik skeptisisme. Sebab ia mencoba membaca zaman pada saat itu sehingga tida terjadi de-mistisisme atau a-historis. Apa itu? Pada zamannya Karl Marx mencoba menafsirkan kondisi "Agama" situasi di zamannya sehingga sifatnya tidak statis, mungkin pada zamannya banyak orang malah lebih menyembah pikirannya terhadap Agama, bukan hakikat Agama dan Tuhannya. Dari sini Paul memberikan contoh dalam Fenomenologinya. Dalam dialektika keputusan Paul mengungkapkan ada ketegangan yang berisi kesengajaan dan ketidaksengaj

Ngaji Filsafat: Konfusiusisme (Etika Politik)

Ngaji filsafat: Konfusiusisme Oleh FF Konfusiusisme merupakan salah satu keyakinan dan filsafat besar di Bumi Tiongkok. Sampai saat ini kepercayaan ini secara prinsip dipegang teguh oleh masyarakat nya sehingga negara ini salah satunya yang memiliki etos kerja tinggi, dan negara maju. Inti ajaran ini adalah pemberadaban diri, atau membekali diri dengan moral yang baik. Sebab filsafat ini tidak memberikan oposisi antar subyek  vs obyek, melainkan menekankan moralitas dan etika politik. Bagi ajaran Konfusiusisme/konguchu ajarannya, hidup ini asam maka harus diseimbangkan dengan tataran moral agar hidup bisa adil. Sebelum Humanisme berkembang di Barat ternyata Konfusiusisme sudah berbicara tentang kemanusiaan yang bersifat terapan atau pengajaran, bahkan sebelum Socrates mencetuskan meskipun ia melalui jalur mistisme (dunia ide). Daalm filsafatnya dalam kontribusi politik bermasyarakat manusia harus berupaya mengubah atau membentuk moral yang baik dari individu, kemudian merubah sekit

Detik Waktu

Sudah cukup kau rebahkan saja. Masih panjang perjalanan waktu. Yang kuncup memukau dikau wahai tubuh merindu sejenak. Kini tiada alasan mengapa berbeda menjadi halangan. Kita diperhitungan jumlah kalam doa. Adakah dikau dalam detik, kuhirup pada doa kemudian merinduku sejenak? 07.06.19

Ngaji Filsafat: Taoisme

Ngaji Filsafat: Taoisme Olrh: FF Taoisme lahir di bumi Tiongkok bersama berbagai ilmu filsafat lainnya yang terkenal: Buddha, dan Konfusiusisme. Selain sebagai filsafat ilmu ajaran ini diterapkan sebagai Agama. Meskipun tidak hanya itu saja sebab sampai zaman dinasti 1600 M terdapat sebutan Negeri 100 Filsafat. Jadi ada beragam nilai ilmu Timur di Tiongkok. Ilmu terapan timur berbeda dengan Barat. Ia bergerak sesuai dengan perilaku. Jadi secara organisme nya pengetahuan yang diterapkan harus benar-benar tercermin pada perilaku. Berbeda dengan barat yang sudah terstruktural sistem pengetahuannya. Dalam dunia modern, sistem pengetahuan ini bergerak secara progresif -material namun kelemahan pada nilai ruhani atau spiritual. Itu makanya kalau di Timur dulu orang jahat identik dengan orang bodoh dan orang pintar dijadikan benar2 contoh sbg ulama, tokoh dsb. Di Barat, orang pintar belum tentu mempengaruhi moralitas manusianya. Karena segala olmu dimasukkan berdasarkan struktur sistem pen