Skip to main content

Ngaji Filsafat: Hermeneutika Gadamer

Ngaji Filsafat: Hermeneutika Gadamer
Oleh: FF

Filsafat Hermeneutika Gadamer lebih memahami pada ontologis hermeneutika. Berbeda seperti Schleimacher yang menempatkan hermeneutika sebagai seni pemahaman yang bersifat dalam memahami kita tidak boleh lepas dari author, maksud dan tujuan penulis, dalam membaca pembaca tidak boleh ada pemahaman dirinya sendiri untuk menghasilkan kesalahpahaman.
Padahal menurut Gadamer peran pemahaman pembaca tidak boleh lepas sebab ada istilah pra-kognitif, pra-pemahaman, dan pra-struktur.
Apa itu? Berbeda dari filsuf hermeneutika lain, Gadamer percaya bahwa pemahaman manusia itu tidak mungkin dari tidak ada ke ada. Tapi dari ke pra-pemahaman ke pemahaman baru. Jadi sifatnya bukan reproduksi makna tapi produksi makna karena ada peran subyektifitas dalam memahami teks. Hal ini bisa disebut prasangka, nah jenis prasangka ini ada 3: vorhabe (pendapat awal yang ingin dipahami), vorsicht (pengertian yang sudah dipahami ke depannya), dan vorgiff (konsep dalam memahami/menginterpretasikan).

Prasangka itu baik untuk kondisi dalam memahami. Meskipun begitu kita harus bedakan ada pemahaman yang legitimate dan tidak. Hal ini dipengaruhi oleh tradisi, nah seperti budaya yang berkembang seperti apa dsb karena manusia tidak bisa berpikir di luar tradisi. Kemudian ada otoritas, dalam setiap tradisi pasti ada otoritas yang dipercayai (author).
Tradisi ini berkaitan dengan sejarah, sebab pembaca teks tidak bisa lepas dari sejarah dalam  hal memahami. Sebab ia anak zaman dan cara membacanya pun tergantung kondisi zaman, sebab pembaca juga pasti terpengaruh zaman, refleksi ini yang membuktikan manusia tidak bisa berpikir diluar sejarah zamannya.

Dalam pemahaman ini akhirnya terjadi fusion (peleburan) atas makna teks awal dan teks pembaca, sehingga membentuk makna baru. Ini menunjukkan pembaca dalam memahami itu mencari kesepahaman baru sehingga membentuk kepemahaman lainnya dari proses membaca. Cth: Islam pada zaman awal berbeda dengan sekarang dengan beragam bentuk tarekat dan Mazhab. Sehingga makna menjadi lebih kaya.
Singkatnya pemahaman Gadamer menjadi sebuah lingkaran pemahaman. Dari pra-pemahaman ke pemahaman baru, kemudia terus berputar dan bergerak.
Terimakasih.

21.07.19

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d