Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2019

Ngaji Filsafat: Richard Rorty (Kebenaran)

Ngaji Filsafat: Richard Rorty (Kebenaran) Oleh: FF Richard Rorty merupakan filsuf post-modern yang memiliki pemikiran tentang neo-pragmatisme. Teori kehidupan idealnya terbagi jadi dua macam manusia: manusia metafisik dan manusia ironi. Manusia metafisik berlaku mencari sesuatu yang pasti kebenarannya sehingga membentuk pemikiran obyektif. Sedangkan manusia ironi terus mempertanyakan kebenaran yang dianut sambil terus menjalani hidup tentang kebenaran yang diyakininya. Sampai di sini, kebenaran menurut Rorty bukan bersifat final atau obyektif. Kebenaran merupakan kesepakatan sosial yang dianut. Sehingga berbeda budaya maka nilai kebenarannya pun berbeda. Richard Rorty berkata bentuk-bentuk sakral yang dianut manusia merupakan perwujudan ketidak pahaman manusia terhadap konsep benda tersebut. Sehingga kita harus terus belajar agar bentuk2 yang kita sakralkan bisa dikendalikan atau dikenali kemudian tidak menjadi sakral lagi. Nihilisme pun di kritiknya, meskipun ada yang tidak memili

Ngaji Filsafat: Dekontruksi Derrida (Post-Modernism)

Ngaji Filsafat: Dekontruksi Derrida (Post-Modernism) Oleh: FF "Nothing outside the text" merupakan slogan Derrida yang paling terkenal dalam memahami pemikirannya. Derrida seperti filsuf lainnya lahir dan memiliki kehidupan normal dan meninggal karena sakit komplikasi. Dekonstruksi merupakan pemikiran mutakhirnya dalam membedah struktualisme. Pemikiran post modern seperti Rorty kemarin mengarahkan pada  sebuah kemajemukan/pluralisme dan menghancurkan epistemologi (hakikat pengetahuan). Pluralisme lahir akibat pemahaman berbeda masyarakat atau individu dalam memahami teks. Teks bukan hanya berupa tulisan namun sesuatu yang bermakna atau bisa dimaknai. Maka karena itu yang tidak bisa kita pahami merupakan bukan/belum teks. Sampai sini saya memahami konsep Iqro pada dunia Islam. Kenapa orang bisa berbeda pemikirannya? Sebab di dalam teks terdapat different atau perbedaan. Seperti bendera putih suci ada juga yang mengartikan kematian. Manusia memandang sesuatu dengan pemahama

Ngaji Filsafat: Simulakra Baudrilliard (Post-modern)

Ngaji Filsafat: Simulakra Baudrilliard (Post-modern) Dalam era modern konsumsi menjadi titik awal sebuah eksistensi, kenapa begitu? Sebab dunia modern sudah dikuasai oleh simbol-simbol manipulatif sehingga hidup kita dapat disetir sebagai simulasi. Dalam titik ini Baudrilliard menyebutnya Simulakra. Berbeda pada era Marx yang menitikberatkan pada produksi. Struktur modern sudah dimodifikasi oleh kapitalisme untuk membentuk dunia seperti apa yang dikehendaki nya. Manipulasi tanda tersebut mampu membuat realitas-realitas buatan sehingga manusia mempercayai bahwa ynag buatan itu nyata, hal ini disebut sebagai hyperealitas. Cth: Doraemon, Disneyland, dufan. Kenapa begitu? Ada simbol-simbol yang dimodifikasi seperti tanda, pertandan dan penanda. Nah penanda ini mampu dimodifikasi sehebat mungkin sehingga mampu menggoda manusia. Cth: iklan sabun A memperlihatkan model ideal cantik jika memakai sabun tsb. Maka masyarakat tergoda dan membeli. Atau produk Apel. Nah dari penanda tsb, bisa ter

Ngaji filsafat: Habitus Pierre Bourdieu (Post-modern)

Ngaji filsafat: Habitus Pierre Bourdieu (Post-modern) Oleh FF Pada filsafatnya tidak serumit para tokoh post modern lainnya. Ia menekankan dari subyektif tentang apa yang di luar diri dari manusia. Ada 3 pokok penting sosiologis dalam memahami filsafat Pierre, yaitu: Habitus, Kapital dan Arena. Manusia wajarnya memiliki sifat menyerap apa yang di luar dirinya dan mencoba mengendalikan sebisanya. Konsep rumitnya disebut Internalisasi Eksterior kemudian Eksternalisasi Interior. Cth: Saat kita mencoba es mqanis teh saat haus, maka akan merespon dengan senang dan minun dengan seketika. Respon ini tergantung habitus manusia itu sendiri (kaya kondisi budaya yang mempengaruhi pola hidup manusia). Habitus ini tergantung dengan kekuatan simbol (aturan-aturan yang mendeterminasi mana baik dan buruk). Baik dan buruk ini tergantung dominasi simbol mana yang menguasai. Dalam kekuasaan simbol ada distingsi dan resistensi. Yaitu mengikuti simbol-simbol yang ada dan menerapkannya sehingga terjadi p

Nostalgia

Kolaborasi: Ulfha Luthfiana & Herlambang Setia Aji Segenap harapan boleh saja sirna Sebuah rasa bisa saja tiada Namun kenangan yang tak berupa terus saja tersisa Bahkan dikepasrahan yang harus rela Bagian mana yang tak kau suka Aku mencintainya Perihal mana yang kau anggap biasa Aku menyayanginya Hingga sampai kapan kucoba meratapi gelap tanpa kisah dalam dinding-dinding ruang jakarta atau perapian kehangatan peluk masihkah tersisa serpihan kalam doa darimu? Pada nostalgia, aku teduh Dari kesepian kau merayu Kemudian sayup-sayup menyelimuti kening Semua kenang terpatri padamu 25.06.19

Jarak Surya Menggasing Badai

Pada mulanya kita bertaut mata Dalam jarak tak peduli rupa Ku bagai terpaan fajar meneduhkan segala apa yang menjadikannya fana Mulanya kian bertahta dalam terik siang menerpa Lalu asmara tetaplah sama pada ia yang tulus mesra Di regus segenap cinta menjadi riuh gemuruh badai Bergejolak menjadi sakit Kemudian badai hanyalah badai Yang berlalu menjadi sinaran surya Berbahagia berbahagialah Sebab badai kan berlalu mencari teduh lainnya Kemudian surya mengalunkan warna melalui pelanginya Terima kasih penata cinta, sebab engkau mengalun rindu walau sekejap badai semata 23.06.19

Ngaji Filsafat: Richard Rorty

Ngaji Filsafat: Richard Rorty Oleh: FF Richard Rorty merupakan filsuf post-modern yang memiliki pemikiran tentang neo-pragmatisme. Teori kehidupan idealnya terbagi jadi dua macam manusia: manusia metafisik dan manusia ironi. Manusia metafisik berlaku mencari sesuatu yang pasti kebenarannya sehingga membentuk pemikiran obyektif. Sedangkan manusia ironi terus mempertanyakan kebenaran yang dianut sambil terus menjalani hidup tentang kebenaran yang diyakininya. Sampai di sini, kebenaran menurut Rorty bukan bersifat final atau obyektif. Kebenaran merupakan kesepakatan sosial yang dianut. Sehingga berbeda budaya maka nilai kebenarannya pun berbeda. Richard Rorty berkata bentuk-bentuk sakral yang dianut manusia merupakan perwujudan ketidak pahaman manusia terhadap konsep benda tersebut. Sehingga kita harus terus belajar agar bentuk2 yang kita sakralkan bisa dikendalikan atau dikenali kemudian tidak menjadi sakral lagi. Nihilisme pun di kritiknya, meskipun ada yang tidak memilih 01-02 cont

Rembulan dalam Kenangan

Kala rembulan menembus kalam Atas nama cinta melaluimu Tiada redam rindu ini menyelam dalam-dalam Di bawah kenangmu ku teduh Di dalam keningmu semesta merayu Pada bumimu ku menilisik ragamu Di dalam mars duniaku yang gersang Kini ku hidup pada setiap tatap dan laku gemulai mu Gemuruh badai pasti menanti kekasih Sedang selaksa nafas ini menjadi udara bagimu Yang kusayang berlayar dengan pelita lain, sedang aku mencintai dalam diam Tiap debur ombak ialah asmara yang tak tersampaikan Sampai kian kau kembali pada samudera kehidupan Meski tetap daku kembali pada Marsku yang gersang, menanti istana keindahan dan rerumputan tumbuh menjadi hijau Dan kau masih menjadi cakrawala yang kupandang sayang 18.06.19

Doa-Doa yang (Tidak) Terkabul

Pada doa-doa yang tak tersentuh Bisakah ia berlayar dan bermuara di akhir lautan harap? Adakah hembus angin membawanya? Ia ada namun menjelaga malam Di sudut ruang doa-doa itu menebar resah Bisakah ia bermuara? Tiap malam ia bergentayangan menjadi udara Kemudian ku hirup dalam kenikmatan sementara Ia ada dalam lamunan ekstase jiwa penuh kecemasan 15.06.19

Cinderamata Cinta

Adalah badai rindu bergemuruh kemudian aku selami Adalah padang pasir cemburu yang aku jamah dari lubuk hati Membuncah pilu dalam bunga kenanga Atas nama cinta dan debur ombak yang mengikat samudera Genggam lah tanganku terakhir kali Pada irama takdir serta harmoni Mendewasalah nostalgia kita kelak Semerdu nuri terbang bersama kekasihnya Padamu segala kiblat cinta ku tabuh Kini menjadi cinderamata cinta di dalam kotak perjalanan hidupmu 08.06.19 11.24 PM

Hidup Tanpa Dirimu

betapa menyedihkan menjadi manusia jika di dalamnya tanpa dirimu apakah ini benang benalu? terus menghisapku sampai habis? bagaimana menjadi hidup, kekasih? bilamana tiada dirimu di sisiku? 04.05.19

Perpisahan (?)

Di sepanjang perjalanan kau mengembalikanku Semasa kuntum melati dan burung nuri berkibar Namun malam mulai menjelaga Pada tiap jejakmu terhapuskan Ditiup angin margonda Mungkin bising yang bercanda pada kita Sehingga hanya nampak punggungmu berjauhan Di margonda kita menebar bunga perpisahan Selamat berbahagia, sayang 02.05.19 19:57 PM Margonda