Skip to main content

Ngaji Filsafat: Simulakra Baudrilliard (Post-modern)

Ngaji Filsafat: Simulakra Baudrilliard (Post-modern)

Dalam era modern konsumsi menjadi titik awal sebuah eksistensi, kenapa begitu? Sebab dunia modern sudah dikuasai oleh simbol-simbol manipulatif sehingga hidup kita dapat disetir sebagai simulasi. Dalam titik ini Baudrilliard menyebutnya Simulakra.

Berbeda pada era Marx yang menitikberatkan pada produksi. Struktur modern sudah dimodifikasi oleh kapitalisme untuk membentuk dunia seperti apa yang dikehendaki nya. Manipulasi tanda tersebut mampu membuat realitas-realitas buatan sehingga manusia mempercayai bahwa ynag buatan itu nyata, hal ini disebut sebagai hyperealitas. Cth: Doraemon, Disneyland, dufan. Kenapa begitu? Ada simbol-simbol yang dimodifikasi seperti tanda, pertandan dan penanda. Nah penanda ini mampu dimodifikasi sehebat mungkin sehingga mampu menggoda manusia. Cth: iklan sabun A memperlihatkan model ideal cantik jika memakai sabun tsb. Maka masyarakat tergoda dan membeli. Atau produk Apel.

Nah dari penanda tsb, bisa terjadi distingsi. Pengelompokan kelas-kelas. Jika jaman dulu simbol ini sebagai citra mana kaya dan miskin. Tapi sekarang semua org bisa melakukan konsumsi agar terlihat "borjuis". Pada akhirnya masyarakat membeli simbol-simbol bukan fungsi. Simbol-simbol ini yang membuat manusia secara tidak sadar mengalami dehumanisasi. Terdapat juga drugstore, sampah visual di jalanan. Hal tersebut menjadi gaya hidup yang mendukung eksistensi kelas sosial. Tapi pada akhirnya manusia jauh dari kesejatian dan jauh dari mengenal dirinya.
Terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...