Sore itu terlihat cerah namun hal itu tidak secerah perasaan Rendi. Rendi masih penasaran kenapa Tody bisa tahu tentang kejadian tempo hari. Tody masih memancarkan senyuman misterius. Membuat Rendi semakin bertanya-tanya.
“Kau penasaran Ren? Haha, itulah gunanya sahabat Ren, Aku ini bisa tahu keadaanmu dari wajahmu yang culun itu” Tody mendengus dan membuyarkan wajah heran Rendi.
“Aku tahu dari Caca Ren. Tapi intinya kau harus semangat lagi lah Ren!!” Tody terus menerus menghibur Rendi, meskipun Tody tahu tidak mudah untuk menghibur temannya itu.
Rendi memancarkan sedikit senyumnya. Ada sesuatu yang didapat Rendi pada omongannya. Hari itu senja berakhir dengan hikmat.
Keesokan harinya Rendi mulai berangkat kuliah bersama Tody. Jalan yang dulu harus ia putar untuk menemui Monika, sekarang tidak dilewatinya lagi. Rendi memilih jalur cepat menuju kampusnya bersama Tody.
Aktivitas itu berangsur rutin beberapa hari ke depan. Semenjak itu, Monika berangkat kuliah sendirian. Hari pertama memang tidak membuat resah Monika. Perlahan tapi pasti Monika merasa kehilangan, hatinya masih abu-abu untuk menerjemahkan rasa kehilangan itu. Setiap pagi Monika berjalan sendirian, bagi Monika mendefinisikan perasaan adalah hal yang tabu baginya.
Monika tahu bahwa dia wanita yang populer di kampus. Banyak laki-laki yang dekat padanya. Monika tahu betul bagaimana laki-laki yang mendekainya, bahkan sudah hafal bagaimana cowok tersebut mencari perhatian padanya.
Tapi sudah lewat seminggu, Monika seperti merasa kehilangan, waktu yang akhirnya menyadarkan dia. Monika kehilangan sosok Rendi di pagi hari. Dia ingat Rendi di kala jam tangan cokelat tuanya jatuh di bawah pohon cereme. Di usaplah jam itu secara perlahan. Benar, Ia kehilangan Rendi.
Perempuan tetaplah perempuan, sedalam apa yang mereka rasakan, mereka sangat pintar menyembunyikan perasaannya. Hingga pada akhirnya ego Monika mulai sampai batasnya. Sudah sepuluh hari terhitung Monika dan Rendi tidak pulang sekarang.
Di persimpangan jalan depan gedung fakultas, Monika berjalan pulang dengan sebuah buku digenggamannya. Ia melihat Rendi sedang berjalan bersama Tody sekitar jarak 150 meter. Monika sedikit berlari menemui mereka. Rendi yang masih asyik mengobrol dengan Tody mengenai topik jomblo, tidak sadar bahwa Monika mendekatinya.
“Rendi, ren...” Monika menepuk pundak Rendi, nafasnya sedikit tersengal lucu.
Bersambung
Maaf teman-teman saya pending ceritanya sampai sini dulu, saya akan menggarap Cerpen lainnnya. Semoga cepat selesai dan menarik kembali :)
Maaf teman-teman saya pending ceritanya sampai sini dulu, saya akan menggarap Cerpen lainnnya. Semoga cepat selesai dan menarik kembali :)
wah, kependekan. endingnya juga ngegantung banget. Tapi yaudah lah, sukses bro buat cerpennya Ditunggu lanjutannya. Oiya, salam kenal!
ReplyDeleteOkeee
ReplyDelete