Pagi itu membuat Rendi tidak bersemangat, saking tidak bersemangatnya saat di tengah jalannya perkuliahan, ia hanya mampu menatap pemandangan keluar dari jendela. Mungkin hampir semua perkuliahan hari itu hanya sedikit yang tersangkut dipikirannya. Tody yang sedari tadi duduk di samping Rendi pun menaruh rasa penasaran yang mendalam terhadap Rendi. Hingga tibalah jam terakhir usai. Rendi langsung bergegas membereskan tasnya dan menuju keluar tanpa memperdulikan Tody yang sedari tadi memanggilnya saat jam perkuliahan usai. Rendi tidak fokus pada hari itu, namun apa boleh buat, Rendi tenggelam oleh cintanya sendiri. Tenggelam dan menyesakkan tanpa diketahui sedalam apa cinta yang Rendi rasakan.
Tody mengejar Rendi sampai keluar kelas.
āRen, ren.. tunggu aku bentar Ren..!ā ucap Tody setengah berteriak memanggil Rendi.
āRen, aku mau kasih tau kamu info penting Ren.. tunggu akulah!ā ucapnya kembali sambil menepuk pundak Rendi.
āEh, iya Tod ada apa? Aduh sorry, gw kok linglung ya hari ini..ā jawab Rendi sambil menggaurk-garukkan kepalanya.
āAh kau ini, ku perhatikan dari tadi wajahmu sendu kali, liat tuh mendung muka kau..ā ujar Tody.
āMasa sih? Gak ah...ā jawab Rendi sambil mencoba memperbaiki raut wajahnya.
āAh kau, tak bisa bohong sama aku. Kau itu bukan linglung, namun sedang jatuh cinta dengan cintanya yang tak kau jumpa lagi itu ya?ā tanya Tody seperti ia telah tau semuanya.
āBisa aja lo dy, ya adalah dikit mah. Ada apa emang manggil-manggil gw?ā tanya Rendi dengan heran.
āKau pasti bertanya-tanyakan, kenapa tak melihat Monika lagi di kampus akhir-akhir ini?ā ucap Tody membuat Rendi penasaran.
āEh iya, kenapa emang? Lu tahu? Dimana emang sekarang Monika?ā tanya Rendi sedikit meracau karena penasarannya.
āSabar, sabar.. biarku jelaskan padamu Ren..ā jelas Tody kepada Rendi.
āJadi gini, Monika itu sakit demam dari kemarin. Kau tidak perlu tau aku tahu dari siapa, yang penting saran aku. Kau jenguklah dia di kostnya jangan kau tunda-tunda, bisa bahaya nanti. Pokoknya kalau bisa hari ini kau ke tempatnya.ā Jelas panjang lebar Tody kepada Rendi.
āWah gitu ya Tod, oke-oke deh, gw duluan ya.. makasih atas kabarnyaā ucap Rendi sambil berlalu, menuju tempat Monika.
Rendi berlari menuju kost Monika. Di tengah jalan dia lupa, kalau dia seharusnya membelikan obat untuk Monika. Naman sayang sungguh sayang, setelah dompetnya di cek, ia hanya memiliki uang pas-pasan. Lalu dia berinisiatif untuk membelikan obat dan makanan untuk Monika. Rendi menuju tukang jamu dekat dengan kampus dan seporsi bubur ayam. Uangnya habis untuk Monika.
āYah setidaknya Monika bisa sehat dan melihat perjuangan gw..ā ucapnya dalam hati sambil tersenyum dalam perjalanan menuju Monika.
Jamu dan bubur yang dibungkus oleh plastik digenggamnya selama perjalanan. Dia tidak sabar untuk bertemu Monika. Sudah sering sekali ia lewat kost-kostan Monika, namun Rendi tidak tahu dimana tempat Monika tinggal. Untung saja ada penghuni kost lain yang sedang berada di luar.
āMbak..mbak maaf numpang tanya, kamar Monika tahu gak?ā tanyanya Rendi dengan sopan.
āOh Monika, itu mas naik ke lantai dua dan paling pojok kiri itu kamarnya mas.. masuk aja. Mbak Monikanya juga lagi di kamar. Lagi sakit.ā Ujar perempuan tersebut.
āOke mbak, makasih ya mbak..ā ucap Rendi sambil berlalu.
Rendi melangkah, menuju kamarnya Monika. Entah kenapa jantungnya berdegup kencang seperti ada perasaan gugup yang menghantui Rendi. Tepat di depan kamar Monika, dia mengetuk-ngetuk pintunya.
āMonika, monika..ā ketuk pintu Monika yang sedikit terbuka.
āIya, siapa ya.. masuk aja..ā sahut Monika dari dalam dengan suara lemah.
āini aku Rendi, hmm.. kebetulan aku lewat sini. Mau mampir aja Mon..ā ucap Rendi. Kemudian dia membuka pintu.
Rendi terkejut, di dalam kamarnya ada seorang pria yang sedang menyiapkan makanan untuk Monika. Rendi menjadi lebih gugup dan lemas seketika.
āKenapa Ren? Masuk aja sini..ā ucap Monika dengan tidurnya di kasur karena sakit.
āEh ini,, aku..anu.. apa? Aku dengar kamu sakit ya, jadi aku bawa jamu buat kamu.ā Ujar Rendi sambil menaruh jamunya di atas meja.
āMas, nda usah repot-repot e, barusan saya juga bawa obat nih..ā sahut pria tersebut terhadap Rendi.
Rendi yang masih berdiri di depan pintu pun, merasa tak tahan lagi.
āGak apa-apa mas buat tambah-tambah obat Monika biar cepat sembuh.ā Jawab Rendi, sambil tersenyum kecut.
āRen di tangan kamu itu, buat aku juga kan? Asikk..ā ucap Monika sambil tersenyum.
āAduh, Mon meskipun kamu sakit. Kamu masih tetap bisa menghanyutkan perasaanku.ā Ujar Rendi dalam hati.
āEh.. ini, gak. enggak kok, kamu kan mau makan tuh udah disiapin masnya. Ini buat Tody kebetulan aja dia nitip, yaudah aku pamit duluan ya.. aku buru-buru nih Monā ucapnya Rendi sambil menahan sakit di hatinya.
āEh yaudah deh kalo kamu buru-buru mah, hati-hati yah Renā sahut Monika masih terduduk di atas kasur.
āIya..ā jawab Rendi singkat kemudian dia berlalu keluar.
Ada perasaan aneh di kamar tersebut yang membuat Rendi harus buru-buru keluar dari kost-kostan Monika. Ya, perasaan aneh yang menyakitkan di dada Rendi. Rendi pulang berjalan gontai, bahkan lebih banyak melamun. Sampai akhirnya dia menyebrang jalan, dan bunyi klakson mobil kencang dari arah samping kanan, membuat Rendi tersentak dan kaget, lalu menjatuhkan bubur yang digenggamnya. Rendi berlari ke sebrang jalan dengan terburu-buru.
āBodoh..!!ā ucap pengendara menghakimi Rendi.
Ya. Rendi memang bodoh, bahkan ia mengakuinya dalam hati. Buburnya jatuh, tercecer ditambah lembek pula. Begitu yang dirasakan Rendi selama perjalanan. Jatuh cinta sendirian membuat Rendi terbang sendiri, sehingga ia melupakan nilai-nilai logika yang ada di dalam dunianya. Dunianya bukan FTV.
āMana mungkin seorang Rendi bisa jatuh hati terhadap Monika, jauh sekali! Tolol kau Rendi, Tolol. Masih banyak laki-laki yang lebih pantas untuk menjadi pasangannya. Apalagi lo liat sendiri kan di depan mata lo ada sesosok laki-laki yang menemani Monika. Bahkan terlihat lebih keren daripada elo yang cupu gini.ā Ujar Rendi dalam hati dan berbicara pada dirinya sendiri.
Memang dunia Realita tidak seindah negeri dongeng atau-pun FTV kesukaan Tody. Dunia ini penuh kelogikaan. Namun cinta membuat dunia nyata ini seakan menjadi butiran-butiran mimpi. Sehingga manusia mampu membangun dirinya sendiri menjadi lebih baik. Tapi Rendi sudah jatuh terlalu dalam, bahkan kejatuhannya tanpa diketahui oleh Monika. Dia jatuh sendirian, dan sakit sendirian pula. Meskipun Rendi sakit hati dia tetap menahan dan tegar dalam penampilannya. Karena baginya, pria adalah kaum adam yang paling berego dan kuat. Jatuh cinta sendirian memang menyakitkan, Monika tidak pernah tau akan perasaan Rendi. Namun Rendi juga sudah siap dengan resiko jatuh cinta sendirian.
Benar, cinta adalah anugrah, siapa pula yang dapat menolak cinta jika ia datang tiba-tiba dan menghantui setiap umat manusia? Dia menjelma menjadi perasaan yang abstrak. Namun, cinta hadir itu untuk disampaikan, bukan hanya dipendam dan dikubur. Mati begitu saja.
Bersambung
Comments
Post a Comment