Skip to main content

Pasar Dadakan



“Tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan..gurih-gurih enyooyy!"



Begitulah suara yang sering saya dengar setiap hari. Saya pikir Tukang tahu bulat yang sudah berevolusi ini hanya ada di Yogyakarta, tempat saya menimba ilmu. Tapi ternyata sudah menyebar di seluruh daerah. Jingle yang sangat sederhana dan terkesan polos mampu menyihir setiap masyarakat yang mendengarnya mulai dari kelas bawah sampai kelas kreatif. Nah, mungkin kalian juga ga asing dan selalu terngiang-ngiang dengan jingle andalannya ya kan? Tapi disini saya gak akan bahas bagaimana sejarahnya Tukang tahu bulat bermobil pickup terbuka ini bisa sangat fenomenal. Justru hal yang menarik ada di dalam lirik berupa kata “Dadakan”. Terkesan biasa-biasa aja, tapi saya seperti merasakan sesuatu yang harus ditelisik. Apalagi meme di Iatas juga cukup mengganggu pikiran saya.

 

Menurut KBBI Arti dari dadakan adalah: [da.dak.an] Nomina (kata benda) sesuatu yang dilakukan secara tiba-tiba. Nah saya langsung aja mau bercerita bagaimana perubahan yang terjadi di tempat tinggal saya ketika saya tinggal selama satu tahun di Yogyakarta.


Perubahan yang terjadi itu paling mencolok dengan pasar dadakannya. Di daerah saya kawasan Citra Raya, Cikupa. Sering menamakan tiap pasar yang dibuka seharian dan tutup selepas bada Isya. Hampir sama dengan kisah Roro Jonggrang namun perbedaan mencolok pada segi tradisi budaya dan pergerakan budaya jaman dulu dan jaman masa kini. Masyarakat sekitar menamai pasar tersebut berdasarkan hari. Seperti Pasar Minggu, Pasar Senin, Pasar Kamis, dan Pasar Jumat (setahu saya hanya segitu). Pasar tersebut bergerak hanya sehari dan dihelat di pinggir jalan secara tiba-tiba. Terlebih lagi pada saat bulan-bulan puasa seperti saat ini.



Apa sih hubungannya kata Dadakan pada lirik tahu bulat dan Pasar dadakan yang terjadi di daerahmu bang?
Tentu ada! Saya menilai ternyata lirik tahu bulat tersebut memiliki makna yang dalam apalagi dengan konotasi Meme di atas. Memang benar sesuatu yang dadakan pasti mendorong subyek untuk berkutat berusaha semaksimal mungkin bagaimana caranya agar mendapatkan obyek yang dituju. Dengan kondisi dadakan menimbulkan impresi berbeda daripada sesuatu yang direncanakan.

Mungkin disini saya akan memberikan arti luas dari tukang tahu yang selalu masaknya dadakan tersebut. Pasar dadakan yang muncul di pinggir jalan tersebut menggunakan istilah dadakan agar menimbulkan sensasi yang berbeda daripada lapak resmi di ruko-ruko atau toko. Karena dadakan pasar tersebut dapat mencuri perhatian calon pembeli yang sedang mengendarai kendaraannya untuk melipir ke salah satu toko, apalagi dilakukan secara berkelompok (kelompok besar). Terdapat macam-macam pelapak yang ada di pasar dadakan sepeti tukang cendol, celana jeans, boneka, baju, sampai telur kiloan (Yah namanya aja dadakan!). Kemudian apa yang membuat ramai pasar tersebut ramai bahkan terlihat seperti event resmi yang digelar oleh swasta maupun pemerintah adalah akibat dari kata dadakan tersebut. Mungkin sudah saya jelaskan diatas usaha dadakan para pedagang lapak pasar dapat mencuri hati konsumen, terlebih lagi konsumen Indonesia menengah kebawah sangat senang dengan sesuatu “kejutan” dan “hal yang baru” oleh karena itu entah dimulai dari rasa penasaran ataupun sudah tertarik, calon pembeli pasti meminggirkan kendaraannya untuk

sekedar melihat—lihat atau membeli.


Ada nilai plus minus dalam usaha para pelaku budaya penjual pasar dadakan ini, menurut saya adalah usaha mereka pasti lebih ramai dari biasanya, tidak makan sewa tempat (walaupun ada itu ilegal dan pungli) , lebih dekat ke pembeli dari pada harus sewa toko di pasar. Namun terdapat point minusnya adalah kegiatan tersebut ilegal, terdapat hukum yang melarang kegiatan berjualan di pinggir jalan karena jalan itu adalah hak publik mungkin efeknya  adalah kendaraan macet, dan paling parah oknum penjual sering meninggalkan sampahnya di lokasi lapak saat selesai berdagang.




Kegiatan budaya yang berjalan sampai saat ini terlihat menarik dengan adanya Pasar Dadakan. Pasar Dadakan bisa menjadi pengisi dahaga dari suatu aktivitas budaya dalam bersosialisasi pada kalangan menengah kebawah, di kala pasar tradisional sudah banyak yang “dimodernkan” dan pasar yang semakin dikuasai kapitalis dapat menjauhi budaya bersosialisasi orang-orang Indonesia dalam berbelanja. Tapi tentu saja dengan  timbulnya pasar dadakan akan muncul masalah baru akibat kegiatan ini terutama kemacetan dan sampah. Mungkin saja para pedagang bisa dibuatkan tempat dimana mereka bebas menjajakan lapaknya saat berdagang (eh berarti kalo dibuatkan lapak khusus para pedagang pasar dadakan, arti “dadakannya” akan hilang dong? Dan sama saja seperti pasar tradisional kebanyakan?)

Ahh sudahlah saya disini cuma berbagi pandangan saya terhadap kata “dadakan” yang mempengaruhi aktivitas jual-beli pada masyarakat di kawasan Citra Raya Cikupa. Selebihnya biarkan pemerintah yang lebih pintar dari saya untuk selalu menjaga budaya jual-beli asli masyarakat negeri ini yaitu pasar tradisional dan pasar dadakan. Nyanyi lagi yookk..!!


“Tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan..gurih-gurih enyooyy!”




Comments

  1. Tahuu buulatt, digoreng, tibaa tibaa... Jeng jeng jeng jeng.. *backsound masih dunia lain
    Hhaha.. Dadakan ya? Memang sih sesuatu yang dadakan itu pasti ada saja kekurangannya, mulai dari kurang terstruktur, kurang matang dan kurang2 lainnya *menn namanya juga dadakan
    Tapi terkadang, ketimbang dengan sesuatu yang direncanakan, orang2 justru lebih antusias dengan yang "dadakan", beberapa kali ngalamin juga bikin acara direncanain sama yang dadakan malah yang dadakan yang berjalan mulus *true story, entah ini pergeseran budaya atau apa *pandangan gw ga seluas itu, intinya ini ulasan yang cukup menarik, lanjutkan Bang :D

    ReplyDelete
  2. Tahuu buulatt, digoreng, tibaa tibaa... Jeng jeng jeng jeng.. *backsound masih dunia lain
    Hhaha.. Dadakan ya? Memang sih sesuatu yang dadakan itu pasti ada saja kekurangannya, mulai dari kurang terstruktur, kurang matang dan kurang2 lainnya *menn namanya juga dadakan
    Tapi terkadang, ketimbang dengan sesuatu yang direncanakan, orang2 justru lebih antusias dengan yang "dadakan", beberapa kali ngalamin juga bikin acara direncanain sama yang dadakan malah yang dadakan yang berjalan mulus *true story, entah ini pergeseran budaya atau apa *pandangan gw ga seluas itu, intinya ini ulasan yang cukup menarik, lanjutkan Bang :D

    ReplyDelete
  3. Tahuu buulatt, digoreng, tibaa tibaa... Jeng jeng jeng jeng.. *backsound masih dunia lain
    Hhaha.. Dadakan ya? Memang sih sesuatu yang dadakan itu pasti ada saja kekurangannya, mulai dari kurang terstruktur, kurang matang dan kurang2 lainnya *menn namanya juga dadakan
    Tapi terkadang, ketimbang dengan sesuatu yang direncanakan, orang2 justru lebih antusias dengan yang "dadakan", beberapa kali ngalamin juga bikin acara direncanain sama yang dadakan malah yang dadakan yang berjalan mulus *true story, entah ini pergeseran budaya atau apa *pandangan gw ga seluas itu, intinya ini ulasan yang cukup menarik, lanjutkan Bang :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d