Di waktu ini semua kian mengabur,
detik, menit jam berlalu begitu lucu,
ada yang mengibar diri dengan semangkuk sereal manis,
ada yang berziarah ke lembah luka hingga ia meringis,
di sana ada pula purnama malam mewarnai gelap,
eloknya ia menghitam
bintang jalang pergi melintang,
ia menyayang, tapi mengabur pada kesan,
hingga perlahan pagi menjelang,
menghilang rupanya,
hingga yang tersayang,
enggan merangkul putihnya,
karena pagi menjelang,
hanya senyum sebagai bingkisannya.
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.
Comments
Post a Comment