Skip to main content

Review Film: Weathering with You



Review Film: Weathering with You
Oleh: HSA

Hodoka kabur dari rumahnya di pulau terpencil Jepang (Shikoku) menuju Tokyo entah apa masalahmu? Alasan romantikmu ialah mengejar cahaya, entah di pulau itu apa kau tidak menemukan cahaya? Apakah kemilau cahaya itu berada di Tokyo (Terpusat) ? Layaknya Jakarta semua manusia berbondong-bondong untuk menemukan cahaya imajinya sendiri-sendiri. Aku pun tidak mahfum cahaya itu apakah kemilau eksistensi material? Sungguh aku tidak paham Hodoka!
Baiklah, kita bergegas saat engkau menemukan hal yang berbeda, suatu misteri kehidupan yang entah manusia zaman kini menjadikannya dongeng sebelum tidur atau mitos. Di persimpangan hidup itu kau bertemu dengan Tn.Sugi, manusia dewasa yang menganggap kewajaran bila dunia itu kejam, rasional dan pasrah pada kehidupan yang monoton, beginilah cara orang dewasa hidup! (Katanya). Bahkan sepupunya mengakui itu Tn.Sugi!

Aku jadi paham mengapa Makoto Shinkai selalu mengangkat karakter remaja anak-anak dalam ceritanya. Sekali lagi teoriku terbukti, dunia remaja anak adalah dunia manusia sesungguhnya tanpa ada kepura-puraan. Di sana mereka mencoba melakukan apapun sebebasnya, batasnya adalah cinta! Bahkan di film ini cinta justru membebaskan! Makoto membisikkanku untuk mempertahankan dunia anak-anak pada imajimu, lakulah seperti mereka, meskipun tidak.. jadilah seperti Batman. Punya dua kehidupan yang berbeda, meskipun itu terpaksa. Oke aku coba kembali lagi..
Hodoka ditemukan oleh perempuan, Hina. Perempuan itu bernama Hina, melihat Hodoka letih dengan kejamnya dunia Tokyo seperti kucing kelaparan. Burger yang diberikan oleh Hina mengingatkan saya akan Adam yang diberi buah Kuldi oleh Hawa. Hina, ialah gadis matahari, gadis yang mengubah pandangan hidup Hodoka.

Aku merasakan air adalah sumber kehidupan, saat Hina bisa mengendalikan itu, berarti perempuan adalah sumber kehidupan manusia di bumi ini, hulunya ialah perasaan dan cinta, namun perasaan perempuan begitu sensitif dan mampu diombang-ambingkan, maka Hina terjunlah ke dunia komersil. Hal lucu di sini Hodoka menjerumuskan misi suci Hina dengan lembaran uang, namun memang mereka terpaksa dan senang melakukan itu. Sebab hal lainnya ialah cinta.

Aku mendengar suara Kahlil Gibran di visual weathering with you. Hodoka merasakan sayap cinta dari Hina, hingga ia tak peduli di balik sayap-sayap halus itu ada pedang yang membuat ia berdarah, tentang kehilangan dan kerapuhan. Namun ia terus mengejar sampai ke langit pun dijamahnya! Hodoka merasa dicukupkan adanya Hina, dari situ dia berharap Tuhan tidak memberikan apa-apa lagi, dan sekaligus tak ingin kehilangan apa-apa lagi, biarkan mereka tak usa digubris tak usa dihalangi, hingga sekalipun itu waktu. Tn.Sugi di waktu-waktu akhir pun sempat menghalangi, untuk tetap berpikir logis (walaupun dia adalah direksi majalah online cerita mitos, tapi ia sendiri tidak percaya dengan hal tersebut). Tapi Hodoka tetap teguh, hingga ia masih menyimpan pistol. Mungkin Hodoka percaya dunia bumi ialah dunia kekerasan terlebih itu dunia laki-laki adalah persaingan.
Cinta yang dibawakan mereka bertahan meskipun terpisah waktu 3 tahun lamanya dan bumi menjadi tenggelam. Hodoka dan Hina tidak peduli, sebab mereka saling mencintai. Itulah poin utama dalam seni mencintai, tidak kah kita selalu mencari untung rugi? Dalam setiap kehidupan? Kita namakan itu bagian dari cinta kemudian berpasangan lalu menikah, berharap kita selalu merasa untung satu sama lain, berharap keuntungan material menyelimuti kita. Tanpa kita sadari dunia hanya buaian materi atom dan sub-sub atom yang berisi kehampaan.

Tuhan terlibat dalam cerita Makoto, seperti dahulunya. Cahaya ialah poin penyelamat kehidupan dunia animasi Makoto Shinkai. Matahari (Kamisama) ialah ajaran Zen Japan. Matahari menjadi sumber pengharapan bergerak nya aktivitas kehidupan manusia, lalu hujan ialah sumber mulanya kehidupan itu sendiri. Cuaca di film ini layaknya Yin dan Yang (Wu and Wei).

Dari diriku yang berempati pada Makoto dan setiap karya-karya nya. Ini adalah dimensi lain dari kultur kehidupan Jepang dengan segala filsafatnya. Perempuan menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka, bahkan Dewi-Dewi mereka (Tuhan) adalah perwujudan dari feminimnya Perempuan. Meskipun pada akhirnya, dunia feodal Jepang membuat dunia patriakis yang kokoh sampai saat ini. Meskipun dalam diriku ada yang janggal saat film ini diselesaikan. Aku merasa kehilangan sedikit kejujuran Makoto dalam berkarya, meskipun hanya satu scene saja. Mungkin bagi film sebelumnya (Your name) memang baik penyelesaiannya. Di film ini aku berharap aura 5 centimeter per second keluar, tapi ya sudah lagipula tidak mengurangi estetika dan magis nya dunia imaji makoto. Animasi adalah medium pelepasan imaji surealis yang dibawa beliau untuk menunjukkan romantisme jiwa, yang tidak bisa dibawakan oleh seni realis. Kalau saja aku boleh meminjam kata-kata Hodoka "Orang dewasa adalah kehidupan yang penuh dengan keberpura-puraan". Aku menunggu karyamu kembali, lord makoto.
Terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d