Skip to main content

Ngaji Filsafat: Agnostik



Ngaji Filsafat: Agnostik
Oleh: FF
Semasa kuliah saya sering sekali dengar kata "Agnostik" dalam berbagai kajian. Bahkan sebutan ini bisa lebih parah dari Ateisme karena katanya bersifat hipokrit aka munafik. Tapi demi status perumpamaan ilmiah di sini.. saya mendapatkan pengalaman baru setelah mempelajari pengantar Agnostik dari pak Faiz ini.
Agnostik singkatnya adalah ketidakpercayaan manusia bisa menemukan bentuk hakiki pada setiap obyek yang dinilainya. Secara Teologi, manusia sebenarnya tidak akan mampu membayangkan hakikat Tuhan sepenuhnya, sebab akal menuntut bentuk imaji fenomena atau pengalaman yang pernah diserapnya, dan itu tidak akan menemukan Tuhan secara hakiki. Kebalikan dengan Gnostik merupakan bentuk kepercayaan bahwa manusia bisa melampaui dirinya secara penuh bahkan bisa menemukan hakikat Tuhan di luar rasionya, biasanya pembahasan Sufisme berkaitan tentang Gnostik.
Dalam penelitian ilmiah para ilmuwan biasanya dituntut berpikir bebas, yaitu tanpa batasan dan nol. Posisi ini banyak ditafsirkan bahwa ilmuwan atau filsuf disebut ateis, padahal tidak (semua) seperti itu. Mereka akan menaruh pondasi akal Agamanya dan bersikap Agnostik. Yaitu benar2 merasa ingin tahu ilmu Ketuhanan melalui pengalaman rasio (dibuktikan) ini bisa untuk penelitian apa saja. Para filsuf yang menyatakan "kenapa" Agnostik salah satunya Immanuel Kant tentang Noema dan Fenomena. Sejatinya manusia tidak bisa menangkap noema, yaitu hal-hal di luar inderawi dan meskipun ada ia tidak bisa digambarkan secara wujud. Kemudian kita hanya bisa menangkap nya secara fenomena saja. Fenomena-fenomena ini yang merangkai konsep beroikir kita menjadi suatu makna tersendiri masing-masing manusia. Ada juga popper dengan teori falsifikasinya, segala sesuatu yang dilihat harus dipecahkan atau dicari salahnya maka akan menemukan teori baru, nah nilai2 agama ini tidak bisa dipecahkan, yang ada akan membentuk suatu alasan2 seperti infinity regret, yang mbulet dan dogmatis.
Oleh karena itu pengalaman manusia mengenal Tuhan itu tiap masing2 orang atau komunitas berbeda. Seperti NU dan Muhammadiyah, Sunni, Syiah, dan sebagainya. Ada Allah yang sifatnya "Sangat Otoriter" ada juga yang berpikiran Allah bersifat "Maha lembut dan Pengampunan" orang Agnostik ini tertawa melihat orang beragama yang mengenal Tuhannya berbeda-beda, makanya orang2 tsb jadi Agnostik, mana mungkin Tuhan bisa dicerna pakai akal, yang ada manusia itu sendiri yang memenuhi nafsunya atas nama Tuhan.
Kebenaran sendiri ada beberapa macam, seperti: Inklusif, kebenaran kelompok yang dianut. Pluralisme, kebenaran yang memiliki dan memahami ada makna yang sama meskipun dalam pelajaran berbeda. Universalisme, yaitu kebenaran yang semua orang mengakui kalau tiap orang bersepakat akan hal tersebut. Monistik, ini yang diakui Sufisme bahwa seluruh yang ada dijagat raya ini adalah satu kebenaran adanya Tuhan sebab kasih dan rahmatnya selalu melimpah. Nihilis, kebenaran ini menganggap manusia tidak bisa mencapai kebenaran mutlak, itu hanyalah kedaulatan otoritas pada realita saja dan tidak ada kebenaran hakiki. Negatif, nah kebenaran negatif ini masuk dalam ranah Agnostik yang merasa kebenaran memang ada namun manusia tidak mungkin bisa mencapai ke hal tersebut.
Agnostik juga ada berbagai kelasnya: Agnostik Ateis, yang yakin Agama di dunia ini kesalahan meskipun tidak yakin juga kalo Tuhan tidak Agnostik Teis, nah ini banyak sekali yang dijangkiti umat beragama yang mengaku beragama tapi tidak mau mendalami agamanya sendiri demi kebaikan alias Agama KTP saja (masuknya bisa ke Apateisme). Strong Agnostik, mengaku bahwa seharusnya tidak perlu mendebat suatu hal yang meaningless (positive logic). Weak Agnostic, ia tidak yakin dengan adanya Tuhan atau tidak, dan tidak mau mendebatkannya.
Sekian terimakasih, semoga dalam hal ini kita bisa berkaca bahwa kita tidak memandang dan memperlakukan Agama dengan tidak adil atau baik.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d