Ngaji Filsafat: Teodisi
Oleh: FF
Oleh: FF
Kemarin sempat membahas tentang Agnostik sekarang mulai masuk ke ranah yang lebih ekstrim, yaitu Teodisi. Apa itu? Teodisi merupakan ilmu yang dicuat oleh Leibnez tentang pembuktian sifat-sifat Tuhan terhadap keberadaan ontologisnya melalui kajian akal. Nah, pembahasan yang ini saya merasa mbulet dan tidak ketemu finalnya sebab masing-masing filsuf teis dan ateis saling bertumpang tindih dan membantah teori satu sama lain.
Teodisi singkatnya merupakan suatu argumen pada manusia terhadap pembuktian tidak adanya Tuhan, dengan cara argumen kebalikan. Contoh, katanya Tugan Maha Baik dan Penyayang namun kenapa masih ada kejahatan dan penderitaan. Nah masing-masing filsuf mencoba memberikan pendapatnya.
Seperti Aquinas yang beranggapan manusia tidak bisa menjatuhkan kebaikan dan kebenaran menurut pandangan manusia itu sendiri. Seperti hewan belalang atau laron yang habis bercinta harus mati, itu sudah ada kadar sunatullah nya. Menurut manusia tidak baik tapi menurut Allah itu baik, sebab manusia diberikan kebebasan, dan kejahatan timbul karena ulah manusia itu sendiri. Namun filsuf ateis membantah jika memang seperti itu maka itu juga kehendaknya. Irenaeus membantah lagi, bahwa Tuhan ingin menciptakan makhluk sempurna maka harusnya kejahatan merupakan suatu proses demi kesempurnaan manusia itu sendiri. Lagi-lagi dibantah oleh filsuf Ateis yang mengungkapkan bila ada seperti itu maka hukuman seperti surga dan neraka tidak berlaku, karena mengorbankan beberapa kejahatan demi kesempurnaan yang besar.
Nah, makanya dr sini pembuktian ilmiah ini tidak bisa benar-benar dibuktikan secara positivistik maka cagar dalam hal ini menurut saya adalah keimanan. Oleh karena itu Agama di imani bukan sepenuhnya total jadi rasonal meksipun Agama sendiri harusnya juga rasional. Sebab menurut hemat saya dalam beragama kebaikan rasional harus pertama didahulukan baru landasan perbuatan karena Agama, maka kebaikan akan muncul.
Teodisi sendiri menggambarkan kehidupan ini layaknya bermain catur, Tuhan sebagai pemain terbaiknya yang menang terus dan manusia pemainnya. Kadang dalam memenangkan sesuatu harus mengorbankan beberapa bidak (kejahatan). Oh ya Sunatullah juga jika full diandalkan akan menghadirkan sikap deisme, yang menganggap Tuhan tidak terlibat langsung pada kehidupan manusia. Terimakasih
Comments
Post a Comment