Oleh: FF
Seringkali saya mendengarkan kata adil/keadilan di setiap kesempatan ada cermah atau hal-hal yang menyangkut kemanusiaan. Namun pada hal keadilan itu apa sih? Sampai sekarang saya juga masih belum memahami sejatinya adil itu. Tapi untunglah ada pembahasan ini yang sedikit-dikit menerka apa itu adil, meskipun pembahasannya terlihat makin rumit.
Keadilan itu berbasis pada equity, equality dan equivalensi. Sama rata, sama sesuai kewajaran, atau sama karena distribusinya? Memang keadilan tidak bisa dilihat rupanya. Mirip-mirip cinta, namun buah dari keadilan bisa dirasakan, yaitu harmoni dan cukup (perasaan nyaman). Ini identik dengan pembahasan sebelumnya yaitu kebebasan/damai. Menurut bapak Faiz, jalan menuju adil itu cinta, ya saya sependapat dengannya.
Oh iya keadilan itu bisa dilihat dari retribusinya, distribusi, kompensatif, serta prosedural. Distribusi pada zaman sekarang paling sering dihighlight. Sebab itu pengaruh dari proseduralnya. Banyak demo dijalan ketidak adilan disebabkan oleh aturan-aturan yang dirasa tidak ada harmoni di dalamnya/merasa keuntungan salah satu pihak saja. Memang memberi rasa adil itu sangatlah sulit, bahkan di era modern ini.
Kompensatif berhubungan dengan timbal balik dari apa yang pernah dilakukan oleh orang lain layaknya sebuah hukuman satu dibalas satu. Retributif dilihat dari usaha apa yang dilakukan harus memberikan suatu rasa adil balasannya.
Dari versinya adil di sini pembahasannya hanya 3 versi, vertue ethic , ultitarianisme, dan liberalisme.
Vertue ethic bebasis pada idealisme moral manusia yang dianut oleh sepuh-sepuh macam plato, Thomas Aquinas. Tiga bagian negara layaknya idealisme kenahagiaan pada manusia, yaitu akal/rasio, jiwa, dan hasrat. Semua bentuk itu harus seimbang dan harmoni. Ultitarianisme melihat keadilan dari segi banyaknya rasa kesenangan/kebahagiaan mayoritas meskipun minoritas menolak itu harus dilakukan. Ultitarianisme ini ditinjau dari dua sisi tindakan dan aturan. Dari tindakan dilihat dari mana melalui aksi yang memandang pandangan ke depan lebih baik (cth: sepertinya memberikan kopi dan teh lebih baik kopi untuk menjaga orang tetep melek dalam suatu pertemuan). Kebalikan dari aturan, ia ditinjau dari pengalaman-pengalaman masa lalu kemudian menarik tindakan yang dilingkupi aturan (cth: ternyata kopi para peserta tidak senang, mereka lebih suka yang manis-manis, jadi diberikan teh meskipun agak ngantuk yang penting mereka hadir dalam suatu pertemuan). Kritik Ultitarianisme terletak pada ke-annoyingan bila dilihat dari skala besar. Misal saya punya pembantu, dia minta gaji tapi gajinya saya berikan ke badan amal, karena itu tindakan pengaruhnya lebih banyak daripasa harus diberikan ke satu orang. Sampai sini terasa aneh bukan?
Asa juga liberalisme, yang semuanya agak tahu jika keadilan itu haruslah menghormati hak-hak orang lain. Hak itu tumbuh karena ada kewajiban penuh yang harus dikerjakan di sana terdapat kebebasan manusia dalam melakukan tindakan. Tugasnya negara memiminimalisir kerecohan dalam hak-hak masyarakat di dalamnya. Utopia dalam hal ini adalah keadilan secara realita bisa namun sulit dikatakan adil karena berhubungan dengan kapitalisme/pemodal. Ia yang memiliki modal besar akan menguasai aturan, bahkan susah tersentuh. Di sini keadilan prosedural terlihat hanya gimmick belaka.
Terimakasih.
Comments
Post a Comment