Oleh: Shawni
Mungkin akan banyak orang bertanya-tanya tentang judul buku ini yang keliatannya sedikit nakal. Ditambah dengan nama alias Shawni penulis dari luar yang tidak tahu identitas aslinya. Apalagi dipakai rujukan Kutipan-kutipan Ayat Suci dari Islam, Nasrani Yahudi, malah ada Zoroaster. Meskipun begitu, setelah saya membaca dengan penuh rasa penasaran, ternyata tulisan ini begitu Islami dan bernuansa tasawuf nya. Walaupun menurut hemat saya membaca buku ini haruslah sudah dibekali bacaan lain di mana pondasi-pondasi keyakinan semakin jelas.
Buku ini seperti cerita hikayat dalam nuansa cerita Nabi-nabi. Nabi yang sering dinotice dalam buku ini ialah Yusuf, Isa, Musa, dan Ibrahim, ada juga sih yang sedikit dinotice yaitu Samuel. Kisah di dalam buku ini secara garis besar tergambar pertemuan Buhairah dengan Iblis yang berkostum ala sufi darwis, kemudian cerita selanjutnya bercerita prekuel Kenabian Muhammad, yaitu Bagaimana Abrahah dengan pasukan gajahnya bisa mencoba menyerang Mekkah, dengan tokoh-tokohnya Abrahah, Siraaj (Penasihat Raja Abrahah), Shayba (Kemenakan Janda Abdullah-Ibunya Nabi Muhammad). Kisah Shayba yang membuat terharu di mana pasca kekalahan Pasukan Abrahah di tengah gurun. Ia pulang ke rumah melihat Muhammad telah lahir dan menggendongnya, di sana pun menjadi sebuah pertemuan monumental terhadap Siraaj yang menyerahkan pedang Abrahah untuk meminta maaf kejahatan dan mensucikan kembali namanya (Agara digunakan oleh Muhammad kelak).
Intisari dalam buku di atas menambah wacana akal dan komunikasi terhadap Allah. Setelah manusia yakin bahwa dirinya melakukan banyak hal atas Nama Allah. Kadang manusia lupa ia bertindak begitu karena penuh dengan rasa ego. Sebelumnya saya telah mencatut citra Allah pada manusia serta potensi-potensi nilai Ketuhanan bisa di capai manusia meskipun kita tau manusia ada batasnya serta Tuhan tidak. Di sini Iblis menjadi manusia yang bangga karena dikutuk oleh Tuhan, bagaimana ia merasa ini semua adalah takdirnya. Padahal Musa saat menghukum Samiri karena telah membuatkan patung Sapi agar dapat disembah sebagai perantara Musa dan Tuhan ia tidak dimaafkan. Karena apa? Saat meminta maaf dia masih memiliki alasan-alasan. Iblis menjadi makhluk Tuham pertama yang menggunakan analogi agar ia menganggap kesalahannya harus disetarakan pada Tuhan.
Begitu juga Iblis makhluk pertama yang menggunakan akal untuk membela perbuatannya, dan juga sombong. Kita tahu dosa paling yang tidak disukai Allah adalah sombong, mungkin saya bisa berefleksi bagaimana sombong dalam keadaan tidak sadar itu membahayakan. Di era post-modern ini, sombong udah beda tipis sama narsistik apalagi dengan fitur2 Instagtam, Stories, dan WhatsApp Stories, semakin kita tidak sadar apakah kita berniat membagikan kebaikan? Atau memamerkan aktivitas?
Walaupun begitu saya juga belajar banyak pada Iblis. Bagaimana malaikat sepertinya tidak sama sekali membenci Tuhan sekalipun ia dikutuk. Sujud dan sembahyangnya penuh selama 700ribu tahun. Bayangkan bagi kita manusia? Meskipun begitu kita tidak bisa membandingkan segala rahmat-Nya. Ah iya di Iblis juga saya belajar bagaimana akal seringkali berada di belakang nafsu. Kita selalu memilih berdasarkan nafsu baru diiringi oleh statment akal. Hal tersebut yang membuat kita menjadi tercela sebaik apapun perbuatan atau pembelaannya. Di situ saya berpikir bagaimana manusia begitu kompleks dan abstrak. Manusia-manusia jahat bisa menjadi baik kalau kita mendengar motif apa yang membuat mereka melakukan hal buruk tersebut misalnya. Manusia kadang sombong akhirnya melupakan Tuhan dan menciptakan sendiri alam buatannya dengan menggunakan akal yang terbatas. Meskipun begitu Allah selalu memberikan Rahmat melalui sunatullah ciptaannya. Prima Causa..
Terimakasih
Comments
Post a Comment