Skip to main content

Rendi Story (Terbisik 3)




Seperti pagi-pagi lainnya, Rendi menemukan semangat baru di tempat baru. Monika mampu mengubur setiap kisah asmara pilu yang dirasakan Rendi. Rendi hari itu seperti biasa berbincang-bincang dengan Monika. Rendi dan Monika tengah asyik membicarakan kisah perkuliahan. 



“Ren, ngomong-ngomong ngeselin juga ya dosen kaya gitu haha..” ucap Monika sambil berjalan disamping Rendi dan tertawa.

“Haha iya, kamu juga kan. Tapi menurutku kalo kamu, bukan dosennya yang galak, kamunya yang cari perhatian haha..” ledek Rendi sambil menatap Monika yang tertawa manis.



Rendi menatap Monika dalam-dalam. Tawanya Monika seperti memberikan setruman yang membuat Rendi diam terpana. Rendi diam sejenak dan berhenti dalam jalannya. Dia tidak sadar bahwa Monika mulai kembali diam dan heran dengan tingkah laku Rendi.



“Ren? Mulai lagi lo?” tanya Monika heran.

“Eh, gak Mon. Mon gw mau ngomong sesuatu sama lo” ucap dia kembali dalam lamunannya. Dia tidak sadar telah berbicara seperti itu.

“Hah? Apa? Ngomong aja kaliii..” ucap Monika dengan nada manisnya.



Rendi sekarang mati kutu, keringat dingin kembali berdesir disela-sela wajahnya yang polos. Tiba-tiba..



“Hmm.. anu, kamu, pakai jam tangan baru? Jam tangan yang kemarin-kemarin kamu pakai rusak ya?” ucap Rendi sambil nafasnya turun-naik.

“Eh, anu.. iya, cantik kan?” ucap Monika sambil tersenyum dan memamerkan jam tangan pinknya.

“Iya, iya.. yuk lanjut, keburu siang” ucap Rendi sambil mengajak melanjutkan perjalanan.



Rendi selamat dengan perkataannya tadi.



“Coba aja gw  keceplosan, mungkin besok-besok gw gak bisa kayak gini lagi, huft..” kata Rendi dalam hati. 


Begitulah kegiatan Rendi yang baru, hanya bersama Monika ia bisa membuat semangat harinya kembali cerah. Di daerah halaman kampus, mereka berdua berpisah. 

Tody melihat dari jauh kawannya yang sedang asyik tersenyum sendiri karena telah berhasil jalan berdua dengan Monika. Tody melihat senang dengan apa yang terjadi dengan Rendi. Dari belakang Tody langsung membekap kepala Rendi yang berjalan dan berbicara,



“Ciee, anak kemarin sore sudah berhasil jalan sama cewek cantik sefakultas haha..” canda Tody.

“Auuww, lepasin Tod, weii Tod...” ujar Rendi sambil mencoba melepas dari kuncinya.

“Bah kau panggil terus aku Tod, liat sekitarmu itu.. kalo orang jawa, itu kowe ngomong misuh” ujar Tody sambil memperagakan gaya bahasa jawa namun dengan aksen bataknya yang kental, sehingga membuat orang tertawa mendengarnya.

“Iya ya sorry, ah lu kayak gak pengen liat temennya seneng” ujar Rendi sambil tertawa.

“Eh Ren, coba kau tengok HP ku ini..” Tody menyerahkan handphonenya ke Rendi.


Rendi mengambil handphone tersebut dan melihat foto seorang wanita. Rendi menelisik setiap gambar yang terdapat di fotonya.



“Siapa nih Dy?” tanya Rendi penasaran.

“Siapa pula, itu gebetanku lah! Gimana? Cantik bukan?” Tanya Tody dengan bangga.

“Iya, iya cantik, nanti kena pitingan lo yang kayak kuli lagi gw. Eh, eh tapi gimana lo bisa kenal ma dia? Wah ternyata lo lebih offensive, hebat-hebat” senyum Rendi sambil menunjukkan jempol ke arah Tody.

“Tapi Ren, dia sudah punya kekasih, katanya dia sih mau putus. Yah tak apalah, biar ku tunggu kepastian dia, baru ku tembak dia.” Ucap Tody sambil curhat.

“Wih, itu namanya nikung gak Tod?” tanya Rendi.

“Yah kalo kupikir sih tidak yah, eh ada mungkin. Hanya kadarnya cuma 20% Ren haha..” jawab Tody disertai canda.


Lagi-lagi tawanya mampu membuat perhatian orang-orang disekitar kampus. Rendi kembali menutup mulutnya agar tidak membuat ia malu.



“Ssttt, udah berapa kali gw bilang, ketawanya jangan kencang-kencang. Udah mirip pake pengeras suara aja lo, haha..” ujar Rendi sambil membuka dekapan mulut Tody.

“Hehe, sorry Ren. Tapi ku pikir tawaku itu sudah pelan. Besok tak atur lagi deh. Oh iya Ren ngomong-ngomong kalau kau suka sama si Monika, sudah kau tembak dia sana. Nanti keburu kau ditikung orang lain bagaimana?” ucap Tody menasehati.

“Hmm.. bener juga lo Dy, tapi gimana ya? Gw masih ngerasa belum pantes aja kalo bersanding sama dia.. liat lah penampilan gw , dan sikap gw” jawab Rendi dengan rasa pesimisnya.

“Bah jaman sekarang tuh perempuan bisa takluk dengan karakter, tanpa harus memandang bagaimana bentuk luarnya. Tapi ininya bro.. asal lo tulus” ujar Tody bijak sambil menunjukkan tangannya ke dada Rendi.



Rendi hanya terdiam dan mengamini jawaban Tody tanpa menjawabnya. Mereka akhirnya berjalan menuju kelas dan melakukan aktifitasnya yaitu ngampus.

Rendi menemukan arti lain dari sosok Tody, dari tampangnya yang supir Metro Mini namun hatinya benar-benar sehalus hello kitty, Ya sosok laki-laki yang humoris ternyata memiliki rahasia dibalik rahasia, atau barangkali sosok yang humoris ternyata mampu menjadi badut dalam kehidupannya yang begitu rapuh. Namun itulah Tody, sahabat sejati Rendi.

Minggu terakhir berkuliah membuat Rendi tidak melihat wajah Monika yang biasa ditemuinya tiap pagi. Terkadang ada perasaan rindu yang datang menghadiri dalam kediaman Rendi di kostnya. Namun, ada saja cara hiburan untuk sekedar mengubur rindu tersebut dengan bermain gitar bersama Tody, atau sekedar bermain catur.

Hari Senin, merupakan hari yang paling dibenci banyak orang karena begitu dekat dengan Minggu, namun juga begitu jauh dengan Minggu. Alasan tersebut tidak berlaku bagi Rendi, Rendi bersemangat hari itu bahkan dia menunggunya sejak hari Minggu. Tibalah dia melewati kost-kostan Monika. Akan tetapi batang hidung Monika tidak nampak keluar dari kost-kostan. Rendi perlahan pergi melewati kost-kostan tersebut.



“Biasanya jam segini, Monika pasti sudah tepat waktu berangkat kuliah” ujarnya dalam hati.


Ia tetap melanjutkan perjalanannya, dengan langkah yang perlahan namun pasti. Hari itu sukses membuat dia gagal “berpapasan” dengan Monika kembali. Ada perasaan kecewa sebenarnya dibenak Rendi, tapi apa boleh buat. Rendi tak kuasa mengkehendaki takdir Tuhan.



Hingga hari demi hari berlalu, sudah tiga hari Monika tidak terlihat dari pandangan Rendi. Membuat perasaan rindu Rendi semakin dalam. Tiap pagi dia seperti berharap sesosok perempuan yang ia sukai keluar. Malah yang ada hanya hembusan angin yang menggugurkan daun-daun di sekitar kost-kostan Monika, yang membuat Rendi semakin galau dan khawatir.



“Dimana kau Monika? Sampai kapan kau mencampur adukkan perasaanku secara diam-diam?” ujar Rendi dalam hati.

Bersambung

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d