Skip to main content

Rendi Story (Terbisik 1)



Musik merupakan bagian melodi dari kehidupan manusia. Musik tidak hanya sekedar nada-nada yang sengaja terlantunkan tanpa makna, melainkan dia memainkan hati melalui pendengaran manusia. Musik juga bukan sekedar musik, karena musik, kita tidak hanya mendengarkan sebuah nada, melainkan mendengarkan kenangan-kenangan kita terdahulu. Mungkin itulah mengapa Rendi menyukai lantunan musik Instrumental balutan khas Yiruma dan lain-lain. 

Sejak pertama masuk kuliah Rendi lebih sering memutar lagu-lagu tersebut. Karena musik tersebut memiliki arti tersendiri baginya terhadap cinta pertamanya saat masa-masa sekolah. Ya, Rendi terkenal kaku terhadap cinta pertamanya jangankan mendekati, memandang saja merupakan anugerah baginya. Sampai saat ini perasaannya masih tersimpan dan belum tersampaikan. 




Tahun 2013, merupakan tahun semester pertama Rendi menginjakkan kaki di kampusnya. Ia berkuliah di Kota Pelajar, jauh beratus-ratus kilometer dari tempat asalnya. Saat itu dia hanya ingin memulai kehidupan barunya, dan meninggalkan tiap kenangannya di kota asalnya. Rendi juga tidak mengetahui berlabuh kemana cinta pertamanya ketika lulus kemarin. Alasan Rendi merantau juga karena dia. Rendi ingin menata dirinya kembali. 

Beberapa hari berlalu, Rendi sudah aktif berkuliah dan hari itu merupakan hari terakhirnya ospek. Rendi masih awam daerah kampusnya, terlebih lagi ia lupa jalan pulang menuju kostnya. Rendi hanya menggunakan instingnya. Dia mengikuti kerumunan banyak Mahasiswa Baru yang berjalan entah menuju kemana. Di tengah perjalanan sendirian ia melihat sesosok wanita. Wanita tersebut mampu mencuri perhatian Rendi, ada suatu hal lain pada diri wanita tersebut yang membuat Rendi akhirnya mengikutinya dari belakang. Ya! Rendi jatuh hati pada wanita tersebut, siapa dia? Entahlah. Rendi hanya mengikutinya hingga sampailah wanita tersebut masuk ke sebuah rumah kost-kostan berpagar hijau dan bercat oranye, yang menjadikan ciri khas Kost-kostan tersebut. Rendi berhenti tepat depan rumah tersebut. 


“Hmm.. ini rumah perempuan itu..?” ucapnya dalam hati sambil tersenyum. 


Berlanjutlah perjalanan ia, namun langkah kaki yang terus melangkah semakin banyak keraguan yang dihinggapi perasaan Rendi. Untung saja dari beberapa meter Rendi melihat teman kostnya yang sudah berpakaian santai sedang berada di warung. Rendi mendekatinya dan terjadi perbincangan. 


“Tod, tod.. kok lo udah rapih aja. Gak ospek?” ucap Rendi. 

“Ahh, kerajinan kau ini.. Capek aku bah, mending ku pura-pura sakit, dan pulang lalu nonton FTV kesukaanku itu! “ Ucap Tody. 

“Tampang supir metro mini hati hello kitty.. dasar!! Nah lo ke warung mau belanja apaan?” Ucap Rendi. 

“Mau beli kondom!!” jawab sekenanya Tody. 

“Hah.. kondom? Kan kost kita cowok semua. Jangan, jangan..” Raut wajah Rendi mulai berubah. 

“Bah, aku bukan Homo. Kau kali yang homo! Ini untuk hapeku, beli kondom hape!! Kalo pun aku Homo, ya kau sasaranku malam nanti! Hahaha” Gelak tawa Tody. 

“Ada-ada saja lo Tod, keringet dingin gw nih jadinya. Gw ikut lo pulang ya, gw lupa jalan ke kost Tod..” ucap Rendy. 

“Memang kau darimana Ren? Masak arah pulang kau lupa pula?” Tanya Tody. 

“Itu gw lewat jalan situ..” ucap Rendi sambil menunjukan tangannya pada jalan yang telah dilaluinya. 

“Bah, jauh kali kau lewat situ. Sama saja kau putar jalan. Ya udah kau ikut aku saja!” ucap Tody. 


Rendi hanya mengangguk dan tersenyum. Tody memang merupakan teman satu kostnya Rendi, sama-sama satu jurusan namun beda kelas. Ia merupakan teman pertamanya Rendi saat berada di perantauan. Perkenalannya pun tidak sengaja saat pertama kali pindah menuju kost baru Tody tiba-tiba datang dan mengangkat barang-barang Rendy yang masih tergeletak tak beraturan. Tody memang menjadi teman yang tidak neko-neko, dan baik hati. Mungkin yang membuat Rendi sedikit jantungan adalah gaya berbicara Tody dengan logat batak yang masih terdengar kental, apalagi suara lantangnya yang membuat satu daerah kost Rendi terdengar. Rendi bersyukur memiliki teman seperti Tody. 

Perkuliahan baru dimulai, Rendi sengaja menyetel alarm pada pagi pagi. Selain karena perkuliahan yang dimulai pagi, juga karena Rendi ingin menikmati udara segar di Kota Pelajar. Ia berangkat dari kost menuju kampusnya berjalan kaki, karena memang jarak dari kost menuju kampusnya tidak terlalu jauh. Di tengah perjalanan Rendi bertemu dengan persimpangan jalan yang tempo hari membuat dia kesasar. Ia ingat dengan perempuan tempo hari yang ia ikuti. Dengan sengaja Rendi mengambil jalan memutar demi “tidak sengaja berpapasan” dengan wanita tersebut. 

Pucuk di cinta ula pun tiba, beberapa meter dari kost perempuan tersebut Rendi melihat seorang wanita yang kemarin ia lihat sebelumnya. Wanita tersebut sedang menutup pagar dan kemudian berjalan pergi ke kampus. Rendy tidak berani bertegur sapa padanya apalagi mendahului jalannya. Ia hanya berjalan dari belakang mengikuti wanita tersebut. Dalam hatinya Rendi sangat senang bisa bertemu dengannya kembali meskipun sepandang jarak memandang tak jadi masalah untuknya. 

Sesampainya di kampus ternyata Mahasiswa Baru sudah ramai berkumpul di kelasnya. Terlihat Tody duduk di bangku dan memainkan pulpen. Rendi lalu menyapa Tody kemudian ikut duduk disampingnya. 


“Hey Tod, perasaan tadi gw liat lo masih ileran di kasur? Cepet banget udah sampai kampus?” tanya Rendi. 

“Iya nih pening palaku, pasang alarm tau-taunya lebih cepet dari yang kuduga sampek gak mandi aku ini, ku kira telat baru pertama masuk” Ujarnya dengan suara menggelegar satu kelas. 


Teman-teman kelas semua langsung tertuju pada kami berdua. Yah memang seperti itu sikap Tody. Ia hanya bisa tersenyum polos tanpa dosa ke teman-teman lainnnya. Rendi hanya menepuk jidat karena ulah Tody tersebut. 


“Lo kira ini pasar impres, suara lo kecilin dikit lah kalo di kelas. Mana volume di badan lo kalo gak gw aja yang kecilin?” ucap Rendi karena malunya. 

“Bah emang kau kira aku ini speaker apa? Ya sudahlah namanya aku baru adaptasi di sini” ucapnya Tody sambil bisik-bisik. 

“Nah kalo sekarang lo bisik-bisik kaya ngintip gadis-gadis lagi mandi” Rendi berseloroh sambil bercanda. 

“Ah salah pula aku, kau sendiri aneh berangkat paling pagi tapi sampai paling siang” Ucap Tody kemudian. 

“Tod, tadi gw barusan lewat jalan tempo hari kemarin, terus..” Ujar Rendi sambil menahan keraguan untuk berbicara. 

“Pantesan, kan sudah ku bilang lewat situ kau mutar-mutar.. terus-terus apa Ren?” Tanya Tody penasaran. 

“Teruss.. hmm.. tapi janji lo jangan bocor ya” jawab Rendi semakin membisik. 

“Iya, kau terus-terus pula, mirip tukang parkir kau ini.. cepatlah cerita-cerita pada ku.. “ ujar Tody ikut membisik ucapannya. 

“Gw ketemu perempuan cantik, pokoknya idaman gw deh!!” Sahut Rendi pelan diiringi senyum yang terpampar diwajahnya. 

“Hahahahaha..” Tertawa Tody mengisi ruang satu kelas lagi. 


Namun sekarang tatapan teman-teman sekelas seakan memandang dengan tatapan membunuh. Rendi lalu menutup mulutnya Tody dengan segera. 


“Sstt, parah lo dibilang jangan keras-keras..” ucapnya Rendi menahan rasa malu. 

“Maaf yaa.. maaff..” Ucap Rendi kepada orang-orang yang berada di kelas. 

“Abisnya kau baru saja merantau disini, kau sudah dapat incaran. Top kali temenku ini. Ku kira kau homo Ren” ucap Tody menahan rasa ketawa. 


Rendi hanya geleng-geleng kepala terhadap ucapan Tody. Hari itu membuat mereka semakin akrab. Usai pulang dari kegiatan kampus, Rendi dan Tody pulang bersama. Seperti teman selayaknya. Dan perlu ditegaskan, mereka bersahabat teman seperantau. Bukan pasangan suka sesama sejenis atau homo. Ditengah jalan Rendi melihat dari kejauhan abang tukang siomay, berhentilah mereka berdua dan membeli siomay. 



Saat asyik-asyiknya mereka memakan siomay. Rendi melihat seorang perempuan yang lewat di depannya. Perempuan itu adalah perempuan yang ia sukai. 


“Hei, Monik..” Tody menyahut perempuan di depannya tersebut. 

“Hei juga Tody..” Senyum perempuan tersebut kepada Tody. 

“Baru pulang kampus ya?” Tanya Tody. 

“Iya nih, aku duluan ya..” Senyum kembali dari raut wajah perempuan tersebut. 


Rendi heran karena Tody ternyata mengenali perempuan itu. Rendi seperti memiliki kesempatan untuk mengetahui perempuan itu lebih lanjut. 


“Tod, tod, tod..” Ucap Rendi sambil memukul bahu Tody berulang-ulang. 

“Bah, pelan-pelan kau pukul pundak ku. Kesambet setan kau? Siomayku nanti tumpah” ucap Tody sambil mengunyah siomay. 

“Itu siapa Tod..? kau kenal dengan perempuan tadi?” Tanya Rendi tergesa-gesa. 

“Oh itu si monika, kembang kampus di fakultas kita haha..” tawa Tody. 

“Kenapa? Cantik yah?” Sambut ucapannya kembali. 

“Cantik..” ucap Rendi sambil memandang nanar. 

“Kau jangan ngimpi Ren, takutnya perempuan macam tadi tuh standarnya setingkat sama dia haha. Oh ya, ku kenal dia waktu pendaftaran dulu. Dia kan tak punya pulpen saat mengisi admistrasi, nah lalu ku pinjamkan dia.. tapi dia bukan tipe ku ren haha” Ucap panjang lebar si Tody menjelaskan. 

“Yah seenggaknya gw udah tau namanya Tod, makasih ya Tod..” ucap Rendi sambil tersenyum. 

“Ahh senyummu Ren, kiranya aku tahu perempuan yang tadi pagi kau sebut itu. Ngomong-ngomong, Tad Tod Tad Tod, kau panggil ku Tod. Kau kira aku Ngen**d ? panggil namaku jangan setengah-setengahlah. Panas kupingku ini. Meskipun “Tod” itu enak haha..” ucap Tody protes diiringi tawa. 

“Haha, yo sensitif lo kayak cewek..” Ucap Rendi sambil tersenyum mengingat perempuan yang tadi. 

“Namanya Monika, namanya begitu cantik percis seperti orangnya” ucap Rendi dalam hati. 


Rendi hari itu mengetahui nama perempuan yang mampu membuat dia jatuh hati. Perempuan tersebut bernama Monika. Rendi merasa ia menambah dekat dengannya meskipun baru mengenali namanya. Meskipun begitu Rendi tetaplah Rendi yang kaku, dia masih enggan bahkan malu berkenalan dengan Monika.
Bersambung

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d