Di sepanjang jalan bernaung buih kapas awan berlarian.
Menyanggahi tatapan mata yang mulai nanar,
Meski dihirup angin barat masih terasa,
Tapi hirup naik turun tidak melegakan,
Pada setiap burung yang hinggap kujanjikan sebuah tali kehangatan,
Namun ia tak bertaut hanya singgah tak peduli,
Kiranya bahu ialah dahan yang layu,
Sebab tak terasa kehidupan dalam pijakan bahu itu,
Ia tak paham telah dinyanyikan lagu-lagu yang menerpa sayapmu saat berteduh,
Kini bahu itu menjadi kering kerontang,
Menjadi dahan yang ditinggal kepakan sang burung,
Memandang awan bercinta dalam larian di atas langit,
Dahan telah hilang ditikam lumut, berselimut lumpur,
Menjadi kokoh namun tak pernah bersapa nona burung kembali.
17.02.21
Comments
Post a Comment