Skip to main content

Ingatan Filsafat: Ibn Rushd (Fashl Al Maql)



Ingatan Filsafat: Ibn Rushd (Fashl Al Maql)
Oleh: FF

Kitab ini secara singkat berisi filsafat dalam kajian Islam serta yang saya pelajari dalam pengajian ini sebuah bantahan akademik terhadap kitab Al-Ghazali yang mengatakan bila Filsafat belajar filsafat dalam nilai-nilai tertentu itu hukumnya kafir.

Ibn Rushd membahas bahwa pentingnya filsafat dan sejalan dengan syariat. Karena saya tidak mendalami hal ini namun hanya diberikan dasarnya saja pada inti pelajaran ini berisi bahwa, dalam memahami filsafat itu ada level-level tertentu. Gak mungkin kita membahas filsafat Aristoteles di awam atau kampung-kampung pengajian dengan bahasa akademik tertentu, bisa saja namun dengan filter sesuai keadaan masyarakatnya. Dalam kitab ini juga belajar filsafat harus memiliki bakat tertentu, disiplin, akhlak yang baik, mampu bersikpa obyektif dan sebagainya. 

Dalam menentukan kebenaran (Tashdiq) harus dibentuk dan dibuktikan. Pembuktian ini yang memiliki level, ada yang ditingkatan demonstrasi, ada yang harus melalui debat, dan ada juga penjelasan retorik. Jika tidak menemukan suatu hal sesuai syariat di dalamnya maka dilakukan Takwil.

Takwil itu semacam pembuktian lafaf yang terkandung karena di dalamnya berisi makna lahiriah dan batiniah. Kedua makna ini harus disepakati agar kokoh (bisa dilihat slide di atas). Nah ctoh yang tak perlu di takwil semacam metafor melewati jembatan sirathal mustaqim yang bentuknya seperti satu helai rambut yang dipotong 7 kali, nah penggambaran ini hanya untuk menormalkan agar awam bisa membayangkan. Begitu juga dengan siksa kubur yang layaknya penculikan gengster. Istilahnya perkara yang ghaib memang beberapa harus diimani bahkan mayoritas. Membicarakan filsafat hanyalah membicarakan suatu bentuk material atau keadaan yang di dalamnya berisi ruang dan waktu. Jadi ingat kata Cak Nun, manusia zaman sekarang banyak yang melangitkan bumi dan membumi kan langit.
Terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d