Skip to main content

Ingatan Film: Roma (2018)



Ingatan Film: Roma (2018)
Dir: Alfonso Cuarón
Oleh: HSA

Film ini bercerita dari sudut pandang Cleo seorang ART di sebuah keluarga Dokter. Ia menjalani kehidupan seperti biasa, hingga ia mengalami masalah begitu juga dengan keluarga tempat ia bekerja. Film ini meliputi kehidupan masalah ironi-ironi di dalamnya. Tema film ini melatar belakangi Mexico pada tahun 70an.

Satu hal pertama saya lihat film ini. Wow, begitu teatrikal penggunaan kameranya. Banyak mengambil gambar full-shot dan panning. Namun inilah yang membuat film ini terasa teatrikal dan menarik, bahkan adegan long-take menjadi sebuah menjadi afeksi kedalaman menonton tertentu.
Masalah yang terjadi pada film ini dari eksposisi menuju titik-titik turning point ke climax begitu realistis (tidak naif) seputar realita permasalahan manusia sewajarnya.

Film ini juga mengambil teknik BW yang memberikan arti kedalaman tertentu selama menonto, meskipun rasio yang digunakan 21:9 nah ini dia saya jadi pengen banget ngebahas afeksi apa yang saya rasakan selama nonton film ini…

Pertama melihat dari cover film ini terasa seperti melihat lukisan aliran romantisme (Theodore Gericault-Raft of the Medusa).
Kemudian setelah saya menonton filmnya, wow.. setiap pengambilan gambarnya tergambar banyak semiotika yang saya tidak pahami, apalagi berkaitan tentang kultur Amerika latin, namun saya menemukan banyak hal baru.

Romantisme yang berisi tentang peristiwa tragis dan kontras terlihat dari warna hitam-putih yang terlihat contrast, bahkan tidak ada fokus yang depth of fieldnya shallow, pengambilan dofnya luas menggambarkan frame film saya yang saya rasa membatasi ruang-ruang cerita. Kisah film ini lebih fokus pada gender perempuan. Di mana Cleo dan Istri Dokter menjadi korban pengkhiaanatan/kejahatan laki-laki (patrriartki).

Hal menariknya ketika saya berpikir dengan dugaan adegan laut menjadi sebuah etalase katarsis dari film ini menjadi terbukti. Cleo dan keluarganya kabur menuju pantai untuk berlibur (menghindari suami si dokter yang lebih memilih selingkuhannya). Laut kembali menjadi sebuah semiotika penyucian atau Ibu, dasar dari segala kelahiran. Perang di Mexico juga digambarkan menjadi sebuah miniatur kebodohan mainan laki-laki yang menimbulkan korban. Menurut saya film ini lebih fokus menekankan pada oposisi gender.

Ada beberapa semiotika yang ditampilkan namun saya masih belum pahami. Yaitu parade drumband, dan pesawat yang terbang ke kiri, bahkan diending pun ditutup dengan pesawat yang terbang menuju kiri.
Mungkin kali aja ada teman yang ingin memberikan pencerahan?
Terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d