Skip to main content

Romantisme (Ngaji Filsafat ke-28)

Ngaji Filsafat ke-28
Romantisme
Oleh: Fahrudin Faiz

Pertama kali dengar romantis pasti berpikir tentang bagaimana aktivitas orang yang dimabuk asmara dalam mengambil tindakan kepada obyek yang disukainya. Yup, agak keliru dan sedikit bergeser makna Romantisme pada dewasa ini, tapi tidak sepenuhnya salah. Mari kita cari tahu akar dari filsafat makna romantisme ini.

Romantisme muncul pada abad 16-18 di Perancis meskipun berkembang pesat di Jerman. Seiring dengan pergerakan Rasionalisme, Empirisme di Inggris, dan Pragmatisme di Amerika. Romantisme bermula pada pemuda-pemuda di sana yang resah akan 3 hal: Revolusi Industri, Pencerahan Klasikisme, dan Kekacauan Politik. Mereka juga disebut sebagai pemuda malas karena tidak tertarik dengan perkembangan rasio pada zamannya. Namun gerakan ini memiliki perkembangan yang besar, tokoh besarnya ada Gothe, Beethoven, Authur Scopenhauer, Jacquie Rossou.

Romantisme merupakan gerakan yang mengutamakan inituisi, perasaan, dan imajinasi. Berbeda dengan pada era klasik yang mendewakan rasio atas kebenaran. Orang Romantisme berpendapat dengan jalur imajinasi dapat membentuk semesta lain yang makin lama mendekati dengan sesuatu yang tidak terungkap "ilahiyah". Hampir sama Descates dengan semboyan Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka Aku ada). Roussou seorang romantik memiliki semboyan "Exister, pour nous, c'est sentir" (Untuk kita, merasakan adalah eksistensi). Persamaan keduanya adalah sama2 menunjukan eksistensi, bedanya Descartes berpikir dan Roussou merasakan. Opini saya, Berpikir belum tentu merasakan, namun merasakan sudah pasti berpikir, sama halnya simpati dan empati.

Romantisme juga menganggap alam adalah bagian dari organis sama halnya manusia. Berbeda dengan klasik alam merupakan bentuk realitas obyektif yang hanya dapat dilabeli seeprti  bintang, bulan. Kalo romantis alam itu satu bentuk yang mempengaruhi segalanya. Misal hidung gatal otomatis kepala ikut pusing dsb. Pada hal ini gerakan Romantisme sangat mendambakan zaman mistisme dulu (panteisme, alam adalah pancaran Tuhan).

Orang romantisme itu berpikir diluar realitas obyektif. Oleh karena itu, romantisme juga menganggap pada dasarnya orang yang punya impian adalah kaum romantik. Karena ada slogan juga "Dunia harus mengikuti impian, dan impian harus menjadi kenyataan". Kalo di mudahkan, jika ada tindakan pasangan kalian yang "romantis" di cek dulu, dia ngelakuin itu ngikutin tren film,novel atau apa? Kalo iya dia ga romantis, dia cuma penjiplak wuekkeke. Orang yang romantis mendepankan imajinasi dan otomatis dia kreatif, pastinya ia lebih peka pada perasaan. Jadi, kmu cari orang yang romantis boleh lahh~
Kesimpulan ini sy singkatin, karena sy capek dan malas. Selebihnya kita ngopi dulu ja~

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d