Skip to main content

Estetika Religi (Ngaji Filsafat ke-27)

Ngaji Filsafat ke-27
Estetika dan Agama
Oleh: Fahrudin Faiz
-
Masuk dalam ranah relijiunitas estetika menjadi bahasan penting dalam penyempurnaan atau pelengkap Etika dan Agama. Sebab, Agama tanpa Etika, hanyalah dogma kaku dan mekanik, sedang Etika tanpa Agama, hanyalah kepentingan subyektif untuk membenarkan segala hal yang menguntungkan. Maka, ketika ada estetika, ada perasaan atau keindahan dalam menggabungkan keduanya sehingga hidup ber-Agama menemukan definisi sempurna.
-
Teori Estetika Universal (Slide-2) menememukan pandangan keindahan pemikiran sehingga membuat sifat keindahan menjadi plural, di sini manusia harus lengkap mempelajari keilmuan ini agar menemukan estetika ideologis sebagai manusia, dalam hal ini seni.
-
Estetika Tauhid (Islam), 5macam ini menggambarkan keindahan Islam dalam bertauhid. Yaitu, Implikasi Doktrinal (seperti syahadat, bukan syahadat kata tapi seluruh aspek kejiwaannya bersyahadat), Implikasi Ritual (Jika ucapan saja tidak melakukan ritual wajib seperti shalat, maka itu hanya gombal), Implikasi Intelektual (Mencari tahu nilai-nilai dunia materia secara rasional), Implikasi Sosial dan Implikasi Estetika (Seperti Azan, dsb membuat orang tertarik agar datang shalat ke masjid dengan keindahan langgamnya)
-
Klasifikasi Seni dalam Agama (slide 3) cukup mudah dipahami karena ada 3 nilai yang mendampik keanekaragaman seni.
-
Al Ghazali juga mengungkapkan manusia terdapat level keindahan dalam memandang kehidupan, namun ada baiknya semua level ini harus dipunyai agar tepat disebut sebagai manusia. Semua level ini bisa diibaratkan seperti makan. Keindahan inderawi bagaimana kita memandang enaknya makanan sprt burger, pizza itu enak sebab sifatnya materi. Masuk ke lv imajinatif/emosional kita akan memahami keindahan makan hanya untuk kenyang, namun tingkat kekenyangan seseorang beda2 karena sifatnya tentatif. Keindahan Aqliyah atau akal kita mulai memainkan rasio, kenapa obyek (materi itu bisa membuat kita kenyang) sifatnya pengetahuan. Pd lv ruhaniyah susah terdeteksi, sebab ini sudah masuk dlam tahap nilai batin, sehingga org yg merasakan ini bisa dideteksi oleh org lain (mgkin kita pernah ketemu kiai atau siapapun bgtu tenang), keindahan terakhir yang sangat sedikit manusia memilikinya yaitu keindahan ilahiyah, seperti tabir dan hijab yang terbuka manusia ini sudah merasakan keindahan level tertinggi ibarat bertemu dengan Tuhan, ia sudah terlepas dari dunia materi.
-
Seni dalam Agama Islam pada realitanya sangat dipandang sebelah mata, sebab dianggap sangat membatasi orang berseni. Namun ini bisa dibantah karena berbagai alasan. Mungkin kita tahu tentang teori bagaimana plato tidak menyukai seni, sebab seni (tidak semua) meniru kehidupan materi, daripada dunia idea (mimesis mimesos) orang akan terlena dengan dunia materi. Ambil garis lurusnya, di Islam, kesenian bahkan naik level dari hal itu, syarat seni itu harus kreatif dan tingkatan kreatif manusia itu harus lepas dari dunia materi seperti gambar realistis atau naturalis, Ajaran Islam lebih suka sesuatu yang rumit, pengulangan,dan tidak terbatas seperti abstrakisme, kubisme, dadaisme. Makanya kesenian di Islam itu harus dituntut lebih kreatif, dan harus karya di luar dari dunia materi sebab materi suka menipu. contoh karya seni Islam, motif kotak2 di timur tengah, kubah masjid, seni keramik, atau lihat bentuk kesenian abad pertengahan di timur tengah. Lalu kenapa diharamkan? Konon katanya pada zaman skolatik orang2 masih rentan dengan peberhalaan namun zaman skrg suda tidak relavan karena bentuk kesenian diubah hanya untuk kenikmatan estetika personal atau ungkapan personal, tidak untuk peninggian vertikal. Dalam fiqih banyak yang menafsirkan beragam, ada yang haram ada yang boleh, ada yang boleh namun ada alasannya (memiliki tujuan, maksudnya estetika simbolik).
Jadi pada Islam estetika itu pasti harus saling bertautan agar kita juga bisa mengenal keragaman. Mari kita jadikan Agama tetap menjadi Agama.
Terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d