Skip to main content

Ingatan Film: Imperfect (2019)



Imperfect
Dir: Ernest Prakasa

Ketidaksempurnaan menjadi sebuah film baru di akhir tahun dari Ernest untuk masyarakat Ibukota (tentu, saran saya tonton ini jangan bagi anak kampung, kata salah satu antagonis selingan di film ini).

Bagaimana tidak segala mise en scene film ini berbicara tentang sebuah identitas kecantikan perempuan yang ada di masyarakat metropolitan. Jadi menurut saya film ini tidak menggambarkan kesemuanya. Oke saya akan bahas konteks nanti..

Secara sekuen-sekuen keseluruhan film ini ringan dan menarik. Perpaduan lawakan ernest ala stand-up comedy dibawakannya, apalagi banyak sekali komika yang bermain di film ini. Secara naskah film ini begitu baik meskipun saya merasa tidak menemukan afeksi lebih dari pendekatan keluarga Rara, namun dalam hal ini Rara (Jesicca Mila) sangat baik secara karakter, apalagi sekelas Reza Rahadian yang begitu memiliki khas dalam setiap peranan beliau, pun terbantu oleh para komika yang membuat komedi di film ini menjadi gerrr. 

Hal yang kurang dalam penerapan tangga dramatik ini berada di awal saat dari epitasio (masuk ke dalam konflik) menuju konflik2 kecil dibuat secara terburu-buru, saat di mana Rara berusaha menjadi kurus. Namun secara konflik mampu meningkatkan intensitas dramatik kembali melalui "callbak" kalo istilah di dunia comedy. 

Secara keseluruhan film ini baik ditonton sebagai hiburan dan kontrmplasi diri apalagi sebagai perempuan karena cerita di sini begitu ringan, kemungkinan besar akan mudah ditangkap oleh teman-teman yang lelah seharian bekerja dan mencari hiburan (meskipun film ini menggurui sekalii).

Ada beberapa pertanyaan yang muncul ketika film ini usai dari saya. Bagaimana bila kecantikan sekarang menjadi sebuah dilema bagi orang yang gendut namun tidak mempunyai support sistem yang baik? Karena film ini atau karakter Rara tida menggambarkan secara lebih intens bagaimana ia gendut namun juga tidak memperhatikan penampilan? Bukankah kedua itu hal yang beda? Malah menurut saya film ini makin mempertegas statement visual bahwa orang yang gendut pasti tidak pernah memperhatikan penampilan baik dandanan dll??
Untung saja karakter Rara mempunyai support sistem yang baik kalau tidak? Wahahhaa...

Baiklah, sekian terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d