Oleh: FF
Al Ghazali memandang kebahagiaan dalam bukunya yang berjudul Kimiatul Saadah berupa aktivitas Jiwa atau cerminan Jiwa. Hampir-hampir mirip seperti apa yang saya pelajari di Plato. Kebahagiaan haruslah menanam dasar sebuah pemenuhan diri. Orang yang mengenal dirinya ialah yang mengenal Allah.
Raja dari segala gerak manusia ialah Jiwa/Hati/Qolb. Hati bagaikan kaca, bila kau beri debu maka ia akan kotor, kemudian jika terus menerus maka akan tertutup pancaran kebaikannya. Tubuh laksana kota, ada amarah, nafsu dan sebagainya. Jangan sampai hal-hal buruk dan berlebihan menguasai Jiwa manusia atau menyetir nya.
Jika lapar maka makan, jika sudah saatnya menikah maka menikah lah. Menahan memang baik namun jika manusia tidak kuat haruslah dipenuhi sebagai bentuk pengenalan dasar diri sendiri.
Oh ya dan satu lagi, saya mengenal Assasin dalam kajian ini. Assasin dikenal di Barat yang di sebut oleh pelaut Barat. Assasin atau bisa disebut Hassasin merupakan kelompok khusus kecil dari bagian Syiah Ismiyah. Bertugas pada zamannya memberikan peringatan kepada Raja atau petinggi untuk memasukkan Idea atau sebuah ancaman karena sesuatu. Biasanya para Hassasin ini kelompok yang cerdik dan sebagai tanda ia menaruh bunga diam2 saat Raja tidur sebagai bentuk peringatan bahwa beliau tidak aman. Nizamul Mulk merupakan Raja yang menjadi korban Hassasiniyah, ia merupakan raja yang sangatdekat dengan Imam Al Ghazali. Bahkan Salahuddin Al Ayyubi pernah diancam demikian, namun pada akhirnya beliau menemukan tersangkanya dan selamat.
Terimakasih.
Comments
Post a Comment