Skip to main content

Ingatan Filsafat: Al Mawardi (Al Ahkam Al Sulthaniyyah)



Ingatan Filsafat: Al Mawardi (Al Ahkam Al Sulthaniyyah)
Oleh: FF

Al Mawardi tercatat dalam sejarah merupakan salah satu tokoh yang mengawali penulisan konsep politik pemerintahan yang dikenal dengan (Al Ahkam Al Sulthaniyyah). Kitab ini disebut-sebut yang mengawali Machiavelli dalam penulisan buku lil-principle nya. 

Kitab tersebut berisi buku pemerintahan berbasis agama/Teokrasi yang berkutub pada Islam. Buku ini namun tidak serta merta membawa masuk Kitab dan Sunah ke dalam Pemerintahan, namun perlahan-lahan melalui organismenya, seperti cara pemilihan Khalifah dan badan-badan yang menaungi bergeraknya pemerintahan itu sendiri. 

Saya ingat pak FF menjelaskan tidak banyak tentang isi atau pokok pikiran dalan Al Ahkam Al Sulthaniyyah, namun hanya menjelaskan prinsip-prinsip sebagian, meskipun saya tidak mendapatkan banyak juga. Setidaknya ada beberapa butir untuk tahap mengenal prinsip Al Mawardi.

Dalam pembahasannya saya baru mengetahui akan konsep Khilafah itu ad beragam. Padahal dalam framming media ataupun pihak yang mencanangkan itu sendiri saya kira hanya menangkap satu jenis. Nah perlu kita pahami dulu sebelum menolak apalagi membenci, bagian-bagian mana saja yang memang tidak relevan lagi atau kontra bagi zaman sekarang.
Begitupun juga yang dilakukan Al-Ghazali sebelum menkritisi hal yang kontra baginya.

Jenis pemimpin dalam kajian ini mengenal ada Khilafah (Pemimpin yang benar-benar dipilih oleh rakyat), Imam Dharury (Pemimpin yang dipilih karena tidak ada lagi/dipilih dari beberapa yang terbaik), Wali bisy-asyaukah (Pemimpin yang menggantikan pemimpin sebelumnya/lengserkan).

Managemen Pemerintahan dalam kajian ini ada 3 tipe yang diketahui: Khilafahisme, di mana ini dicetuskan oleh Al Ghazali bagaimana pemerintahan yang penting itu adalah Pemimpinnya, karena pemimpin gambaran bagaimana ia dengan Agama, serta rakyatnya. Kedua, Institusionalisme, dicetus oleh Al Mawardi dalam hal ini keluasan dari Khilafahisme di mana bergerak sukses/tidaknya pemerintahan bukan hanya dari pemimpin saja namun juga bagian-bagian di dalam yang yang turut sama baiknya. Terakhir, Organisme hal ini dicetuskan oleh Ibnu Taimiyah, di mana Pemerintahan baik belum tentu rakyatnya baik maka seluruh dari organisme dalam suatu Negara harus benar-benar sungguh turut andil. 

Oh ya sebelum Thomas Hobbes mencetuskan Kontrak Sosial Al Mawardi sudah mencetuskannya lebih dahulu namun dalam motif yang berbeda. Bila Thomas Hobbes beralasan manusia itu sejatinya binatang berakal yang beringas maka perlu adanya pemerintahan untuk mengawasi manusia-manusia ini agar teratur (Leviathan). Namun kalau Al Mawardi beralasan manusia itu pada prinsipnya tidak bisa hidup mandiri dan sendirian, mereka butuh aktualisasi diri melalui orang lain, maka Negara hadir agar masyarakat nya menemukan aktualisasi dan potensi dirinya lewat bernegara.
Terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...