Skip to main content

Review Film: Mantan Manten (2019)



Review Film: Mantan Manten (2019)
Dir: Farishad Latjuba
Oleh: HSA
Rating: 3.5/5

Mantan Manten merupakan film drama yang dibalut oleh percampuran konflik antara budaya modern dan  tradisi adat jawa. Cerita dibangun cukup kompleks namun saya selaku penonton berhasil masuk ke dunia Yasnina meskipun saya merasa ditarik ulur untuk masuk ke dalam psikis permasalahan Yasnina.

Bercerita dari sudut pandang Yasnina sebagai protagonis. Ia merupakan wanita karir yang sukses dalam bidang konsultan keuangan/investasi. Konflik  pertama di mulai ketika Yasnina merasa dikhianati oleh Iskandar, sehingga segala Aset harus disita dalam kasus penipuan bodong. Di mana Iskandar adalah Ayah dari Surya, calon suami dari Yasnina. Berhubung jatuh miskin, Yasnina yang seorang janda dan yatim masih berharap pada satu aset di Tawangmangu yaitu sebuah villa. Villa tersebut ditinggali oleh Bu Mar seorang Paimas (Dukun Nikah) yang sudah tua. Di sana cerita dan perubahan kesadaran Yasnina di mulai.

Ada 3 garis besar cerita yang diangkat dalam film ini: Konflik hubungan pribadi Yasnina, Proses.menjadi Dukun Nikah, dan Hubungan Yasnina terhadap Bu Mar. Cerita dibangun secara pelan di awal namun banyak dilompati di tengah sehingga konflik dan resolusi harusnya bisa lebih klimaks. Tapi saya yakin setelah menonton ini garis besar hanya dipacu oleh konflik pribadi Yasnina belaka. Padahal potensi untuk menggali adat Jawa tentang Dukun Nikah, menjadi poin yang lebih menarik apalagi ada bumbu2 seorang yatim piatu yang merasa mempunyai Ibu. Di awal memang diberi kesegaran sedikit dari Asri Welas dan Dodit Mulyanto, tapi menurut saya jika tidak ada doi juga tak apa. Saya yakin ini ada hubungannya tentang tarhet audiens pada film komersial, jadi tidak masalah juga.

Pengambilan gambar pada film ini cukup menarik di mana Obyektif shot menjadi sajian utama sehingga penonton sesekali diberikan jarak bagaimana memandang kehidupan Yasnina. Bagus dan banyak menggunakan shot frame picture, entah jendela atau apa. Konsep ini dinamakan voiyuner (lupa sebutannya) istulahnya penonton seakan-akan dijadikan pengintip dalam sebuah adegan.
Penyuntingan di dalam film pun cukup berhasil menggambarkan plot demi plot untuk membangun konflik dan memahami permasalahan Yasnina meskipun kurang memberikan afeksi sangat dalam, ya tidak masalah juga. Turning point sampai conflict bergerak perlahan tapi menaikkan tensi drama penontonz meskipun saya yakin bisa lebih dari itu.

Interpretasi, film ini sebenarnya mirip seperti film Midsommar yang kemarin tayang (sebenarnya Midsommar kali ah yang ngikutin mantan manten xixi). Konsep filmnya tentang hijrah kalo yang saya tangkap bagaimana manusia modern kembali ke desa untuk menjadi dukun nikah, meskipun di awal2 terjadi penolakan tapi ada perubahan kesadaran yang dialami Yasnina selama proses menjadi dukun nikah. Ada yang ingat ketika Dani dari Midsommar mengalami trance membayangkan kalau tumbuhan hidup bahkan tumbuh dari kulit2nya? Ternyata di film ini juga digambarkan bagaimana di "alam mimpi" Yasnina mengalami bentuk kesadaran baru di mana di sekelilingnya tumbuh tanaman rambat secara cepat bahkan imajinyang dibuat ialah labirin besar berisi tanaman2. Perubahan kesadaran ini yang memhuat Yasnina lebih ikhlas menjalani konflik yang terjadi di awal dan pengambilan keputusan saat ia menjadi Dukun Nikah Surya. Nah mungkin penonton tidak sadar adalah di mana puasa mutih yang dilakukan Yasnina tidak digambarkan lebih dalam, hanya menggambarkan makan nasi dan air putih saja. Di sanalah ia mengalami secara bertahap perubahan spiritual, sehingga kalau peka saja. Yasnina di awal dan di akhir film sungguh terlihat berbeda. Semiotika tanaman yang ditaruh di sini saya rasa menggambarkan bentuk spiritual itu sendiri ibarat taman yang besar.

Satu hal paling trivia buat saya sendirj ialah premis yang digunakan mirip sekali tentang kumpulan premis film yang saya tulis beberapa tahun lalu. Premisnya adalah "Seorang penghulu yang menikahkan mantan kekasihnya". Bedanya di premis film ini berkaitan tentang adat budaya, jadi menurut saya lebih bagus sih hehe..

Gugur sudah 3 premis cerita saya untuk diangkat (misal ada kemauan). Terakhir diambil dari film AADC 2, di mana seorang mantan yang menculik mantan kekasihnya sehari sebelum acara pernikahan. Di sana ia mengalami nostalgia bersama. Tapi ya sudahlah toh filmnya digarap lebih baik haha..
Terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d