Skip to main content

Ngaji Filsafat: Universal Sufisme (Inayath Khan)



Ngaji Filsafat: Universal Sufisme (Inayath Khan)
Oleh: FF

Inayath Khan adalah seorang Sufi dari Irak (kalau tidak salah). Mungkin kalau ada yang memiliki banyak kepercayaan dan memperbolehkannya ialah influence dari Inayath Khan. Okey, hal ini bukan tanpa sebab.. seorang Inayath Khan ialah seorang Sufi sekaligus mempelajari banyak tarekat (4) sehingga menelurkan sebuah wacana Universal Sufisme. Ia meninggal pada umur 44 tahunz jadi bisa dibayangkan padatnya dan cerdasnya dia belajar seumur hidup.

Inayath juga menghadirkan Ibadah Universal di Perancis. Di mana di tempat itu merupakan ibadah dari setiap Agama atau paling tidak saling bergotong-royong dalam toleransi besar-besaran. Prinsip besarnya ada tiga, Cinta, Harmoni dan Kecantikan. Menurutnya Agama itu ibarat air  yang berada di bejana, sungai, empang, got dan sebagainya. Pada akhirnya semua bermuara pada laut atau air itu sendiri esensinya. Ya banyak orang yang beragama hanya sebatas baju atau bentuk, padahal sejarah membuktikan bentuk selalu berubah, di sini peran Agama juga terlibat sehingga melahirkan banyak aliran atau tarekat meskipun esensinya sama. Perwujudan idelogi ini bernama Esoterisme, di mana lebih penting pengalaman ruhani/batin dalam spiritual (seperti mendekat kan diri pada Tuhan) daripada baju yang dipakainya. Banyak orang yang terkesima oleh kata-kata puisi indah di dalam kitab suci sampai lupa makna terdalamnya ialah menuju penyatuan ke satu, atau spiritual di dalam kitab suci itu sendiri. Ini menjadi tamparan besar kita dalam bertoleransi dan lebih fokus pada bentuk ibadah dan merasa paling benar daripada yang lain.

Inayath lebih suka berdakwah dengan musik, baginya musik ialah harmoni. Musik tidak hanya bentuk getaran bunyi. Musik adalah bagian dari harmoni itu sendiri. Detak jantung, langkah kaki ritmis, perputaran orbit bumi semua adalah musik, bahkan teriakan orang itu musik. Musik adalah getaran bagi yang merasakannya ia bisa mencapai pemahaman lain. Musik juga bisa di ibaratkan agama-agama. Perbedaan genre pada setiap manusia ialah wajar karena selera tapi menjadi satu saat manusia itu mengalami penyatuan terhadap musik yang disukainya, entah itu ikut menggelengkan kepala, atau berjoget ria.. ya esensinya sama.

Bagi Inayath juga Agama di muka bumi ini tidak mungkin ada satu. Tuhan menciptakan banyak Agama untuk toleransi, dan saling mencintai.
Terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...