Skip to main content

Ingatan Filsafat: Cinta (Jalaluddin Rumi)

 


Ingatan Filsafat: Cinta (Jalaluddin Rumi)
 Oleh: FF

Rumi adalah salah satu tokoh favorit saya. Ia menjadi salah satu manifestasi perubahan pemikiran saya akan cinta, bahkan dalam memandang cinta ke semua orang.

Tapi untuk ini saya hanya ingin pendek pembahasan saja. Manusia mayoritas banyak memandang bentuk material adalah segala dari inti hidup di muka bumi ini. Padahal itu hanyalah kulit, di mana di dalamnya terdapat ribuan mutiara yang perlu kita singkap kemudian semakin dekat kepada-Nya.

Apa yang kita inderai itu hanyalah sifat lahirian namun di dalamnya terdapat sifat-sifat Ketuhanan yang mengejawantahkan. Di dalamnya adalah sebongkah emas namun luarnya adalah sebongkah batu. 

Di dalam manusia ada semesta besar yang perlu selalu kita telusuri dan alami. Sebab bahi Rumi pengalaman lebih berharga dari banyaknya ilmu pengetahuan yang diketahui. Sebab dari pengalaman merupakan penyatuan dari pengetahuan dan kesakitan penderitaan dalam menggapainya. Semuanya hanya untuk mencapai kesempurnaan insani dan kesempurnaan ilahi.

Kemudian cinta, ia adalah perasaan universal, ialah penyatuan ruh dari alam semesta. Ia menggerakan, memaknai hidup, dan selalu berakhir baik.
Cinta selalu meninggikan intelek, sebab kita hidup bukan untuk berpikir, tapi kita berpikir untuk hidup.
Sifat baik itu seperti apa? Ya baik itu segala apa yang membuat orang lain merasa tentram namun dirimu semakin merasa lebih tentram meskipun kau harus berkorban, itu juga ga akan ada hitungan berkorban.

Bagaimana mencintai Allah? Lakukan lah apa yang kamu anggap mendekatkan diri padanya yaitu sebongkah ibadah atau doa-doa palsu/munafikmu. Maka Ia akan selalu menerima uang palsumu, berjalanlah meskipun itu pelan, karena perjalanan menuju Cinta-Nya selalu ada penuh dengan Rahman dan kasih sayang-Nya.
Terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d