Skip to main content

Ngaji Filsafat: Sophis




Ngaji Filsafat: Sophis
Oleh:FF 

Sophis adalah kaum dari masyarakat Yunani yang memiliki keahlian dalam beretorika/tautologis dari bahasa akademis. Kaum Sophis ini pintar bermain dengan logika dan tidak memperdulikan kebenaran absolut. Sebab menurut mereka kebenaran itu selalu bersifat mbulet. Kebenaran mbulet itu  maksudnya, bahwa sesungguhnya kebenaran itu diukur dari kapasitas manusianya. Menurut salah satu kaum Sophis, Gorgios kebenaran di dunia ini tidak ada yang absolut, tidak ada yang berdiri sendiri. Semua kebenaran hanyalah sekumpulan pengetahuan yang dimiliki manusia sesuai kadarnya. Misalnya ada benda kacamata, kacamata itu enggak ada. Adanya plastik/bahan materialnya, kemudian plastik juga ga ada dia dari campuran kimia dari pabrik dst. Pada akhirnya kebenaran pandangan Sophis ini ialah relativisme. 

Orang-orang Sophis juga memiliki tipikal sikap egoisme. Mereka percaya hidup yang alamiah ialah hidup yang mementingkan dirinya sendiri. Karena tiap argumen atau kebenaran yang dibela berawal dari kesukaan baru argumennya belakangan. Oleh karena inilah Socrates dan Plato mengkritik para kaum Sophis yang tidak berfokus pada kebenaran absolut, hanya menggunakan kepintarannya demi keuntungan pribadi.

Oleh karena itulah sebuah sikap virtue untuk kaum Sophis diperjualbelikan. Nah, kapitalisasi pendidikan di mulai dari sini. Di mana kebutuhan untuk berdialektika apalagi bagi kaum-kaum elite, dan darah biru Yunani saat itu.

Ada satu hal lagi yang saya pun mengkritik nya bagaimana kehidupan alamiah yang miskin dan kaya tidak boleh saling menjegal alias harus menjaga agar tetap seperti itu. Melihat bagaimana alam selalu memakai yang lemah. Nah harusnya sebagai manusia yang membedakan dari hewan atau alam ialah akal, anggapalah alam memberikan gambaran realita demikian, harusnya kita makhluk berakal maka harus lebih berbudi,karena kita bukan cuma hewan, namun hewan berakal,. 
Sekian, terimakasih. 


Comments

Popular posts from this blog

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d