Ngaji Filsafat ke-43 (Ibnu Khaldun)
Oleh: FF
Ibnu Khaldun terkenal dengan filsafat yang sudah membumi yaitu Filsafat Sejarah, serta Ilmu Sosiologi. Pada ilmu sejarah kita memandang bagaimana penyampaian sejarah yang dilakukan oleh peradaban, siapa orang itu dan motif di dalamnya? Di dalam Sejarah terdapat unsur konten, setting, penyampai dan konteks.
Di dalam sebuah peradaban kebudayaan menurut Ibnu Khaldun sudah Sunatullah bagaimana sebuah peradaban lahir, berkembang, berjaya dan kembali menjadi lahir lagi (mati). Contohnya dalam masyarakat terdapat tipe masyarakat Badawi dan Hadori. Masyarakat Badawi seperti orang desa yang sifatnya blak-blakan, kohesif, lambat dan bebas. Masyarakat Hadori seperti orang kota yang memiliki banyak aturan-aturan sendiri dan banyak keinginan juga, memang masyarakat Hadori lebih maju dan gemerlap, tapi ia lebih tidak bebas dari masyarakat badawi karena globalisasi alias penerapan budaya populer, sehingga banyak masyarakat memiliki struktur cara berpikir dan hidup ideal berdasarkan budaya sementara "pop culture". Banyak masyarakat Badawi yang mendambakan untuk naik kelas ke masyarakat Hadowi, sebab metropolisme yang tersuntik, sedangkan masyarakat Hadowi kebalikannya. Rata-rata orang kota sangat mendambakan hidup di desa dengan ketenangan yang penuh. Oleh sebab ini suatu peradaban hanyalah perputaran saja, tidak benar-benar otentik. Ini juga yang disebut oleh Nietzsche dna Teori kekekalan energi.
Saya juga menemukan sebuah jawaban atas tesis pertanyaan tentang "Mau" dulu apa "Cocok" dulu? Jawabannya "Mau" dulu sebab mau merupakan sifat hasrat atau naluri utama yang default dr bawaan manusia, baru terdapat alasan intelektual atau pilihan cocok atau tidak. Meskipun Cocok dan Mau bisa dimanipulasi sintetis melalui rayuan-rayuan konsumerisme zaman now.
Ibnu Khaldun juga mengajak untuk jadilah profesional jangan mau jadi generalis. Sebba jika jadi profesional maka akan banyak dicari orang. Ia merupakan penyebub istilah ini sebelum diterapkan dari dunia barat. Dalam hal ini saya setuju dan tidak setuju, tergantung pengalaman empiris dari setiap manusia.
Kemudian, jadilah inovatif dan kreatif. Sebodoh apapun hal itu bahkan mungkin redup, atau gagal ciptalah. Maka kamu akan menjadi pembaharu peradaban. Ucapan ini dilontarkan Ibnu Khaldun saat ia seringkali difitnah dan dipenjara. Di berbagai tempat atas pengetahuannya tersebut.
Saya tidak pintar, saya cuma penasaran.
Terimakasih.
Comments
Post a Comment