Skip to main content

Dilan 1991 (Ulas Film)



Dilan 1991
Dir: Fajar Bustomi, Pidi Baiq
Rate: 7/10
Film ini merupakan kelanjutan dari film terdahulunya Dilan 1990, dan alih wahana juga dari bukunya yang berjudul sama. Pada sekuel ini lebih banyak bumbu dramatisasinya daripada film sebelumnya.
Milea yang sudah berpacaran dengan Dilan memiliki tanggung jawab menjaga Dilan, begitu juga diperkuat oleh suruhan Mama Dilan. Mulai saat itu ombak hubungan mereka dimulai.
Naratif dalam film ini tidak menggambarkan secara jelas tensi unsur tiga babak nya, karena film ini bergerak apa adanya. Maka dalam hal itu masuk dalam terapan Naratif Realistik. Peranan tokoh semuanya cukup baik dan ada peningkatan dari film terdahulunya. Hanya saja, masih belum terasa impresi ke saya. Sebab pemain di film ini (Milea dan Dilan) begitu mekanikal, hanya menjalankan tugas tidak memberikan impresi lebih. Ah ya, film ini juga memiliki banyak hujan, dan embun, bukit aaa.. saya pikir pidi baiq sengaja membawa semiotika ini untuk membawa kesan kota Bandung, lagipula di tengah film ada scene khusus untuk menyanyikan lagu tentang Bandung. Gombalan dalam film ini saya sebut berhasil dan tidak berhasil. Berhasil karena beberapa gombalan mampu dibawakan Dilan melalui Visual, sedangkan kegagalannya adalah kebalikannya. Gombalan verbal mampu membuat penonton cringe "coba, dihitung berapa banyak Dilan bilang Aku Mencintaimu kpd Milea"
Meskipun, gombalan tersebut memnag cocok pada masa-masa cinta monyet. Hanya saja pembawaan atau eksekusinya yang malah mundur dr film pertamanya.
Yup, tepat guna lah sasaran penonton mereka adalah ABG atau remaja tanggung.
Secara subtansi film ini menjadi roadmap perjalanan pengaruh film terhadap laki-laki ideal dipandangan masyarakat. Dilan mewakili generasi Z, Rangga mewakili generasi 90an, Boy dan Lupus. Film mampu membuat wacana baru di masyarakat. Seorng Dilan merupakan anarko atau seorang anak angkuh sebab bapaknya tentara? Petrus? Ah sudah tidja usah sejauh itu. Sedangkan Milea? Perempuan manja yang diperlihatkan tidak memiliki visi, ia hanya suka kata2. Di sini perempuan wanita digambarkan makhluk lemah dan butuh laki-laki untuk melindunginya? Yup pragmatisme! Bisa dilihat ketika Milea bersama Mas Hendi (orang mapan, kekasihnya ketika sudah dewasa) wanita butuh safe zone, cinta? Bisa dibawa belakangan. Oleh karena itu Milea disebut tidak otentik. Mungkin saja ia bersama Dilan agar dapat perlindungan juga? Ya meskipun ada benih cinta muncul, tapi.. ya sudahlah.
Sekian Terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d