Skip to main content

Ingatan Film: Gara-gara Warisan (2022)


Ingatan Film: Gara-gara Warisan (2022)
Dir: Acho

Sekian lama saya tidak menulis ingatan film. Bukan berarti sudah jarang menonton, akan tetapi ada rasa jenuh menulis. Jadi sekarang karena ada film bagus yang menurut saya perlu ditonton teman-teman, jadi saya senang menulis lagi ulasan ini.

Gara-gara Warisan membawa kembali genre keluarga yang amat kental setelah saya merasa Sabtu Bersama Bapak menjadi film terbaik sebelumnya. Bercerita tentang seorang bapak yang ingin mewarisi guest house kepada anak-anak nya namun dengan beragam rintangan. Drama terletak bagaimana hubungan antar anak dan keluarga menjadi poin utama. Intinya cocok banget ditonton di lebaran ini.

Hal yang saya sukai dari film ini adalah penokohan semua karakter terasa pas porposinya sehingga tedensi penonton menilai karakter itu "manusiawi" bukan seperti sinetron kalau jahat ya manusianya jahat banget seperti iblis, begitu sebaliknya. Penceritaan di awal dan tengah terasa begitu baik meski tidak luar biasa, karena saya merasa feel premis yang di haturkan seperti film Cek Toko Sebelah, meski dieksekusi dengan baik. Tapi hal luar biasanya di bagian penyelesaian atau catastrophe, diselesaikan dengan luar biasa drama pecah dicampu komedi yang mampu menyeimbangkan intensitas penonton agar tidak selalu melow. 

Hal yang saya tidak sukai dalam film ini terhitung teknis. Yaitu permainan kamera/editing secara teknis di tengah2 film agak mengganggu, karena ada warp stabilizer yang memotong frame dan shaky. Kemudian patahan editing antar sequence dan scene ada beberapa yang patah sehingga perpindahan emosinya penonton tajam tidak halus. Penonton harus bisa mrngkondisikan emosi cepat-cepat dari drama ke komedi misalnya. 

Kesimpulannya film pertama Acho ini mrnjadi sajian hangat dan bagus untuk ditonton, bahkan saya bisa bertaruh secara tangga dramatik lebih bagus ini dari pada film ernest Cek Toko Sebelah. Meski komedinya tidak seikonik CTS namun mampu membungkus drama di Gara-gara Warisan menjadi lebih komplit. Saran saya, silahkan menonton sendiri entah kita anak pertama, kedua, ketiga. Terimakasih

9/10

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Ingatan Buku: Childfree and Happy (Victoria)

Ingatan Buku: Childfree and Happy Oleh Victoria Tunggono Di jagat maya sedang trend isu yang masih diperbincangkan pro kontranya di Indonesia. Apalagi di Twitter, banyak hilir mudik opini-opini tentang konsep hidup childfree atau childless. Kenapa bisa ramai diperbincangkan? Karena konsep hidup childfree berupaya untuk hidup sepanjang umur tanpa memiliki anak kandung. Seyogyanya fade kehidupan umum harusnya memiliki anak, tetapi childfree memiliki pendapat lain soal anak. Buku ini membuat saya mengenal lebih dalam secara personal konsep hidup childfree dari kacamata penulis. Uniknya penulis di sini sudah memiliki anak, meski dari pernikahan masa lalunya. Ia meyakini childfree ketika menikah lagi. Satu poin yang pertama saya dengar pertama kali tentang konsep hidup satu ini, Egois. Bagaimana seorang perempuan yang memiliki rahim tidak mau memiliki anak dengan banyak alasan yang menurut saya bisa ditolerir. Seperti, takut badannya berubah, takut anak-anak, malas mengurus anak...