Skip to main content

Ngaji Filsafat: Pluralisme



Ngaji Filsafat: Pluralisme
Oleh: FF

Pluralisme berada dalam pemikiran terdapat beragam perspektif dalam memahami realitas. Dalam idiom ini realitas diasumsikan tidak dapat dijangkau sebenarnya alias hakikat aslinya. Beragam pemahaman ini di dasarkan pada premis bahwa manusia ternyata memiliki tingkat atau pemahaman rasionalitas berbeda.
Pluralitas pada Islam yang sering digembar-gemborkan bahwa Islam mempercayai pluralitas tapi tidak pluralisme itu memang ada. Namun selama perjalanan jika berhenti pada pluralitas saja ia hanya menjadi pemahaman kaku yang menyebabkan beragam masalah berikutnya. Jika masuk lebih dalam pada Pluralisme yang mencoba untuk aktif dan ada dialog dengan perbedaan maka akan tercipta pemahaman yang lebih toleran. Sebab berhenti di pluralitas sama saja seperti menunggu bom waktu yang seakan-akan dapat meledak kapan saja.

Terdapat beragam tipe Pluralisme seperti: Metafisik, epistemologi, etika, politik, Agama, dll. Hal yang saya pahami dari tipe diatas menjunjung pada pemahaman jika terdapat beragam subtansi yang tersusun dalam idelogi/realitas yang kita jalani. 

Dalam bernalar Pluralisme percaya bahwa memang hakikat realitas itu berdiri pada kebenaran tunggal, namun pengalaman manusia, cara memahami dunia, dan metodologi yang berbeda menghasilkan interpretasi kebenaran yang beragam itulah mengapa. Pluralisme in diversity perlu dipahami sebagai alat untuk lebih memahami perbedaan.

Penghalang bagi adanya Pluralisme ialah prejudice, di mana dugaan buruk akan menghasilkan perspektif buruk terhadap obyek di luar dirinya. Etnosentrisme, Stereotip, dan Diskriminasi.
Terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...