Skip to main content

Ngaji Filsafat: Manusia Langit Semar (Sanghyang Taya, Politeisme dan Monoteisme)




Ngaji Filsafat: Manusia Langit Semar (Sanghyang Taya, Politeisme dan Monoteisme)
Oleh: FF


Pada bagian manusia langit terakhir sesi ini saya dipertemukan dengan Semar. Di mana semar ini ialah tokoh fiksi dan juga fakta (?). Tapi yang jelas baik fiksi atau fakta, saya menemukan  sedikit alasan kenapa para tokoh-tokoh Perwayangan asli Jawa itu hadir dan pula sangat filosofis.

Semar bernama asli Ismaya yaitu maya ia ada namun buram, dan awang-awang. Panjangnya Semar Bandrayana, di mana ia pula utusan dari "atas" untuk membangun dari bawah. Konon dari info terkait Semar ini bagian dari keturunan Nabi Adam yang ketujuh yang bernama Nabi Zeith/Zett (Masih harus digali kembali). Semar dalam Perwayangan atau Punokawan memiliki ciri-ciri tubuh tambun, ini menjadi simbol kesehatan dan kemakmuran. Sifatnya dari bayi yang baru lahir memiliki perut sedikit buncit. Pada hal ini saya tahu bagaimana di India juga memiliki nilai kecantikan pada tubuh berpostur sedikit tambun. Tubuhnya berwarna hitam mengartikan kesuburan Bumi. Perlambangan bumi berwarna hitam memberikan arti memberi ke manusia, meskipun resiko manusia selalu merusaknya, di sini dapat arti Ibu Pertiwi.
Wajahnya tua namun sikapnya muda, kalau wajahnya menangis tapi sikapnya tertawa, nah ada semboyan menarik dan terdengar lucu dalam ajaran filsafat ini yaitu mbregeg-mbregeg ugeg ugeg dll.

Ajaran Semar dan Jawa disebut juga Kapitayan. Ajaran ini lah yang welas menerima Agama apapun dari luar dan mampu membaur. Nama Tuhannya Sanghyang Taya. Ajaran ini sadar jika mansuia memiliki kapasitas dalam menerjemahkan Tuhannya. Bagi orang-orang yang memiliki kemampuan (TUTUG) untuk terus memahami Tuhannya maka ia bisa bertemu langsung dengan Sanghyang Taya. Sedangkan manusia bawah dengan keawaman masuk dalam golongan Tugul, yaitu butuh bentuk tergambar dalam memahami Tuhannya (Politeisme) makanya hadirlah patung-patung pada zaman kuno untuk orang-orang ini. Biasanya simbol2 dewa ini perwujudan dari tokoh yang mulia atau tokoh pergambaran sifat Tuhan (mirip Perwayangan). Makanya Kapitayan ini mempersilahkan Agama apapun masuk karena di dalam esensinya terdapat kesamaan-kesamaan. Oh iya hal ini juga aku temukan di Sejarah Ajaran Yunani kuno, persis.

Ada juga konsep Tuha, dan Tu. Kalimat Tu sangat berpengaruh pada budaya Jawa. Karena menyimbolkan sifat-sifat kesakralan. Ada juga sifat mental budaya Jawa yang diterapkan seperti Ojo wegah, Prada, dan Tadah. Sebenarnya masih banyak lagi..
Terimakasih


Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...