Mulai ke babak selanjutnya membahas tentang kebahagiaan. Kebahagiaan menjadi sebuah masalah paradoks tersendiri persis seperti cinta. Ia begitu dekat namun abstrak dan manusia seperti kita tidak bisa memiliki parameter dalam abstraksi seperti itu.
Ternyata kebahagiaan memiliki wilayah filsafatnya tersendiri. Di sini pun saya mendapatkan beberapa kasus yang sering terjadi di antara kita, yaitu problem kebahagiaan. Menurut John Miller kita tidak bisa mencapai kebahagiaan karena membayangkan sesuatu di luar diri kita dengan imaji bila mendapatkan hal tersebut otomatis bahagia. Nah itu dia, semakin kita kejar kebahagiaan kita tidak mampu meraihnya, persis cinta. Hal ini dinamakan Paradoks Hedonismn. Begitu juga dengan tingkatan kebahagiaan, manusia memiliki "Set Point" atau takaran kebahagiaannya, misal golongan menengah ke bawah punya uang 5 juta itu sangat berarti, beda dengan golongan elit yang bisa dibilang 5juta sedikit sekali. Inti dari ini, kita menaruh kebahagiaan di luar dari diri kita sehingga kita agak keliru membaca sebuah kehidupan. Buktinya ada banyak kan orang kaya juga yang tidak bahagia.
Kunci dari kebahagiaan itu pengenalan diri. Jagat kecil dan Jagat besar kalau di Jawa. Ada kisah juga dari Timur seseorang yang kehilangan kunci di dalam istana tapi mencari nya di luar istana, dengan alasan di dalam istana gelap. Maka dari hal ini kita bisa berpendapat manusia itu menjalani hidupnya kadang tidak logis. Bagaimana pengenalan diri ini? Nah kalau menurut Epicurus kebahagiaan adalah sebuah kenikmatan atau kesenangan. Hidup ini indah maka nikmatilah jauhi dari hal yang sakit. Kalau Stoa dia lebih fatalitis di mana kebahagiaan haruslah kedisplinan diri, sebab kita tidak bisa merubah keadaan secara fitrah tapi kita bisa merubah apa yang bisa dirubah. Hal menarik dari Bentham yang mengatakan kebahagiaan paling dekat dirasakan adalah kesenangan, nah kesenangan ini sifatnya aktual tidak jangka panjang. Selama kita bisa menyenangkan diri kita sendiri maka kita akan berada dalam lingkup kebahagiaan. Aristippus lain lagi berkata kebahagiaan berasal dari yang baik dan bersifat menggerakkan. Jika kita memberikan maka akan merasa bahagia.
Konsep bahagia lain ialah Eudaimonisme yaitu konsep di mana kebahagiaan merupakan tujuan manusia dalam hidup. Ini berakar dari Aristoteles, Plato dkk. Aristoteles juga bilang kebahagiaan itu berasal dari akal, pengetahuan yang baik akan mencapai kebahagiaan yang hakiki. Ini juga disebut oleh Ghazali di mana kebahagiaan itu ada berbagai macam. Yaitu kebahagiaan akal, kebahagiaan jasmani dan kebahagiaan rohani.
Aristoteles pernah bilang, orang bijak adalah orang yang bahagia. Karena ia paham akan batasan. Nah ia percaya di suatu keadaan di mana manusia itu tidak berharap apa-apa maka ia sudah mencapai kebahagiaan. Caranya pun ada yaitu golden mean concept. Di mana ada miskin dan kaya maka jadilah sederhana. Ada boros dan pelit maka jadinya hemat. Sebenarnya ada banyak yang ingin saya ceritakan tapi segini dulu.
Terima kasih.
Comments
Post a Comment