Skip to main content

Eternals (2021)




Eternals (2021)
Dir: Chlao Zao
Rate: 7,5/10

Ketika rilis filmnya di bioskop banyak banget yang kecewa sama film tersebut. Saya yang penggemar movie marvel pun menjadi ragu untuk menontonnya. Jadilah saya menunggu rilis di Disney plus. Ditambah rating di luaran pada nilai jelek semua.

Salah satu penyesalan saya setelah menonton di Disney Plus ini ialah tidak menontonnya di bioskop. Sinematografi yang luar biasa memainkan imajinasi, serta penerapan filosofis "antagonis" dalam naskah film ini. Meski saya skip nonton 2x istirahat gara2 ketiduran, tapi ga meminimalisir bahwa memang sajian sinematografinya bikin ngantuk dan mainin imajinasi.

Chlao Zao pemenang Oscar entah dia bangga atau sedih atas respon penggemar marvel dan penontonnya. Jika diliat dalam awam memang penerapan premis dan karakter tidak begitu melekat antar karakter, terlalu kaku apalagi ikaris. Dari awal film sampai tengah serasa menonton serial superhero HBO, Netflix dll slow pace. Sehingga bisa jadi penonton cepat bosan. Saya setuju sih, kalau fokus kekurangannya saya melihat dari awal dan tengah masih bingung film ini mau dibawa gimana soalnya tidak adanya pelekatan antar tokoh terhadap penonton. Padahal main slow pace, di mana keuntungan besar untuk mengekplor hubungan antar tokoh, sehingga penonton lebih terasa dekat. Juga asal usul Deviant yang mendadak ada tidak diceritakan. Ya intinya, awal sampai tengah durasi begitu cukup membosankan. Tapi setelah selanjutnya, kita melihat beragam suguhan sinematografi apik dan penerapan "antagonis" filosofis pada inti cerita.

Saya kira Deviant adalah musuh jahat antagonis pada film ini, tapi ternyata saya diajak berputar-putar untuk mengidentifikasi siapa yang jahat di sini. Pertama, deviant, kedua mengarah ke celestial, terus mengarah ke eternals itu sendiri (Ikaris dan Sprite), eh lanjut lagi ke manusia itu sendirj yang antagonis. Berputar-putar saja, jadi kita bisa.menentukan siapakah yang jahat pada film ini, meskipun saya paham dalam penerapan cerita antagonisnya tetap orang-orang yang menghalangi Sersi dalam menjalani aktan ceritanya. Seperti Deviant, Ikaris, Sprite dan Celestial. Mereka antagonis pada film ini. Tapi kalo yang jahat? Siapa? Itu dia..

Film jadi seru juga ketika, ada Blade di end screen, meski hanya suara saja, dan Eros. Saya rasa kedepannya Chlao Zao jangan pegang proyek ini lagi untuk eternals berikutnya. Karena yang paham hanya orang-orang yang suka dan pecinta film secara estetis. Jadi kasih lah sutradara yang paket komplit. Hehe...

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d