Skip to main content

Ngaji Filsafat: Ideologi (Loise Althusser)


Ngaji Filsafat: Ideologi (Loise Althusser)
Oleh FF

Ideologi merupakan sebuah paradigma yang diterapkan secara "maklum" oleh masyarakat. Ideologi tidak merepresentasikan dunia nyata, ia berawal dari bayangan imajiner "orang", kemudian dirumuskan dan diterapkan pada kehidupan, apakah ada kecocokan antara dunia nyata atas pemikiran imajinernya tersebut.
Jika akhirnya pemikiran itu bisa adaptif, disebarluaskan, lalu menjadi aturan dasar hidup, maka ia sudah menjadi ideologi.

Intinya ideologi merupakan kesepakatan bersama dalam bermasyarakat dan menjadi asas dasar sebuah aturan atau "pemakluman" cara hidup bermasyarakat. Beda negara, beda ras ada cara hidup yang berbeda dari tempat kita tinggal. Persis dengan hegemoni, ideologi ini merupakan alat utamanya yang berakar dari basic-structure dan super-structur.

Tidak mungkin individu tidak nemiliki ideologi, manusia sejak lahir secara sadar atau tidak sadar dilatih untuk menerima ideologi dimulai dari keluarga, lalu saat terjun di masyarakat/lingkungan. Ideologi juga akan diproses/diinternalisasi oleh individu sehingga mempengaruhi keputusan.

Ideologi sifatnya mendominasi, nah pada sistem sosial ada 2 aparatus yang menjaga agar dominasi ideologi ini/hegemoni tetap berjalan lancar. Sehingga revolusi yang dibilang Karl Marx antara proletar dan borjois tidak semudah yang diteorikan. Yaitu ISA dan RSA, ISA bergerak secara masif dan halus masuk dalam rumah-rumah masyarakat, tempat berbelanja, atau orang terdekat yang memungkinkan secara tidak langsung mempengaruhi pandangan kita, RSA bersifat represif dan pemaksaan melalui lembaga-lembaga pemerintah seperti polisi dll, tidak terbilang buruk juga karena ini sifatnya agar himbauan digunakan secara cepat, sample penggunaan masker setiap hari saat berada di luar ruangan atau tempat keramaian. Ini merupakan RSA selain demi kesehatan agar tujuan pemerintah dalam mengendalikan covid bisa sesuai tujuan.
Terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d