Skip to main content

Hari Kebebasan

Aku yakin ada hari di mana manusia bisa merasakan bebas secara penuh tanpa rasa manipulatif, sehingga dia tidak merasakan sebiji kekhawatiran tentang dirinya di kemudian hari.

Ada hari di mana manusia merasakan kebebasan. Tanpa berencana, menghitung jatah-jatah kehilangan, atau sekedar mengumpulkan uang sebagai bentuk normatif bahwa kita adalah manusia terkini, bukan pengangguran.

Hari itu akan hadir pada sela-sela ketakutan,namun setelah itu dia timbul menjadi perasaan penuh, mencintai sekelilingnya dan merasakan empati, simpati tiada batas. Hari itu ialah sehari sebelum kiamat.

Di mana berita-berita akan selalu meneror hari-hari, tentang bencana yang akan dihadapi pada hari kiamat besok. Ilmuwan mencari cara bagaimana menunda kiamat, pemeran agamawan-agamawan mengutuk bumi tentang azab-azab perlakuan manusia, berita gosip sibuk meliput persiapan selebritis-selebritis dalam menghadapi kiamat, ada yang sudah punya doom anti kiamat, ada yang menangis sesegukan, ada yang sibuk membuat surat wasiat, bahkan ada yang sudah membeli tanah kuburan. Semua diliput media 24 jam tanpa henti.

Mengapa semua orang begitu takutnya? Aku tidak mau hidupku penuh bising tak tentu, tidak mau aku terbawa oleh perlakuan cinta dunia terlalu buta. Mereka manusia-manusia tidak paham, bahwa sehari sebelum kiamat adalah hari paling menakjubkan, terbebaskan, dari bentuk apapun. Kita tidak terikat oleh hari esok lusa, kita tidak terikat oleh rencana-rencana kehidupan yang memikat, tidak harus bayar cicilan, tidak perlu menjadi pejabat, bergelimang harta demi pandangan, atau menjadi anggota aparat demi kesejahteraan dan gengsi.

Aku lebih baik menikmati hari sebelum kiamat di depan rumah bersama perempuanku yang terkasih. Membicarakan tentang masa lalu yang indah sambil tertawa-tawa, menikmati pagi, siang, dan sore. Sebab hujan diluar tidak berhenti selama 2 tahun, jadi ini momen yang pas untuk terus bersama kekasih tanpa memikirkan apapun. Saling memeluk dan merangkum hidup, menikmati kematian yang indah bersama kekasih, dengan akhir senyum dari simpul bibirnya.

31-07-21

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d