Skip to main content

Ingatan Filsafat: Hegemoni (Gramsci)


Ingatan Filsafat: Hegemoni (Antonio Gramsci) 
Oleh FF

Hampir satu bulan lebih saya absen dalam belajar Filsafat. Ada banyak faktor, sih, kenapa itu bisa terjadi. Dari semua tahapan proses belajar. Tahap konsistensi merupakan bagian tersulit. Semoga kita diberikan kekuatan untuk melalui tahap kejenuhan. 

Okey, saya akan coba mengingat kembali apa yang saya pelajari tentang satu kata yang paling dekat dengan kita namun tidak terlihat. Ya mungkin bisa dibilang ia nomor 3-4 lebih dekat, soalnya nomor 1 Tuhan haha... 

Yaitu Hegemoni. Kita sering dengar satu kata sakti itu. Pernah ga sih kita melakukan sesuatu karena orang lain juga melakukan dan kita sadar itu suatu bentuk kewajaran, yaitu common sense. Common sense ini berupa bentuk keyakinan, kepatuhan, budaya maupun tradisi sehari-hari yang kita lakukan dan maklumi. Sadar ga, kalo common sense ini merupakan bagian dari hegemoni itu sendiri, di mana ketika kita melakukan ini secara tidak sadar maupun sadar tapi dengan kesadaran common, maka ada suatu dominasi yang telah terjadi di dalam diri kita dari pihak lain. 

Ya, Hegemoni ini melingkup paling besar yaitu negara. Hegemoni secara kehidupan sehari-hari membuat kita tunduk tanpa mempertanyakan demi mencapai tujuan yang telah diatur oleh pihak yang mendominasi kita (tentu dia lebih besar institusi nya, bisa negara atau swasta wkwk). Hegemoni tidak berarti buruk, dia bisa baik atau buruk tergantung bentuk dominasinya yang seperti apa? Menindaskah? Adilkah? 

Karena saya hanya membicarakan konsep hegemoni, maka saya memahaminya cuma sedikit. Contohnya, sadar ga kalo seumur hidup kita uda diatur secara tidak sadar, seperti kita hidup sekolah, uda besar kerja, nyicil rumah 20th, menikah, punya anak, menua, membayar tagihan, dan menikahkan anak eh tiba2 tua. 

Kadang kita penasaran kenapa kita hanya bergerak di ekonomi menenengah kebawah ya? Beda sama orang-orang kaya di luar sana? Yhaa itu dia, ada kerangka dominasi kepercayaan yang beredar dalam pemahaman kaum menengah ke bawah salah satunya paham konsumerisme.

Gramsci menyebut ada tiga tipe masyarakat dalam hegemoni negara. Hegemoni penuh, hegemoni merosot dan hegemoni minimum. 
Masyarakat dalam menghadapi hegemoni idealnya dia tidak perlu keluar dalam hegemoni namun bisa dirombak sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan kita sehingga hegemoni tersebut cocok dengan kehidupan kita. 
Kemudian juga mungkin kita bisa melakukan counter hegemoni yaitu dengan re-organize dan re-configure. Bisa melengserkan suatu rezim (kaya rusia melengserkan tsar), bisa juga melalui tatanan yang sudah ada (pergantian presiden, diiringi perubahan ideologi). 
Sekian, terimakasih

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d