Ngaji Filsafat: Al-Farabi (Kebahagiaan) Oleh FF Menarik ke dunia Timur tentang pencarian konsep kebahagiaan masuk dalam ranah dunia Islam. Al-Farabi memiliki persamaan dan perbedaan tentang konsep kebahagiaan dari Aristoteles dan Plato. Ya benar saja, sebab Al-Farabi menganggap keduanya adalah gurunya. Konon beliau mendalami buku Plato yang setebal bagong sampai 200x sebelum ia mulai menuliskan kembali. Al-Farabi dan Plato sama-sama mencetuskan kebahagiaan adalah tujuan hidup. Kebahagiaan itu bisa diidentifikasi dengan kenikmatan. Nah pola kenikmatan inu yang sifatnya berbeda dari manusia satu ke manusia lainnya. Kenikmatan pada dasarnya bersifat temporer sedangkan kebahagiaan bersifat permanen. Simple yang saya dapat, kenikmatan itu selayaknya kita makan di sebuah restoran "all u can eat", kita yakin meskipun makan sepuasnya tapi pada akhirnya kita memiliki batas, entah mual atau kekenyangan, nah itu contoh kecil kenikmatan ia bersifat sementara, tidak tahan ...
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.