Bau tanah kembali menyerbakan harumnya,
Secercah sinaran indahmu, mengalun merdu membisikkan rindu,
Tak pernah suara barat mengalunkan nada-nada saat senja dulu,
Aku pernah merasa cinta kala senja.
Saat kita tertawa dalam buai bunga,
Masihkah engkau mengingatnya?
Dalam cerita abadi kita..
Mungkinkah kini engkau dibawa angin timur,
hingga kau tersulut oleh bayangnya.
Masihkah ada, mawar mengindahkan.
Kisah aku dan dia selamanya.
Mungkinkah aku, tersesat dalam rindu,
Seperti lorong yang tak berujung.
Ataukah arah ini menunjukkanku padamu.
Cinta sejati dalam selimut tidur.
Kau yang bernama cinta,
Benarkah kau ada, disini ku merasakan gelisah.
Terpatungku dibuatnya, membentuk arah yang patah.
Hitam pekat tiada tara.
Malu diriku malu, seperti putri malu,
yang harus melungkup walaupun pun ku tahu dirimu.
Ku ingin dalam benak harapan itu tetap cerah,
Seperti kalimat-kalimat yang terbuai pada senja dulu.
Semoga kau dan aku, dipersatukan oleh waktu.
Dan Takdir Tuhan menyatukan
Dalam deru langkah yang sama
21.02.16
Comments
Post a Comment