Skip to main content

Mimpi Wisuda



Sebenarnya saya malas untuk mengetik karena saya bukan penulis apalagi pintar berandai-andai, kalaupun iya pasti saya bisa menyelesaikan proposal skripsi dengan tuntas tanpa masalah tapi kenyataannya? Bisa kalian tebak sendiri. Saya mengetik ini sebab tadi siang saya tidur lalu mengalami mimpi aneh, entah mimpinya begitu hampir nyata. Jadi disini saya tidak usahlah menceritakan bagaimana saya bisa tertidur, intinya saya tidur..
                Dalam mimpi, saya berada di kost sudah bersiap-siap keluar kost untuk pergi ke kampus dengan menggunakan sepeda. Aku ingat persis, bahwa saya harus memberikan bunga pada entah siapa, kalau tidak salah ada acara wisuda. Dengan semangat 45, bergowes rialah saya di pagi yang cerah.
                Sebelumnya mungkin saya akan mendeskripsikan kampus tempat belajar saya. Kampus saya itu cukup luas dari pada kampus tetangga, dengan setiap jurusan dan prodi masing-masing, punya gedung sendiri bercat kuning kecoklat-coklatan. Tempatnya bersih, dan selalu bersih. Tempat orang kreatif menghasilkan karya itulah kampus saya.
                Saya bersepeda dalam mimpi, terasa enteng gowesannya ya mungkin namanya mimpi. Sekali gowes saya bisa melaju sangat cepat, enteng sekali. Awan begitu berbaris lucu membentuk gelombang-gelombang bagai sapuan ombak merindukan daratan, matahari dengan kemerahan seperti malu di balik awan, tidak membuat saya panas tapi malah saya dibuat bahagia. Bunga yang saya bawa berada di tas, saya harus berhati-hati membawanya sayangkan jika rusak, mungkin orang yang akan menerimanya nanti akan kecewa. Masa wisuda saya harus mengasih bunga rusak?
                Dalam mimpi saya, kampus begitu berbeda apalagi tempat gedung merayakan wisuda. Kenapa aneh sekali? Memang hampir sama, banyak pedagang atau studio dadakan berbaris menunggu wisdawan dan keluarga-keluarganya memakai jasanya. Kalau di dunia nyata, acara wisuda terlihat rapi. Saya tahu bagaimana rasanya berjuang demi sebuah toga gagah berada di kepala alangkah senangnya. Dalam dunia nyata, para wisudawan bukanlah orang sembarangan. Mereka setelah lulus benar-benar menjadi mulia dan bijaksana. Bahkan perayaanpun tidak ada, paling-paling hanya foto studio dadakan. Sisanya para keluarga menghadiahkan peralatan perkakas untuk para wisudawan sebagai simbol ilmu yang mereka dapatkan haruslah berguna untuk orang-orang yang kurang beruntung dan tidak memakan bangku keilmuan. Ada yang memberikan, cangkul, camping, atau alat perkakas lainnya. Para orang tua pun mereka diharuskan membawa anak-anak yatim atau masyarakat proletar untuk ikut hadir dan menjadikan saksi bagi mereka. Bahwa telah lahir orang-orang bijaksana nan terpelajar di kampus saya. Bukan hanya kampus saya saja, setiap kampus di seluruh Indonesia memiliki tradisi seperti itu. Makanya saya harus lulus agar menjadi orang mulia dan bijaksana, masalah skripsi atau pintar sih mungkin sudah banyak orang yang lebih pintar dari saya.
                Dalam mimpi saya sangat berbeda, banyak pedagang asongan dimana-mana para keluarga ada yang khitmat menikmati prosesi wisuda tapi ada juga yang jajan. Setelah acara para wisudawan bersenang-senang dengan berfoto keluarga, banyak yang memberikan bunga. Bunga ada yang disimpan, di lempar dan lain-lain. Saya lihat ada taman kecil disana, mereka tidak mempedulikannya, terlihat sampah dimana-mana saya jadi takut. Kenapa seperti ini ? berbeda sekali dengan dunia saya. Tidak ada cangkul tidak ada orang-orang desa ikut merayakan kelulusan sambil menjadi saksi bahwa ada orang terpelajar lahir untuk membantu mereka. Yang ada hanya perayaan hedonism sampah plastik dimana-mana terlihat taman rusak, entah berasa porak-poranda. Mengapa? Saya rasa ini bagian mimpi buruk.. tapi kenapa saya tidak bangun-bangun dalam mimpi ini?
                Saya jadi ingat kata salah satu tokoh bernama Ainun Najib, yang berkata “sekolah hanya membuatmu pintar tapi tidak mulia, atau menjadi bijaksana. Kalau mau mulia dan bijaksana, belajarnya harus lebih dari itu..” kurang lebih seperti itu. Orang  lulus dengan predikat  pintar pun tak sanggup merawat atau mencegah dari buang sampah sembarangan, setidaknya minimal dia tidak buang sampah. Yah tapi apadaya namanya mimpi.. rasanya kampus saya habis ada perhelatan pasar malam. Waktu itu saya bawa kamera, langsung saja saya foto tanpa ba-bi-bu..

Sudah dilihatkan? Yah saya berharap sih, dalam mimpi ini saya bisa berlajar lebih dan berkaca. Di dunia nyata saya tidak boleh menjadi jumawa karena dengan kelulusan semu. Sesaat setelah asyik memfoto, saya langsung terbangun dengan keringat membanjiri kulit. Mungkin siang tadi sangat panas, mana kipas angin lupa dinyalakan.
                Yah daripada kepikiran, mending saya menulis di sini, lagipula dunia nyata saya lebih baik kok. Berarti saya harus banyak belajar dari mimpi tadi.. syukur-syukur bisa mengaplikasikannya. Semoga angkatan saya, bukan hanya kepintaran yang dibawa, tapi kemuliaan dan kebijaksanaan dalam menghadapi hidup, berbagi dan membantu sesama. 

Ngomong-ngomong soal mimpi, saya baru sadar kenapa saya mimpi seperti itu. Ternyata saya sedang mengalami kebimbangan akan pengaplikasian teori yang saya bawa, saya harap sih minta banyak doa dari teman-teman agar lulus dengan baik dan keadaan baik. salah satu teman saya (Ageng) menitip kutipan setelah membaca tulisan saya "Yang fana adalah Kampus, mahasiswa abadi!!"
Selamat malam.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d