Ingatan Film: Tersanjung (2021)
Dir. Hanung Bramantyo
Tersanjung menjadi sebuah garapan film adaptasi bebas dari sinetron yang sukses mengaduk aduk emosi satu Indonesia pada zamannya, ya sekelas cinta fitri atau ikatan cinta kalau sekarang.
Bercerita dari sudut pandang Yura mulai eksposisi pembangunan cerita dibuat VO untuk merangkum cerita serta mendalami tokoh utamanya. Yura harus menghadapi Ibu tirinya yang mau menyerahkan dirinya sebagai pengganti hutan ke orang kaya. Perjalanan hidup yang tidak mulus layaknya drama panggung teater tidak lengkap kalau tidak ada bumbu cinta. Oka dan Tian merupakan sahabat Yura yang selalu membantu dalam segala permasalahan hidup Yura, yang tak dinyana-nyana mereka memiliki perasaan terhadap Yura. Tapi siapakah yang tulus? Nah drama film itu berkutat pada dua aktan, permasalahan hidup Yura dan Kisah cintanya.
Pros.
Ada beberapa yang saya amati dari perjalanan cerita film Tersanjung ini. Hanung Bramantyo sebagai penulis merangkum sinetron yang puanjanh itu ke dalam sebuah 4 plot besar. Tadinya saya kira hidup Yura dan tensi dramanya stagnan meningkat, tapi ternyata ada waktu jeda bernafas di setiap plot besarnya. Plot besarnya, seperti pengenalan kehidupan Yura, persahabatan Yura, Kisah Cinta Yura dan sahabatnya I, dan terakhir kisah cinta Yura II
Pengenalan antar tokoh pun dipersingkat oleh VO Yura sendiri sebagai pengantar plot sampai selesai. Dari sini sudut pandang sepanjang film ini penonton diarahkan untuk merasakan segala lika liku perasaan menjadi Yura.
Dari look mise en scene, menggunakan konsep 90an, saya pun dibuat melting dengan style karakter Yura yang begitu mirip Penyanyi tersohor, tahun itu (lupa namanya). Tone warna orange sepia memperlihatkan nuansa kembali ke zaman sesuai latar film berada, sekaligus juga memperlihatkan betapa goldnya masa-masa itu, ada juga settingan neo-klasik pada setiap mise en scene orang-orang kaya, semua serba kebarat-baratan.
Saya sangat suka dengan karakter Yura karena mampu membawakan emosi yang begitu kental sepanjang film. Meski agak glitchy di bagian katastrophe (penyelesaian ending).
Cos.
Memang film ini adaptasi dari sinetron tapi ketidaklogisan itu ditunjukkan juga di film. Seperti saat Yura agak sedikit marah dan kabur keluar rumah, wadidaw sekali adegannya. Tapi saya juga memaklumi namanya adaptasi sinetron harus begitu kental dan over nilai dramatisnya.
Karakter Oka dan Tian juga yang masih belum bisa memperlihatkan persona penuhnya.
Satu lagi ternyata kisahnya belum selesai, tapi ini malah jadi lucu.. hadeh..
Gitu aja, terimakasih.
Intrepertasi
Kalau boleh saya berpikir lebih mendalam. Drama sinetron/film ini hanyalah bentuk imajinasi manusia yang bisa dibuat sangat ironi. Seperti film tersanjung, cerita ironi ke ironi lainnya. Ada namanya agenda setting kalo di mass media, begitu juga dalam cerita-cerita sinetron. Apakah bentukan sosial kita dibentuk akibat ketakutan-ketakutan yang muncul salah satunya dari sinetron? Atau sinetron kah gambaran sosial yang terjadi di masyarakat lalu di filmkan? Akibat film tersanjung yang begitu over-drama, apalagi menyangkut pautkan si kaya dan si miskin, jadi berasa wadidaw sekali.
Comments
Post a Comment